Setelah seharian berkutat dengan pekerjaan,ini saatnya mengistirahatkan diri, merebahkan tubuh diatas kasur, namun pikiran ini kembali terngiang dengan perjumpaan yang tak disengaja dengan kang Aswin.
Bayangan masa lalu, kembali berputar di ingatan.
Rasa itu masih tetap sama, senyum dan tatapannya masih menggetarkan jiwa ini, namun harus aku sadari, jika kini ia sudah jadi milik wanita lain, bahkan sudah memiliki dua orang anak, sedangkan aku? aku masih terkungkung dengan perasaan yang sama, perasaan yang selalu tak pernah bisa aku buang dalam hatiku, sampai kapan hati ini sanggup bertahan dalam kebodohan ini.
Memejamkan mata meski hati dan pikiran terus berkelana.
Bunyi ponsel tanda ada pesan masuk membuatku terjaga dari segala angan dan kenangan. Segera ku ambil ponsel diatas nakas samping tempat tidur.
Tertulis nama kang Aswin disana, mengernyitkan dahi, ternyata aku masih menyimpan kontaknya dan itu artinya kang Aswin masih menggunakan nomer yang sama dan belum mengganti dengan nomer yang baru, sedangkan diriku entah sudah berapa kali ganti nomer ponsel.
Ku baca pesannya yang dikirim melalui aplikasi berwarna hijau itu.
[Asalamualaikum, lagi dimana sekarang?]
Belum sempat aku balas kang Aswin sudah mengirim pesan lagi.
[Di Jogja berapa hari?
Besok jika tidak keberatan dan ada waktu bisa kita ketemu? ada yang ingin aku sampaikan.]
[Lagi di hotel kang, istirahat, Insya Alloh tiga hari disini.
Insya Alloh diusahakan, mau ketemu dimana?]
Dan pesanku langsung centang biru yang artinya langsung terbaca olehnya, tak berselang lama ada tulisan mengetik di atas layar, kang Aswin langsung mengetik balasan.
[Gimana kalau ketemu di cafe dekat hotel kamu menginap? nanti Sherlock saja tempatnya.]
[Baik. ]
Jawabku singkat.
[Jam lima sore gimana, bisa?]
[Insyaallah bisa.]
[Jawabnya singkat dan padat begitu, apa aku mengganggumu?]
[Tidak, aku hanya akan beristirahat.]
[Baiklah, selamat rehat yaa, semoga tidurnya nyenyak.
Asalamualaikum.]
[Iya kang, terimakasih.
Waalaikumsallm...]
Obrolan lewat chat pun berakhir, bukannya tidak ingin menanggapi atau berlama lama ngobrol dengannya, lebih tepatnya aku hanya ingin menyelamatkan hatiku dari rasa yang tidak seharusnya, aku harus bisa menjaga diri dan hatiku sendiri.
Sebentar lagi kami akan bertemu, kuat kan hati ini ya Tuhan, entah apa yang akan kang Aswin bicarakan, kenapa sedari tadi perasaanku tidak enak.
☘️☘️
Dari kejauhan nampak kang Aswin berjalan menuju ke arahku, celana jeans hitam dipadukan dengan kaos lengan panjang warna putih ada garis biru di lengannya, tampan itulah yang ada di otak ini saat melihatnya, namun aku buru buru membuang tatapan ini ke sembarang arah, aku tak mau terlihat terpesona dengan milik orang lain.
"Sudah lama menunggunya?" Pertanyaan pertama saat ia sudah ada di hadapanku.
"Nggak kok, ini juga barusan sampai." kilahku ramah.
Dan kami memesan kopi latte, minuman yang selalu menjadi favorit kami, dan beberapa makanan ringan untuk jadi cemilan.
Matanya memandangku lekat, jujur itu membuatku salah tingkah.
"Kenapa kang Aswin menatapku seperti itu?"
Memberanikan diri bicara, karena aku sudah merasa tidak nyaman dengan pandangannya.
Huuuufft....
Ditariknya nafas panjang dan dihembuskan berlahan.
"Kamu masih seperti dulu yaa, tidak berubah bahkan makin keliatan cantik." Ucapnya tegas.
Dulu aku sangat senang dengan pujian itu, tapi saat ini pujian itu seakan hambar, mungkin karena dia sudah jadi suami wanita lain.
Aku hanya diam saja menanggapinya acuh.
"Apa yang ingin kang Aswin bicarakan?"
