Di Bawah Suhu tiga derajat kami bermain petak umpet di antara bangunan-bangunan es raksasa di Taman, kami berkejaran seperti layaknya orang dewasa yang berpacaran pada umumnya. Setelah kelelahan, kami duduk di balik bangunan es raksasa dan hidung kami saling bergesekan, orang-orang menamainya dengan eskimo kiss. Sementara itu, hujan salju terus berjatuhan seperti tidak ada habisnya. Kami berdua terbuai dalam euforia kasih masa kanak kanak..
Ah, konyol. Bukankah itu sekadar cinta anak es-de yang tidak perlu aku besar-besarkan? Tiga tahun sudah Keano menjadi kenangan masa lalu. Tiga ratus enam puluh lima hari dikalikan tiga. Ya, sudah selama itu juga aku menjaga kesetiaanku untuk Keano. Tanpa tahu apa yang terjadi dengannya, hingga kini aku masih setia menanti janjinya di bawah hujan salju.
Semua telah berlalu. Hanya menyisakan kenangan masa lalu.
Sekarang tanggal 14 Februari. Di hari Valentine ini, sebenarnya aku telah menyiapkan cokelat honmei untuk Keano, cokelat yang melambangkan cinta sejati. Seorang saudagar Belanda memberikan hadiah cokelat kepada Geisha di tahun 1797, saat itulah cokelat dan kasih sayang saling dikait-kaitkan. Atau dengan bahasa sehari-hari, selain dilambangkan dengan bunga, cinta juga dilambangkan dengan cokelat.
Dan pada bulan Februari begini, negeriku yang dikenal banyak orang sebagai negeri matahari terbit, memproduksi cokelat besar-besaran demi memenuhi permintaan konsumen. Akulah salah satu konsumen itu. Sedikit berbeda dengan negara-negara lain. Di negeriku, cokelat diberikan oleh wanita kepada pria, bukan sebaliknya, cokelat diberikan oleh pria kepada wanita.
"Nona, dompetmu jatuh," tegur seorang pria berwajah cool. la menunduk sebentar untuk mengambil dompet di dekat telapak kakiku, pria itu kemudian tersenyum seraya mengulurkan dompet Teddy Bear kepadaku.
Kontan, aku terpukau dan terlesap dari alam lamunan. Fokusku beralih.
Tegap badannya, putih kulitnya, hitam mengkilap rambutnya, t-shirt putih dibalut sweter abu-abu pakaiannya, bening tatap matanya, lembut dan santun suaranya. Ah, Keano? Kaukah ini, Keanoi?
"Terima kasih," ucapku lirih diakhiri mulut terpelongo. Bukan! Ternyata pria yang muncul di depanku ini bukanlah Keano, pria yang sangat kutunggu-tunggu
Aku menatap hampa ke arah sebatang cokelat yang akan kuhadiahkan kepada Keano. Sayangnya pria yang akan kuhadiahi cokelat Valentine itu tidak datang juga.
"Namaku Hajime," katanya seraya mengulurkan tangan.
"Ran," jawabku datar. Bibirku masih terpelongo. Hajime tersenyum tipis.
"Kim Ran!! ," sambungku, menyebutkan nama panjang
ku.
"Nama yang cantik. Secantik orangnya. Seperti bunga sakura di musim semi. Aku yakin kau menyukai bunga sakura di musim semi, bukan?" sahut Hajime
dengan rayuan klasik namun cukup membuatku tersipu. Bukankah di belahan bumi mana pun sama? Wanita lebih senang digombali, termasuk
aku.
Demi menjaga gengsi, aku tak menanggapi bualan dari Hajime itu. Aku diam dan memilin milin ujung pita yang melilit sebatang cokelat di tanganku.
"Boleh duduk?" pinta Hajime sambil menunjuk space kosong di sebelahku.
Setidaknya, bangku panjang yang berada persis di bawah pohon bunga sakura ini cukup untuk duduk empat sampai lima orang. Dulu, aku dan Keano biasa bermain salju di sini. Setiap aku ulang tahun, Keano membawaku ke tempat ini, kami makan kue mochi bikinan Keano. Kadang, ia juga membawakan ku sekotak sandwich, dan kami memakannya di tempat ini berdua saja.
"Boleh duduk?" Hajime mengulang kalimatnya.
"Oh, silakan..., silakan..., silakan!" kataku, menyunggingkan senyum gugup. Lagi, Hajime tersenyum tipis. Barangkali ia menganggapku gadis paling aneh, karena di hari Valentine ini bukannya aku berduaan sama pacar malah menyendiri di bawah pohon sakura.
_________________________________
Bersambung~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
jadi keinget sama masa kecil main petang umpet umpetnya di kolong kasur eeeeh JD ketiduran 😂😂😂😂
2022-11-17
1