Stefano mengusap noda yang melingkupi bibir tebal Queenaia. Merasa kurang ajar Stefano menarik tangannya.
"Maaf," sesal Stefano.
Inilah Stefano, jika kamu mengenal lebih jauh. Maka sifat Ibunya yang sopan serta menjaga etika akan keluar.
Queenaia menunduk menyembunyikan wajah yang merona. Dia merasa terhormat di perlakuan manis oleh Stefano.
"Maaf, aku makan rakus. Kakak tidak perlu minta maaf, harusnya aku yang minta maaf," sesal Queenaia.
"Hn, ini sudah jam 10 malam, ayo ku antar pulang."
Demi menghalau keanehan, Stefano melesetkan percakapan. Semoga saja gadis ini tidak menyadari kegugupannya sekarang. Jika begini Stefano merasa jadi orang asing.
Queenaia tersentak lalu menggeleng kuat. Mengingat dia mau di tumbalkan membuat gadis kecil meringkuk ketakutan. Dia menangis tersedu seolah mengatakan tidak mau pulang.
"Kenapa? Apa keluargamu menyiksa kamu? Katakan padaku, kenapa tidak mau pulang?" tanya Stefano halus seolah tahu isi pikiran Queenaia.
Nah, sifat lembut pada gadis yang disukai menjurus ke Ayahnya. Inilah Stefano, pemilik sifat duplikat Ayah dan Ibunya. Jika begini siapa tidak luluh?
Queenaia menatap Stefano sembari menangis tersedu. Dia ingin meminta pertolongan agar bebas dari pernikahan bisnis. Dia merasa takut jika berhadapan dengan takdir buruk.
"Ayah menumbalkan aku demi menyelamatkan usahanya. Aku tidak mau menikah di usia belia. Kak, pinjamkan aku uang untuk lari dari Negara ini!"
Stefano membisu mendengar cerita Queenaia. Rasa iba menyelusup masuk di relung hatinya. Sekarang Stefano harus bagaimana?
"Aku tidak dapat berkomentar banyak, tapi maaf uangku terlalu berharga untuk kamu pinjam. Jadilah gadis tangguh dan lawan dunia dengan keberanian. Pulanglah ke rumah, selesaikan masalah dengan kepala dingin. Jangan jadi pengecut saat masalah datang malah lari dari kenyataan. Aku yakin kamu gadis kuat, maka berjuanglah menegaskan keadilan untukmu!"
Nasihat Stefano sukses membuat Queenaia terpana untuk mencerna setiap kata. Saat Stefano tersenyum tipis berusaha menyemangatinya rasanya begitu mendebarkan.
"Kak, aku akan pulang guna menegakan keadilan. Kak Stef benar, aku harus kuat dan tidak boleh jadi pengecut. Kak terima kasih banyak, nasihatnya."
Queenaia tanpa sungkan menggenggam tangan Stefano. Senyum tulus terukir indah di bibir tebalnya. Bahkan tanpa segan Queenaia tersenyum lebar penuh kebahagiaan.
Degh
Stefano membisu melihat senyum Queenaia. Untuk pertama kali dalam hidup dia merasa berdebar akan senyuman. Buru-buru dia berpaling guna menghindari Queenaia.
"Hn, itu bagus. Ayo ku antar pulang!"
"Tidak, untuk malam ini biarkan aku di sini. Kak Stef, aku butuh saran lagi," riang Queenaia.
"Hai, ingat kamu berada di kandang singa. Kamu tidak boleh menginap di rumahku. Saran apa?"
"Aa, Kak Stef tidak mau pinjamkan uang padaku. Mana bisa aku menginap di luar. Menyebalkan sekali jadi cowok, dasar kejam. Jika orang tuaku tetap bersikukuh menumbalkan aku bagaimana? Apa yang harus kulakukan?"
Stefano bertopang dagu dengan mata fokus ke Queenaia. Seringai licik tercetak jelas di bibir. Mengerjai gadis lugu ini seprtinya menarik.
"Aku tidak mau rugi, baiklah kamu tidur di kamar. Soalnya hanya ada satu kamar. Tentukan dari hati, jika boleh berpesan hormati dan turuti keinginan orang tuamu selagi masih ada."
"Kak Stef, serius? Lalu Kakak tidur di mana? Queen tidak mau tidur di kamar pemilik rumah. Tenang, Queen bisa tidur di sofa. Kak Stef, aku hormat pada mereka, tetapi tidak untuk menurut. Aku tidak bisa jadi tumbal!"
"Tidak usah sungkan, tidur saja di sana. Selagi ada hormati mereka, Queen. Tidak sepertiku anak angkat kehilangan kedua orang tua. Kamu tahu, saat aku kehilangan mereka rasanya duniaku hancur sampai sekarang karena tidak ada tempat untuk pulang. Hanya kegelapan menyertaiku, bahkan sampai sekarang hatiku sakit ingin bertemu mereka. Maaf malah bercerita aneh."
Stefano menegakan tubuh lalu jalan ke kamar. Dia tidak mau di cap lemah pasalnya ini kali pertama mau bercerita isi hati pada seorang gadis. Parahnya hanya kurun 2 pertemuan membuat Stefano dapat berekspresi, tersenyum, tertawa dan berkata panjang lebar.
Hati Stefano begitu miris mengingat mendiang Ayah dan Ibunya. Sakit sampai ingin berlari ke makam mereka guna berkeluh kesah.
Stefano mengambil selimut dan bantal. Ia memutuskan tidur di ruang tamu. Dia tidak mau Queenaia melihat betapa menyedihkan hidupnya. Stefano tidak ingin mendengar komentar Queenaia tentang perkataan tadi.
