Stefano sedang melajukan mobil di sekitar taman kota New York. Tiga hari di New York, baru kali ini dia bisa keluar. Rasanya bosan ingin mencari mangsa empuk untuk di bunuh.
Pria tampan itu memarkirkan mobil, lalu keluar berniat jalan kaki mengitari taman atau jalan di mana saja. Stefano mengenakan pakaian biasa yaitu celana jeans panjang berwarna biru gelap dan di bagian lutut dan paha terdapat sobekan. Untuk atasan dia memakai T-shirt longgar warna putih di padu jaket jeans warna senada dengan celana. Kaca mata hitam menutup mata tajamnya. Satu kata untuknya Perfect.
Banyak pasang mata menatap Stefano memuja. Mereka tidak sadar pemuda berpenampilan Bad Boy adalah komisaris Demetrius Corp. Jika tahu mungkin tambah histeris melihat ketampanan Stefano.
Kaki panjang Stefano melangkah menuju arah luar. Entah kenapa dia begitu ingin berpenampilan ala remaja. Wajahnya Baby face tentunya tidak ada yang tahu kalau sudah berumur 28. Salahkan Ayah dan Ibunya yang memiliki wajah rupawan jadi menurun sempurna padanya.
Stefano melepas kaca mata hitamnya lalu meletakan di saku. Dia berdecih melihat banyak wanita menatapnya lapar. Sungguh tidak Mood mau bermain wanita. Bagi Stefano wanita itu sampah kecuali Ibu dan Bibinya.
Saat hendak menyeberang Stefano melihat gadis mungil berambut panjang sepinggul tampak asyik main ponsel dan asal menyeberang. Matanya membulat melihat mobil sedan melaju kencang ke arah gadis itu. Apa gadis itu gila tidak tahu bahaya bermain ponsel saat menyeberang?
Grep
Stefano menarik pinggul gadis kecil, tetapi berakibat fatal dengan jatuhnya dia. Ia terjatuh tidak bisa menyeimbangkan tubuh karena terserempet spion mobil. Sialan sekali orang itu menyakitinya. Belum tahu bermain dengan siapa?
Gadis itu membatu saat melihat mobil melaju kencang ke arahnya. Karena takut menyerang diri, gadis itu langsung menjatuhkan ponsel dan terlindas mobil. Hingga sebuah tarikan sebelum terhantam mobil ia rasakan. Dia membuka mata saat tidak merasakan sakit.
Stefano sedikit meringis karena sikunya sakit. Kepalanya pusing dengan pelipis berdenyut. Saat menunduk langsung bertatapan dengan orang yang dia tolong. Mata Jade tajam Stefano terkunci dengan mata coklat kemerahan sang gadis.
Gadis itu terpaku sekaligus hangat pada tubuhnya. Dia tidak mampu melepas diri dari tatapan tajam pria penolong. Satu kata yang mampu gadis itu ucapkan yaitu nyaman, tampan dan sempurna.
Stefano menepuk kepala gadis di atasnya. Apa gadis ini tidak sadar ada orang di bawah yang kesakitan? Jika tidak kasihan Stefano bakal mendorong kasar gadis ini.
"Anda aman, bisa menyingkir dari atas saya?!"
Gadis itu buru-buru menyingkir dan baru sadar saat pelipis pria itu sedikit berdarah. Lalu menatap ponselnya sudah hancur. Dia langsung ambil untuk menyelamatkan Sim Card dan memori.
Stefano hendak pergi tetapi langsung di tahan oleh gadis kecil bak boneka. Tubuh gadis itu hanya sampai bahunya. Pendek sekali gadis ini dan sangat kurus seperti ikan teri.
"Sir, forgive me. Will you come with me to treat wounds? " pinta gadis itu memohon.
Stefano sepertinya tahu watak gadis kecil. Lucu kenapa masih ada gadis tidak tertarik dengan fisiknya malah tertarik mengobati luka? Dasar aneh namun nyata. Menarik!
"No need, thank you. I'm excuse!" tolak Stefano datar.
Stefano hendak melangkah namun lagi-lagi di tahan dengan tarikan pada jaketnya. Ini gadis keras kepala sekali dan Stefano tidak suka pada gadis batu. Ingin marah tetapi kasihan karena masih kecil.
"Please, jangan buat saya di selimuti rasa bersalah karena kecerobohan saya. Karena lalai dan tidak mempedulikan keselamatan Anda jadi korban."
Stefano membungkuk untuk menyamakan tinggi mereka. Dasar pendek membuat dia harus menunduk dalam. Melihat tatapan memelas membuat Stefano kasihan.
"Kamu tidak perlu merasa bersalah, karena saya tidak perlu di obati!"
Gadis mungil bak boneka hidup itu merengut sebal. Tanpa sungkan ia tarik tangan kekar Stefano menuju mobilnya. Dasar pria aneh padahal niatnya baik. Pokoknya ia harus mengobati Stefano aoa pun caranya.
