Rentetan kejadian empat tahun silam, awal dimana takdir mempertemukan kami kembali dan hingga terjadilah pernikahan ini, pernikahan yang menjadikanku sebagai istri ke dua.
Bukan perselingkuhan ataupun menjalin hubungan secara sembunyi sembunyi, pernikahan ini terjadi karena persetujuan dan restu diantara kedua keluarga, keluargaku dan keluarga kang Aswin, bukan sebuah hal yang mudah, kami melalui proses yang sangat panjang dan pemikiran yang matang sebelum menjalani pernikahan ini.
Awalnya aku kira istri pertama kang Aswin, teh Sandra benar benar tulus memintaku untuk menjadi adik madunya, dengan senyum nya yang ramah dan sikapnya yang lembut terus berusaha meyakinkan diri ini, jika dirinya ridho dan iklas menjalaninya, awalnya hati ini ragu, namun berkat kegigihannya membujukku, akhirnya aku memutuskan untuk menerima khitbah darinya, namun sebelum itu aku harus meminta ijin dan restu orang tuaku, meski awalnya mereka menolak, namun teh Sandra beserta keluarga dari kang Aswin meyakinkan jika semua akan berjalan dengan baik baik saja, mau tak mau bapak dan ibu pun akhirnya memberi restunya.
Bayangan bayangan itu, kini sedang bermain main dalam ingatanku. Sendiri duduk dalam dinginnya malam, haruskah aku bertahan dalam hubungan yang seringkali menyakitiku, menahan semua rasa sesak akan tuduhan dan fitnahan dari kakak maduku.
Harusnya malam ini, kang Aswin berada disini karena hari ini adalah jatah dirinya bersamaku, kami sudah sepakat untuk membagi waktu, tiga hari dengan teh Sandra dan tiga hari bersamaku, namun entahlah setiap kali saat waktu giliran ku tiba, teh Sandra selalu punya alasan untuk menahan kang Aswin untuk pulang ke rumahku.
Hari ini adalah hari pernikahanku dengan kang Aswin, sehari sebelumnya kang Aswin sudah berjanji jika akan merayakan hari pernikahan kami dengan dinner romantis di restoran langganan kami, namun tiba tiba harus dibatalkan karena teh Sandra hari ini sakit dan kang Aswin meminta ijin untuk menjaganya karena tidak tega untuk meninggalkannya.
Haruskah aku menaruh curiga pada kakak maduku, jika ini hanyalah akal akalan saja seperti yang sudah sudah, tapi aku bisa apa, hanya dan dan berusaha untuk lebih sabar lagi menghadapi semua tingkah lakunya.
Saat aku sedang berada dalam pikiran dan bayangan bayangan masa lalu serta rasa yang tak menentu, tiba tiba ada tangan yang menyentuh pundak ku, seketika aku menoleh ke arah pemilik tangan tersebut.
Kang Aswin?
Ku kernyitkan dahi sambil menatapnya sayu.
"Ayah pulang, kenapa tidak kasih kabar? bagaimana keadaan teh Sandra, udah baikan?"
Menghujaninya pertanyaan yang bertubi, membuatnya menatapku dengan pandangan sendu, ada sorot rindu yang kurasakan dimatanya, bagaimana tidak, sudah dua Minggu kami tidak bertemu, karena tiap kali akan pulang, selalu saja ada alasan teh Sandra yang mengharuskan kang Aswin membatalkan kepulangannya.
"Maafkan ayah ya sayang, maaf kalau masih belum mampu adil terhadapmu." lantas kang Aswin membawaku dalam pelukannya.
"Kenapa ayah meninggalkan teh Sandra? bukankah ayah bilang teh Sandra sedang sakit?" Mendongakkan kepala menatap wajah tampan suamiku, yang mulai tumbuh bulu bulu halus di dagunya.
Kang Aswin menarik nafasnya panjang, masih sambil memelukku dengan erat.
"Tadi waktu ayah periksa suhu tubuhnya normal, tidak demam seperti yang dikeluhkan, dan saat Sandra tidur, ayah memutuskan untuk pulang ke istri ayah yang lain, ayah nggak mau istri ayah ini menahan rindu terlalu lama, iya kan sayang?" Dikecupnya keningku dengan mesra, dan akupun membenamkan kepala di dada bidangnya, sesaat kami menumpahkan rasa rindu dengan saling berpelukan dalam diam.
"Ayah punya sesuatu untukmu, sebentar yaa."
Kang Aswin melerai dekapannya dan melangkah menuju nakas yang ada di dalam kamar.
Diambilnya kotak berukuran sedang berwarna ungu, warna kesukaanku.
Dibukanya kotak itu, dan sepasang perhiasan ada di dalamnya. "selamat hari pernikahan ya sayang, tetaplah jadi istri yang baik untuk ayah." Tatapnya penuh cinta.
"Terimakasih sayang." akupun tersenyum haru dengan perlakuan suamiku, yang tak pernah berubah sikap lembut dan penyayang nya, meskipun marah tak pernah sekalipun membentak, itulah kenapa aku selalu berusaha untuk bertahan meskipun dengan perlakuan kakak maduku yang seringkali menyakitkan.
Aku sadar sepenuhnya, cemburu tak mungkin dapat kami tepis, ketika mulut mampu bicara iklas, tapi hati masih terasa sakitnya. Disinilah aku mulai memahami, jika tidak ada satupun wanita yang iklas berbagi cinta. Tapi semua sudah terlanjur terjadi, yang kini aku butuhkan hanyalah pengertian dan sikap adil suamiku. Aku percaya jika suatu saat kakak maduku akan menerima kehadiran diriku ini, mungkin jika aku di posisinya, juga akan sangat terluka dengan keadaan ini. Tapi mau bagaimana lagi, semua sudah terjadi. Di sini aku harus sadar dengan posisiku menjadi yang kedua, harus banyak mengalah dan mencoba memahami, karena aku tau, suamiku sangat menyayangi kami dan berharap kami bisa hidup berdampingan dengan damai. Itulah kenapa aku yang selalu memilih untuk diam dan menerima apapun yang teh Sandra lakukan, sekalipun dia sering menyakiti hati ini.
💓💓💓💓💓
Ada banyak hal di luar dan keinginan kita, seperti hujan tiba tiba turun tanpa tanda tanda, padahal kita ditengah pesta kebun.
Seperti dompet yang tertinggal dirumah, padahal kita sudah mengantri panjang di kasir, pusat perbelanjaan.
Atau, seperti.......dia yang bertahun tahun lamanya adalah milik kita, tiba tiba berpaling hati.
Menghancurkan kepercayaan yang sudah begitu kental, menjadi serpihan serpihan kecil tanpa arti.
Sakit??
Tentu saja!! Tak terperikan.
Kecewa??
Teramat sangat.
Ini bukan hal yang mudah, ini hal yang sulit.
Yang tersakiti, harus berjuang mati Matian, menyelamatkan hatinya dari rasa sakit.
Menangis diam diam, meratapi kesedihan yang berlapis lapis.
Tapi semua diluar kuasa kita.
Sekalipun kita meraung memberitakan kesakitan itu, semua sudah begitu adanya.
Hari ini kita harus menerimanya.
Jika itu sangat menyakitkan, beri waktu untuk hati, kemudian, bersemangat lah untuk memulai hari baru.
Karena kesakitan ini milik kita, hati ini milik kita, dan hanya kita yang mampu membuat semuanya baik atau buruk.
Cukuplah Alloh menjadi penolong dan Alloh adalah sebaik baik pelindung.
Teruntuk Alloh, Tuhanku.
Ini aku, aku dan seluruh ku.
Walau langkahku dalam memujaMU masih terseok.
Walau lisanku dalam memujiMU masih terbata.
Tetap aku akan terus mencuri perhatianMU.
Lagi, lagi dan masih itu itu juga.
Ku Aamiinkan seluruh lirih yang ku pinta di setiap penjuru malam.
Karena aku akan tetap membuatMU jatuh hati pada perjuangan ku.
Semoga doa doa yang kerap ku ajukan berbuah manis.
Aamiin.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Suherni 123
tuh kan bener ikhlas itu sulit,,
2023-10-20
0
Tini Laesabtini
Aamiin Ya Allah.... Semangat thoooor ceritamu bagus sekali 💪💪
2022-11-15
1