Sungguh beruntung Angelina memiliki sahabat seperti Alira. Walaupun gadis itu terlihat angkuh dan sombong seperti sifat Angel, tapi aslinya Alira adalah gadis cengeng jika berhubungan dengan hal yang menyangkut sahabatnya.
Kiana yang baru saja bertemu dengan Alira, Ada perasaan hangat yang menjalar di hati saat berdekatan dengan Alira. Dia ikut senang bisa bertemu dengan gadis itu.
Alira adalah gadis pertama yang menjadi sahabat dekat Kiana. Jujur saja, di kehidupan sebelumnya Kiana tidak mempunyai teman dekat perempuan, karena ia terlalu bergantung dan terus bersama Devan pacarnya dan anggota serigala.
Mengingat Devan, membuat Kiana tiba-tiba terdiam. Apa kabar dengan cowok itu. Dan apa kabar dengan tubuh Kiana.
****
Kiana menghela napas pelan, dengan wajah tampak malas. Gadis itu terlihat sangat bosan berada di ruangan ini sendiri. Bahkan siaran televisi tak mampu membuat ia terhibur.
Alira telah pulang dua puluh menit yang lalu, setelah mendapat telepon daro seseorang yang Kiana tidak tahu. Sedangkan Mommy Zara belum juga kembali menampakkan diri.
Helaan napas kembali terhembus dari sela bibir yang masih pucat. Kiana mengerucutkan bibir dan menatap seisi ruangan tanpa minat.
Hingga pandangan mata tertuju pada paper bag yang ada di atas nakas. Paper bag itu di antar oleh orang suruhan Zara tadi, hanya saja Kiana belum membukanya.
Karena penasaran, lantas Kiana mengambil dan di letakkan di atas paha. Tangannya bergerak untuk membuka paper bag itu dan mendapati sebuah ponsel.
Kiana membolak-balikkan ponsel itu dengan kening berkerut, dan mulai bertanya-tanya dalam hatinya.
Handphone siapa ini?
Kiana kembali melihat isi paper bag, untuk mencari siapa tahu ada petunjuk yang dapat menjawab pertanyaannya. Hingga Kiana mendapatkan sebuah kertas kecil yang berisi kalimat dengan tinta hitam.
Maaf ya, kalau Mommy lama balik jenguk kamu. Ini handphone kamu, Mommy suruh antar sama orang suruhan Mommy, biar kamu nggak bosan lagi.
Itu adalah kalimat yang ada di kertas yang sedang di baca oleh Kiana.
Kiana mengangguk mengerti dan kembali memegang ponsel dan mulai mengaktifkan, hingga menampilkan logo apel tergigit.
Tak perlu menunggu lama, Handphone telah aktif dan menampilkan lock screen yang menampilkan foto Azam yang ketara sekali jika di ambil secara diam-diam.
Kiana berdecak sebal melihatnya. Kemudian ia mulai menggeser layar, hingga menampilkan home screen dengan wallpaper wajahnya. Lebih tepatnya wajah Angelina yang asli, yang mungkin sekarang akan menjadi wajah Kiana, entah sampai kapan.
Pandangan Kiana tertuju ke aplikasi galeri. Kiana itu tipikal cewek yang kalau pegang handphone orang, suka banget lihat isi galeri. Yah, walaupun terkesan tidak sopan, tapi Kiana bodoh amat. Rasa kepo yang lebih besar mengalahkan segalanya.
Setelah mengklik aplikasi, Kiana dibuat terperangah dan membuka album satu persatu. Full dengan album Azam yang di ambil secara diam-diam. Bucin sekali Angel sama Azam.
"Baru liat fotonya aja gue udah sakit mata, gimana kalau liat langsung? Asli langsung buram mata gue." gumam Kiana, melempar handphone di atas kasur dan menghela napas panjang.
Nyatanya, tidak ada yang bisa membuat dirinya senang. Hingga, suara pintu terbuka mengalihkan perhatian Kiana.
"Hallo mantunya Papi! How are you?"
Kiana terkejut mendengar suara dari pria dewasa yang memakai pakaian kasual yang sudah berdiri di sebelah ranjang.
"Hallo Om." sapa balik Kiana, di akhiri senyum kikuk.
Pria itu adalah Zain Nugraha dan Papi Azam.