Stefano hendak menghempaskan tangan mungil itu tetapi tidak jadi. Rasanya hangat seperti genggaman tangan Ibunya. Entahlah Stefano berasa ingin selalu menggenggam tangan mungil ini. Ya Tuhan, Stefano begitu merindukan Yara.
"Tunggu di sini, aku ambil kotak P3k dulu!" perintah gadis itu.
Stefano ingin protes namun gadis pendek terlebih dahulu masuk ke dalam mobil. Lalu keluar dan kembali menyeretnya ke bangku terdekat. Berani sekali tidak sopan padanya. Ingin marah kasihan melihat wajahnya yang lugu.
"********, kenapa aku nurut di perlakukan begini. Aku jadi ingat Ibu saat aku sakit selalu di perlakukan begini. Shit, gadis bodoh!" batin Stefano.
"Kenapa melamun? Apa sakit? Apa Kakak Mahasiswa yang hendak berkelahi? Apa Kakak baru saja mau kuliah? Oh, tidak baik kuliah berpakaian berandalan begini, Kak."
Gadis itu terus mengoceh sembari mengobati pelipis sang penolong. Tahukah kamu akibat ocehan itu membuat Stefano jengkel. Gadis ini terus saja mengoceh panjang kali lebar di bagi dan di tambah lagi.
Stefano menyengit mendengar perkataan gadis kecil di sampingnya. Apa wajahnya semuda itu? Menatap intens wajah gadis dengan teliti. Mata besar di bingkai bulu mata lentik, hidung mancung mungil, bibir tebal berwarna peach. Pipi gembul dan bentuk wajahnya mungil tetapi pipinya imut. Kenapa Stefano bertemu gadis super cerewet yang ingin tahu berlebih?
"Hai, bisa tutup mulutmu? Kamu sangat menggagu! Aku tidak kuliah!" hardik Stefano setelah menatap gadis itu lama.
Gadis itu tidak tersinggung akan perkataan Stefano. Pasalnya sadar diri bahwa ia memang cerewet. Kata teman-temannya dia spesies bebek dan angsa. Ingin protes tetapi itu benar adanya.
"Benarkah? Bohong, wajah Kakak masih pantas untuk kuliah. Oo, jadi Kakak berhenti saat lulus SMA?"
"Cerewet, aku sudah bekerja dan sudah lulus S3. Mengapa kuliah lagi? Mau meraih S apa lagi?"
Sungguh ini perkataan terpanjang Stefano saat berbicara dengan wanita. Jika bersama wanita luar Stefano terkesan begitu dingin dan kejam. Tidak ada nada lembut hanya ada kesinisan.
Gadis mungil terbelalak dengan mulut terbuka mendengar perkataan pria itu. Dia berkedip sembari menunduk malu. Dia jadi merasa bersalah akan tingkah tidak sopannya.
"Maafkan saya, Tuan karena berbicara lancang. Saya sangat menyesal, sungguh maafkan atas kelancangan!"
"Hn, kamu sendiri kelas berapa?"
Hebat, gadis ini berhasil menarik atensi Stefano dalam hitungan menit. Entah kenapa Stefano begitu tertarik pada gadis mungil ini. Siapa gadis cerewet seperti bebek ini?
"Saya baru lulus SMA, lusa baru wisuda."
"Oh."
"Kakak umur berapa?"
"28."
Mata gadis itu membulat sempurna mendengar jawaban Stefano. Hebat, kenapa wajah Stefano masih terlihat muda sekali. Pasti setiap hari melakukan perawatan kulit.
"Serius? Saya kira baru 20 tahun ke atas dikit."
"Bodoh, kamu?"
"17 tahun, Kak. Maaf terlalu memalukan."
"Hn."
Stefano terdiam dengan pikiran lucu. Kenapa bisa meladeni ucapan gadis aneh? Gadis di sampingnya benar-benar cerewet, supel dan pandai bergaul.
"Kakak namanya siapa?"
"Stefano."
"O, bagus namanya, Kak. Aku, Queenaia."
"Namamu juga, sepertinya aku harus kembali. Permisi!"
Gadis bernama Queenaia tersenyum ramah lalu mengulurkan tangan mungilnya. Dia berharap bisa bertemu Stefano di lain waktu. Entah kenapa Queenaia begitu nyaman terhadap Stefano.
Stefano menerima uluran tangan Queenaia. Dia balas tersenyum tipis agar gadis merasa senang. Semoga saja mereka bisa bertemu tidak lama lagi.
"Semoga kita bisa bertemu kembali, Kak Stef."
"Hn."
Dan takdir akan mengikat mereka dalam ikatan rumit.
****
Queenaia Kayshifa Weldon (17), Height 163 cm. Eyes : brown.
Sifat, periang, ceria, supel, baik hati, ramah, penyayang dan tulus.
****////\****
Bonus Pick : Daddy Zeferino and Mommy Yara!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Fina Safina
s teh mboran oh🤣
2024-05-03
0
Fina Safina
s teh mboran oh😂🤣
2024-05-03
0
Bundanya Pandu Pharamadina
visualnya sungguh cantik mungil👍❤
2023-06-01
0