Hanya kalimat itu yang bisa terlontar setelah berusaha menahan semua gejolak hati ini.
"Thia, kenapa kamu masih betah sendiri sampai sekarang?"
Deg, pertanyaan konyol bagiku.
"Mungkin jodohku masih sembunyi." jawabku acuh.
Lagi dan lagi tatapan itu, tatapan lembut dan penuh wibawa, membuatku semakin tak mampu beranjak dari mencintainya, aaah rasa yang bodoh, jelas jelas dia sudah jadi milik wanita lain, sadar Muthia.
"Jika aku memintamu untuk jadi istriku, apakah kamu bersedia?"
Deg, entah apa yang aku rasakan saat ini, haruskah aku senang karena laki laki yang aku jaga cintanya kini kembali memberikan surga yang ku rindukan, tapi bagaimana dengan wanita yang saat ini menjadi istrinya? aku tidak boleh egois hanya karena demi bahagiaku, ada hati wanita lain yang terluka, tidak! aku tidak boleh egois, batinku gamang.
"Bukankah kang Aswin sudah punya istri dan ada anak anak kang Aswin yang harus dijaga hatinya?
Jangan bercanda kang, karena itu hanya akan membuat sakit hati." Balasku acuh.
"Aku tidak bercanda, bahkan aku sudah memikirkan ini semalaman, bukankah masih ada perasaan itu diantara kita meskipun keadaan yang berbeda." Jawabnya tegas dengan tatapan yang masih sama, penuh rindu di sana.
"Lalu bagaimana dengan keluarga kang Aswin? aku tidak ingin disebut dan di cap sebagai perusak rumah tangga orang lain, meskipun aku akui jika perasaan itu masihlah tetap ada."
"Istriku baik, ia wanita yang lembut dan taat. Dia paham dan mendukung poligami, kami sudah pernah membicarakan ini seringkali.
Kalau yang datang memintamu untuk menjadi istriku itu Sandra istri pertamaku, apakah kamu bersedia?"
Aku hanya diam membisu, mencerna apa yang sudah kang Aswin bicarakan, menatap lekat manik mata indahnya, mencari kesungguhan disana, dan sialnya aku menemukan itu.
"Tolong kasih aku waktu untuk berfikir, karena ini bukanlah sesuatu yang mudah, bagaimanapun akan ada hati wanita yang jadi taruhannya, aku tidak mau menyakiti, karena aku juga tidak ingin tersakiti, aku harap kang Aswin memahami ini."
"Baiklah, pikirkan ini dengan baik, dan aku yakinkan jika semua akan baik baik saja nantinya, percayalah !!
Sudah malam, lebih baik aku antar kamu kembali ke hotel, istirahat dan jangan banyak kerja, jaga dirimu baik baik yaa."
Ada rasa sejuk dan nyaman akan tuturnya, aah kenapa hubungan ini harus serumit itu.
"Baiklah." Jawabku singkat.
Kami berjalan beriringan menuju tempat parkir dan kang Aswin menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang, tidak ada percakapan lagi dalam perjalanan, karena memang lokasi hotel dan cafe sangatlah dekat, hanya berjarak lima ratus meteran.
"Sudah sampai, trimakasih sudah mengantar."
"Iyaa, masuk dan istirahat jangan lupa kunci pintunya."
Aku hanya tersenyum menanggapi perhatiannya itu.
Kang Aswin pun melajukan mobilnya kembali menuju tempat ia menginap.
Rentetan demi rentetan bayangan masa lalu dimana kami dipertemukan setelah sekian lama hilang kontak, Cintaku begitu besar terhadap laki laki yang kini menjadi suamiku, nyatanya, meskipun sudah bertahun tahun kami tidak saling berkabar, aku masih berdiri di tempat, tak mampu membuka hatiku pada laki laki lain.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Suherni 123
dengan dalih masih ada rasa dan cinta , istri pertama yang patuh dan taat tetap aja akan banyak hati yang terluka
2023-10-20
0
Tini Laesabtini
Usia pernikahanku udh 30th adem ayem tak ada hal apaun yg menakutkn
Aku bukan pendukung poligami atau semacamnya, tp alm bapakku pernah melakuknnya jg alm bapak mertuaku, tp rumh tanggaku naudzubillah jgn sampe spt itu
Tp ceritamu ini aku suka ya.... Semoga diakhir cerita istri kedua jd pemenangnya krn dia yg pertama mencintainya
2022-11-15
2