Queenaia membisu mendengar cerita Stefano. Tidak terasa air matanya luruh deras melihat ekspresi Stefano begitu terluka. Sakit saat pemuda itu bercerita dari hati dan itu menohok hati Queenaia.
Kaki jenjang Queenaia membereskan peralatan dapur. Ia mencuci piring, setelah itu menata dan buru-buru menyusul Stefano.
Jantung Queenaia berasa sesak sedari tadi karena kepikiran cerita Stefano. Pria dewasa yang mampu menarik atensi sedari awal bertemu. Sungguh pria itu membuat ia tidak tahan menahan kesedihannya.
***
Stefano berusaha tidur tetapi tidak kunjung terlelap. Pikiran kacau mengingat ke dua orang tuanya. Sekilas memori menghantam membuat Stefano merasa kalut. Jika begini rasanya ia ingin membunuh Weldon segera.
"Kak Stef," panggil Queenaia merasa khawatir saat Stefano menjambak rambutnya.
"Tidur, Queenaia!" desis Stefano.
"Tapi, Kakak butuh sandaran untuk menyelesaikan masalah, Kakak!"
"Jangan pedulikan aku, pergi ke kamar sekarang!" sentak Stefano.
"Kak Stef, aku tidak mau tidur sebelum membuat Kakak tenang. Maafkan Queen membuat Kak Stef mengingat masa lalu. Maafkan aku."
Stefano duduk sembari mendongak menatap Queenaia tajam. Mata jade itu berpancar redup untuk pertama kalinya.
"Apa yang bisa kamu lakukan gadis kecil? Tidak perlu minta maaf, itu nyata kalau aku ___"
"Sstt, jangan di teruskan. Kak Stef butuh sandaran dan pelukan untuk menetralkan pikiran. Jangan sedih ya, Kak!"
Queenaia menempelkan jari telunjuk tepat di bibir Stefano. Perlahan dia bawa kepala Stefano untuk di rengkuh.
Stefano terpaku akan tindakan Queenaia. Gadis kecil yang mampu membuat dia bergetar dan keluar dari zona kutub. Gadis yang sangat memiliki kehangatan seperti Ibunya membuat Stefano bergetar.
Queenaia memgusap rambut Stefano lembut. Hingga dia nerasa tubuhnya terlilit tangan Stefano. Entah kenapa jantungnya berdegup gila tidak mau di kontrol.
Cukup lama mereka berpelukan, Stefano baru aadar wajahnya menempel sempurna di dada Queenaia. Bahkan dia bisa merasa detak jantung Queenaia begitu kencang begitupun dia.
Stefano memisahkan diri lalu memberi Queenaia duduk di samping. Tentu Queenaia langsung duduk dan alangkah terkejut saat Stefano menyandarkan kepala di bahunya.
"Kamu bilang, aku butuh tempat bersandar. Izinkan aku bersandar sebelum semua terenggut!"
"Hm, bersandar senyaman yang Kakak mau. Maksud Kakak apa? Memang apa yang terenggut? Kak Stef, hei malah di tinggal tidur."
Queenaia tersenyum saat Stefano sudah tertidur pulas. Dia menelisik wajah Stefano seksama. Alis tebal, hidung mancung, kulit putih, bibir tipis, bulu mata panjang dan di disi rahang terdapat bulu halus.
Bahkan Queenaia iri menatap bibir Stefano. Bayangkan bibir pemuda itu begitu merah alami dengan pahatan tipis. Satu kata untuk Stefano yang tertidur pulas yaitu polos dengan wajah meneduhkan. Sangat tampan tidak terbantahkan Queenaia akui itu.
Stefano tersenyum dalam hati mendengar debaran jantung Queenaia semakin menggila. Sialnya dia juga merasa begitu. Untuk pertama kali dia membiarkan gadis menatapnya begitu intens tanpa penolakan. Untuk pertama kali Stefano menginginkan bibir tebal Queenaia mendarat di bibirnya.
Stefano masih terjaga hingga Queenaia tertidur pulas. Perlahan tapi pasti dia mengangkat tubuh mungil Queenaia untuk masuk kamarnya.
Stefano menyelimuti tubuh Queenaia sebatas leher dan entah kenapa mengecup kening gadis kecilnya. Senyum manis memperlihatkan lesung pipinya yang manis. Dia sangat senang berada di dekat gadisnya. Jika bisa jujur Stefano menyukai Queenaia.
"Aku tidak percaya cinta, karena dari sekarang tidak tahu makna cinta. Kamu gadis kecil menyebalkan yang mampu membuat jantung berdegup kencang serta merubah diriku ke yang asli dalam hitungan menit. Mungkin ini pertemuan terakhir kita sebelum aku menikah. Namun, sebelum itu izinkan berkata aku menyukaimu, Queen. Good bye!" batin Stefano.
Stefano mengecup bibir tebal Queenaia singkat lalu mengecup kening gadisnya mesra. Dia meninggalkan uang lumayan banyak dan kertas memo.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Maelani
haha kalian gk bkl berpisah
2020-12-26
0
🌼 Pisces Boy's 🦋
stef pasti bersyukur jika tau putri weldon queen...
akan dilema stef milih dendam atau cinta....
2020-12-26
0
Wati Mariyati
Akhir'a.... Stefano jatuh cinta pd Queen yg kelak dia tau bhw Queen adlah putri dr Weldon. anak musuh kluarga'a... 😔😞
2020-11-05
3