"Jangan jual mahal begitu jadi cewek, belum tentu juga aku mau sama kamu," sambung Hajime karena aku masih tetap diam bergeming. Dalam hati, aku mulai menyesali yang telah kulakukan. "Tersenyumlah untuk semua orang. dan persembahkanlah cinta untuk seorang saja, Nona. Tidak ada salahnya kau tersenyum padaku, dan aku tidak akan mengganggu urusanmu dan pacarmu. Sesimpel itu sebenarnya."
"Mending kamu diam, deh, sebelum emosiku semakin terpancing!" kataku, meninggi dan semakin galak. Bukan nya aku benci kepada Hajime, bukan. Aku hanya mulai risih dengan pertanyaan-pertanyaannya yang secara tidak sengaja menyudutkanku. Pertanyaan-pertanyaannya mem buatku ingin menangis sekaligus kesal. Membuatku selalu terkenang akan Keano.
"Hmm, ini, nih!"tunjuk Hajime kewajahku. "Wanita yang terlalu menutup diri seperti ini yang paling menyebalkan. Biasanya, wanita tipe seperti ini kalau sudah sakit hati akan lama sembuhnya. Apalagi kalau ditinggal pacar, bisa menangis sehari semalam. Eh, tahu-tahunya yang sedang dipikir justru sedang pacaran sama gadis lain."
"Keano bukan cowok seperti itu!" sentakku, kece plosan menyebut nama Keano Sedetik kemudian, aku menyesalinya. Kata-kata Hajime tadi memang sungguh menyayat hati. Ada dorongan untuk tetap membela Keano, meski aku sendiri tidak tahu kelakuannya di Manchester sana. Bisa jadi, apa yang ditudingkan oleh Hajime bahwa di sana Keano sedang bersenang-senang dengan wanita lain, ada benarnya. Siapa tahu?
"Oh, jadi pacarmu itu namanya Keano?" ledek Hajime sambil menyunggingkan senyum penuh ejekan. "Memangnya kenapa dia? Dia mutusin kamu?"
Aku bergeleng dan mendesahkan napas. Aku tiba-tiba ingin bercerita kepada Hajime bahwa sebenarnya aku sudah lelah sekali. Aku ingin mengakhiri musim pancaroba ini, aku ingin menyambut musim semi asmara.
"Selingkuh?" desak Hajime.
Lagi, aku menggelengkan kepala. Nyaris saja aku keceplosan bercerita tentang Keano. Aku harus pintar menjaga rahasia. Aku baru mengenal Hajime beberapa menit yang lalu, tidak mungkin aku menceritakan semua tentang Keano kepadanya.
"Lantas?" Hajime terus mendesak.
Aku diam. Dengan wajah sedikit judes, ingin sekali kutunjukkan kepada Hajime bahwa aku bosan sekali ditanyai segala hal mengenai Keano, paling tidak untuk saat ini. Valentine ini, aku ingin melupakan dia.
Hajime memang peka. Ia bisa membaca rona wajahku yang tidak suka ditanyai segala hal tentang Keano, Akhirnya, Hajime menyudahi kalimat demi kalimat interogasinya dengan ******* napas yang cukup keras. Beginilah orang patah hati, rasanya ingin sekali mengubur semua kenangan bersama dia.
Kemudian, tanpa suara Hajime meraih tanganku. la berdiri di hadapanku, sehingga pandangan mataku terhalang tebing perutnya. Dengan gerakan sangat pelan, aku menyusur pandang ke atas hingga sepasang mata Hajime berhasil kutemui tatap Naluri kewanitaanku bilang, Hajime memang tampan.
Dengan style rambut seperti kelapa tumbang, rambut lurus dibiarkan tercecah di jidat begitu dengan hidung yang lancip seperti ujung perahu lesung, bibir yang tipis, untaian gigi-gigi yang rapi, serta wajah yang bersih, membuat pria Jepang satu ini sangat mudah untuk dikagumi karena ketampanannya.
Aku berani bertaruh, setiap wanita normal yang bertemu dengannya akan memberikan penilaian yang sama. Hajime memang tampan. Kacamata bening yang dikenakannya tidak lantas membuat Hajime terlihat culun, justru sebaliknya, Hajime tampil sebagai pria paling cool sedunia.
"Daripada sedih terus begitu, bagaimana kalau kuajak kau menonton kontes robot? Ada kontes robot tingkat internasional.
_________________________________
Bersambung~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments