Ujian pendaftaran telah dibuka dengan sebuah suara meriam. Sesuatu telah ditembakkan ke udara.
"Di langit.... itu burung."
"Bukan, itu jerapah."
"Tidak, itu adalah siswa akademi yang belum bayar SPP selama tiga bulan."
Sudah kuduga.
Sekolah ini kejam dengan siswa miskin kurasa.
"Hey Cassiopeia sampai kapan kau berdiri di bahuku."
"Aku suka tinggi jadi tidak masalah bukan."
Orang ini.
Hoshimiya terus memegangi lenganku sementara Andelona hanya tersenyum dengan tatapan membunuh. Mereka benar-benar orang bermasalah.
Saat ujian tulis dimulai aku berhasil menurunkan Cassiopeia untuk duduk di kursi lainnya, tepat saat aku melihat soal seperti apa yang diberikan oleh akademi ini, wajahku memucat.
Aku tidak mengerti.
Apa ini?
Aku melirik ke arah Cassiopeia dan ia menjawabnya selagi menguap lebar, apa-apaan dengan murid jenius ini.
Aku memeriksa keadaan Hoshimiya dan Andelona mereka berdua terlihat menjawab layaknya siswa teladan, aku pikir aku akan menghela nafas lega untuk pemandangan ini.
Aku yakin tidak akan berada di kelas sama dengan mereka. Mari isi soal ini secukupnya saja.
Dari ujian tertulis kami beralih ke ujian pertarungan, setiap orang telah dibagi beberapa kelompok dan memiliki pengujinya sendiri. Untukku kami akan melawan instruktur bernama Sento Maria.
Ia memiliki rambut merah panjang dengan tubuh profesional, para calon siswa tampak tertarik dengannya apalagi pakaian militernya yang jelas tidak terkancing di bagian atasnya, dari rok mini ketatnya gaterbelt terlihat jelas menyatu dengan kaos kakinya yang panjang.
Hoshimiya yang entah darimana muncul berbisik.
"Hey, Weis apa wanita itu tipemu?"
Aku ingin bilang bahwa tipeku itu dirinya tapi memilih untuk diam. Aku tidak ingin terlibat sesuatu yang merepotkanku ke depannya.
"Tidak juga."
Beberapa pria yang mengambil ujian lebih awal hanya bisa berteriak saat Sento menghajar mereka, dia tidak peduli dengan apa yang terjadi pada calon murid, dia sama sekali tidak bersimpati seolah tidak memiliki ekpresi sedikitpun.
"Selanjutnya."
"Gaahh."
Pria itu dibanting ke bawah tanpa ampun kemudian diinjak di bagian perutnya hingga berteriak kesakitan, sekilas aku bisa melihat senyuman di wajah Sento dan langsung menyadari satu hal.
Orang ini jadi seperti itu.
Dia suka menyiksa seseorang.
Dia menyarungkan kembali pedang miliknya di pinggang.
"Hoshimiya apa kau bisa mengalahkan instruktur ini?"
"Entahlah, tapi aku bisa membuatnya untuk menyerah di ujian ini."
Itu yang kuinginkan, aku tidak ingin disiksa seperti itu.
Sekarang giliran Hoshimiya, ia menyerahkan senapannya padaku dan melangkah maju tanpa kenal takut. Andelona mendecapkan lidahnya.
"Seharusnya aku yang di sana, mungkin aku bisa memotong tubuh guru itu."
"Kau tidak boleh membunuh siapapun di akademi."
"Heh benarkah, tapi aku tidak melihat pertarungannya."
Sudah jelas tidak akan ada yang berniat seperti itu tetap saja itu kejahatan. Beralih ke arah Hoshimiya yang bertarung dengan tangan kosong dia berlari menerjang ke depan.
Sento yang mewaspadainya mengirim tendangan tanpa khawatir menunjukan apa yang ada di dalam roknya, di detik akhir Hoshimiya berhasil melewatinya dengan cara membungkuk lalu dia muncul di belakang Sento yang kebingungan.
"Sekarang kau yang kalah," senyuman nakal muncul di wajah Hoshimiya dan ia menyergap Sento dari belakang hingga dia mengeluarkan suara aneh.
"Apa yang kau lakukan?"
"Kau suka menyiksa orang karena itu bagaimana kalau sesekali kau menerimanya."
"Tunggu jangan di sana hnnn..."
Dia sama sekali tak berkutik.
Semua orang jatuh dalam teriakan suka cita, mau bagaimanapun Hoshimiya melakukan pelecehan dengan mengepre-gepre dada seorang instruktur.
Saat Sento terlihat menikmatinya selagi membuka mulutnya, Hoshimiya memasukkan tangannya ke dalam mulutnya sementara tangan lain telah dimasukkan ke dalam rok.
"Ini sangat menyenangkan."
"Jangan."
"Enak bukan."
Hoshimiya di diskualifikasi dan ditahan dipenjara.
"Tidak, kenapa aku ditangkap... Weis, selamatkan aku."
Sento yang hanya terduduk lemas langsung digantikan instruktur lain. Entah kenapa aku merasa berterima kasih untuknya terlebih soal kejadian barusan, kebanyakan pria juga menangis dan berterima kasih untuk kehidupannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments