Bab 5

Sekarang Zain ingat, sebelum menuju ruangan Kiana, ia menuju toilet dulu karena kebelet nggak bisa di tahan.

"Ipin juga, kenapa nggak manggil, pas Papi keluar dari toilet?" tanya Zain tajam pada bocah berusia lima tahun itu

Bocah itu mengedikkan bahunya. "Gipin keasikan liatin sama gombalin doktel cantik, jadi gak lihat Papi lagi." jawab Gifin, berusaha naik di atas ranjang dan duduk di depan Kiana.

Zain tambah mendelik. "Lo itu yah! Baru lihat yang bening-bening aja langsung terpesona! Ingat umur, Pin, Lo itu masih bocah! Berak aja masih di cebokin Mommy! Sama ngomong R aja belum lancar! Jadi jangan bergaya mau cosplay jadi buaya!" ucap Zain panjang lebar.

Di dalam keluarga Nugraha, mereka semua sudah mengenal baik sifat bocah kecil itu yang jiwa fakboy nya mulai tumbuh.

"Papi tellalu celewet deh, sakit telinga Ipin dengelnya." ucap Ipin dengan memutar bola mata malas.

Zara menghela napas dengan kasar. Zain dan Ipin memang tidak bisa di satukan kerena mereka akan bertengkar terus jika bersama. Entah apa yang ada di pikiran Ayah dan anak itu.

Lain dengan pertengkaran mereka, kini Kiana hanya memutuskan pandangan pada satu titik. Pemuda berwajah datar yang tengah duduk di sofa yang memang tersedia di ruangan.

Kiana mengamati wajah Azam. Wajahnya terlihat tidak asing. Memang Kiana sudah melihat rupa Zain melalui foto, namun saat menatapnya langsung seperti ini, Kiana merasa jika ia pernah bertemu secara langsung dengan Azam sebelum jiwanya mengalami perpindahan.

Lama dengan pemikirannya sendiri, Kiana membulatkan mata saat mengingat satu hal. Ia sekarang mulai ingat jika pernah bertemu dengan Azam sewaktu masih berada di tubuh aslinya.

Azam Alfarizi Nugraha adalah musuh Devan Hattala Saputra, yang merupakan pacar Kiana. Ia masih ingat betul saat Devan meminta di temani saat latihan basket dan tanpa sengaja bertemu dengan Azam dan teman-temannya. Di situ Devan dan geng yang bernama Srigala bermusuhan dengan geng Tiger yang di pimpin oleh Azam.

Ya, Devan memang ketua geng srigala yang terkenal di SMA Pancasila dan bukan rahasia lagi jika SMA Pancasila dan SMA Garuda yang merupakan sekolah Azam bermusuhan.

Dan sekarang, Kiana malah menjadi istri dadakan dari musuh pacarnya sendiri. Entah bagaimana nasibnya nanti.

Lain dengan Kiana, kini Azam yang tengah asik bermain ponsel, ia mulai mengangkat wajah dan tidak sengaja bertatapan dengan Kiana. Wajah Azam terlihat sangat datar dan menatap Kiana dengan sinis.

Jika bukan karena ancaman dan paksaan dari Zara, Azam sangat malas berada di sini, apalagi melihat wajah gadis yang sialnya kini sudah menjadi istrinya.

Kiana balik menatap Azam dengan sinis. Ia berdecak kesal, kemudian mengalihkan pandangan dari Azam. Seperti yang baru saja ia katakan tadi, matanya akan sakit jika melihat wajah Azam. Bukannya sakit karena tak kuat menahan pesona pemuda itu, namun sakit karena terlalu lama menatap wajah songong yang seperti ingin di tinju oleh tangannya.

"Kiana sayang." panggil Zara, membuat Kiana menoleh padanya.

"Iya Mom?"

Zara tersenyum hangat, mengusap rambut sepunggung gadis itu. "Mommy sama Papi pulang dulu ya, besok baru ke sini lagi. Kamu di temani Azam di sini." ucap Zara, membuat Azam melotot kaget.

"Mommy! Apa-apaan sih, Azam gak mau." tolak Azam mentah-mentah.

Mana mungkin ia harus menemani gadis itu. Bagi Azam sangat membuang-buang waktu.

Kiana mendelik ke arah Azam yang sudah berdiri dari duduknya.

"Lo pikir gue juga mau di temani titisan setan kayak lo? Idih...Mending gue sendiri aja di sini." ketus Kiana, ikut menolak perkataan Zara.

Namun hal yang baru saja ia ucapkan, mampu membuat seisi ruangan menjadi hening. Semua pandangan tertuju pada Kiana dengan kening berkerut dalam.

"Kiana sayang, kok ngomong gitu? Bukannya kamu suka ya, kalau Azam bareng kamu terus?" Zara bertanya dengan bingung.

Sudah menjadi rahasia umum jika Angelina mengejar Azam dan berusaha mendapatkan pemuda itu setelah kejadian tiga tahun lalu. Namun sekarang terlihat gadis itu menolak mentah-mentah kehadiran Azam.

Kiana berdeham sejenak. Mulai mencari jawaban yang pas untuk di keluarkan.

"Emm... Anu Mom, aku sudah lupa sama dia, mungkin saat kepentok cermin, memori tentang dia udah ikutan hilang." jawab Kiana asal. Ia bingung harus menjawab apa.

Zara tercengang sebentar, sebelum menghela napas pelan. Dia ingat jika gadis itu mengalami amnesia ringan dan melupakan sebagian memori.

"Kalau begitu Mommy ingatin lagi, jika cowok itu, yang bawelnya minta ampun itu adalah suami kamu." jelas Zara menunjuk Azam yang masih menampilkan wajah tidak bersahabat.

Zain yang semula duduk di kursi sebelah ranjang, kini mulai berdiri kemudian mengangkat Ipin untuk di gendong.

"Mom, pulang yuk, Papi mau nonton sinetron kesukaan." ucap Zain, merindukan sinetron favoritnya.

Ipin menguap di dalam gendongan sang Papi. "Iya Mom, Ipin juga mau nonton dlama kolea. Mau liat calon pacal dulu." ucap Ipin. Walau masih bocah, matanya tak bisa berkedip jika sudah melihat yang bening-bening.

Apalagi Jenny Black Pink, Ipin sangat mengidolakan member Black Pink itu. Bahkan di kamar banyak sekali poster wajah Jenny.

Zara mengangguk. Kemudian menatap ke arah Azam lagi. "Jagain istrinya! Awas ya kalau di kasarin lagi! ucap Zara pada Azam.

Azam berdecak kesal mendengar perkataan dari Zara, ia mulai menatap sang Mommy dengan memelas.

"Mom, Azam nggak bisa tidur kalau..." belum selesai berkata, Zara langsung menyelanya.

"Mommy tahu, nanti ada orang suruhan Mommy yang antar susu kamu." potong Zara spontan, membuat Azam berdeham pelan.

Sedangkan Kiana mengerutkan keningnya bingung, jiwa kepo sudah mulai aktif dan meronta-ronta ingin tahu.

"Susu?" ulang Kiana, tanpa ia sadari, jika Azam menatapnya tajam.

Zara mengangguk kemudian terkekeh kecil.

"Suami kamu itu nggak bisa tidur kalau belum minum susu." ucap Zara.

"Mom..." Azam berusaha menghentikan ucapan sang Mommy.

"Itu kebiasaan dia dari waktu kecil. Jadi kamu harus tahu ya, kerena mulai sekarang kamu yang bakalan urusin dia." lanjut Zara.

Kiana terkekeh geli, kemudian menoleh ke arah Azam dan menatap pemuda itu dengan pandangan mengejek.

"Kayak anak kecil aja." ejek Kiana, membuat Azam mengepalkan kedua tangannya.

Setelah mengucapkan beribu peringatan pada Azam dan Kiana, Zara langsung bergegas pulang bersama Zain dan Ipin. Karena kedua laki-laki berbeda umur itu sudah merengek ingin pulang. Zain yang sudah ingin menonton sinetron favoritnya dan juga Ipin yang ingin melihat calon pacar-pacarnya.

Kini di dalam ruangan hanya tinggal mereka berdua.

Terpopuler

Comments

Wati Wati

Wati Wati

ini sangat membagongkan sblm TDR minum cucu up susu.

2022-12-17

0

Dita SN

Dita SN

bebel anak kamu itu Zara, doyan banget bikin emosi. di peringatin berkali-kali pun gak akan mempan

2022-11-11

0

T᭄ay Ang

T᭄ay Ang

jadi pengen liat gimana Devan rebut Kiana dari Azam, biar nyesel tuh si tangan ringan kehilangan Kiana

2022-11-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!