Papi Zain mengerutkan keningnya. "Om? Lo manggil papi dengan sebutan Om? Oh my God! Angelina mantunya papi Zain, mulai sekarang panggil papi oke? Lo itu sekarang udah jadi mantu gue, jadi otomatis sekarang lo itu anak gue juga." jelas Zain membuat Kiana terperangah.
Papi gaul! Ngomong aja pake lo-gue. Warr biasa.
"Iya, Pi." jawab Kiana. "Kalau boleh, aku mau di panggil Kiana aja." pinta Kiana, seperti yang ia lakukan pada Zara dan Alira.
Zain mengacungkan jempolnya. "Oke! Tadi Mommy Zara juga udah bilang sih, cuman papi sedikit belum terbiasa. Eh btw, mantu papi beneran anemia?" tanya Zain memperhatikan wajah pucat Kiana.
"Anemia?" tanya balik Kiana.
"Iya itu, kata Mommy lo anemia, gak ingat siapa-siapa, eh tapi lo ingat papi, kan? Papi Zain Nugraha di ingat kan?" papi Zain bertanya dengan heboh, berbeda dengan Kiana yang sedang terperangah mendengar ucapan dari orang yang ada di hadapannya.
"Amnesia Pi, amnesia! Bukan anemia." koreksi Kiana yang tak habis pikir. "Anemia mah kurang darah." lanjutnya lagi.
Zain terkejut menyadari ucapannya tadi, kemudian pria kisaran umur empat puluhan itu nyengir. " Nah itu, tadi lidah gue lagi kesenggol, jadi salah ngomong." ucap papi Zain, tampak malu.
Kiana ikut tertawa. Pembawaan Papi Zain sangat hangat. Kiana sangat heran, mengapa sifat papi Zain dan Azam sangat bertolak belakang. Azam itu cuek dan juga kasar, berbeda dengan papi Zain yang humoris.
Jangan-jangan Azam bukan anak papi Zain?
"Papi sendiri ke sini?" tanya Kiana pada papi Zain yang sudah ikut duduk di ranjangnya.
"Iya papi sen... Ya Allah gusti. Si Gifin mana? Astaghfirullah anak ganteng gue di mana?" Papi Zain turun dari ranjang mulai heboh, saat menyadari ia melupakan anaknya.
"Papi nggak sendiri datang kesini?" tanya Kiana sedikit tercengang dengan tingkah papi Zain yang sekarang sudah jalan mondar-mandir sambil berkacak pinggang.
"Papi ke sini bareng si Gifin. Tapi papi lupa dia dimana!" jawab Zain tampak berantakan. Bisa di amuk Zara jika si Gifin hilang.
Kiana juga mulai kasihan dan panik. Bagaimana bisa papi Zain melupakan anak di tempat umum seperti ini.
"Coba cari di luar dulu, Pi. Siapa tahu ada yang liat." saran Kiana, mulai pusing melihat ayah dari Azam yang hanya mondar-mandir di depannya.
"Bener juga! Kalau gitu Papi tinggal dulu ya. Mau cari Gifin." ucap Zain berbalik ke arah pintu hendak keluar, tapi langkahnya terhenti saat pintu lebih dulu terbuka dan tampaklah Zara yang memasang wajah marah. Di belakangnya ada Azam yang tengah menggendong bocah laki-laki berumur Lima tahun.
"Papi! Bisa-bisanya anak sendiri di tinggalin di depan toilet! Kalau anaknya ilang gimana, hah?! Papi pikir buat anak itu gampang apa!" Zara ngamuk, memukul bahu Zain menggunakan tas mahalnya.
Papi Zain meringis sakit, berusaha memohon ampun. Kemeja yang di pakai sudah kusut akibat amukan Zara.
"Sorry atuh Mom. Papi beneran lupa kalau bawa si Ipin." ucap Zain berusaha membela diri, kemudian ia mendelik ke arah Gifin saat menyadari anaknya tertawa.
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Wati Wati
biasanya q g suka time travel ternyata seru juga.
2022-12-17
0
Dita SN
begitulah, sekarang mungkin Angel nyesel udah sebucin itu sama Azam. dan akhirnya dia melayang di tangan orang yang dia bucinin
2022-11-11
0
T᭄ay Ang
ganteng percuma kalo suka KDRT istri, gak guna ganteng lo sumpah
2022-11-11
0