Ironis sekali!
Kemudian, Hajime duduk di sampingku. Aku menggeser posisi dudukku ke arah tepi, sehingga tercipta jarak yang cukup renggang antara diriku dengan Hajime. Ku letakkan kedua tanganku di atas paha. Sambil memegang sebatang cokelat, kedua telapak tanganku saling meremas. Sebentar kemudian, kurasakan kehangatan tercipta dari kaus tangan ku yang saling bergesekan.
Ada dorongan rasa aneh yang kurasakan di dada ini, ada dorongan ingin menoleh ke arah Hajime dan menatap bola-bolanya. Tapi, selalu saja urung kulakukan.
"Kalau aku tidak salah tebak, kau sepertinya sedang menunggu kedatangan seseorang? Betul begitu, Nona?" seloroh Hajime memecah kebisuan.
Orang ini! Baru kenal sudah ikut campur urusan orang, Sok kenal sok dekat. Tadinya, kehadiran Hajime telah berhasil membuatku nyaman. Meski tidak bisa kukatakan juga bahwa aku telah lupa kepada Keano di Tokyo, namun setidaknya pembawaan Hajime yang santun dan hangat membuatku terbuai. Kini, semuanya berbalik. Tiba tiba, aku menjadi risih dengan pertanyaan yang dilontarkan oleh Hajime. Aku tidak ingin pria ini terlalu ikut campur urusan pribadiku.
"Menunggu itu memang pekerjaan yang menyebalkan," celoteh Hajime, melanjutkan kalimatnya sendiri. la bicara sambil mencangah ke cabang ranting pohon sakura yang diselimuti salju, dia sama sekali tidak memandang wajahku. "Tapi, kalau bisa jangan menunggu seseorang di tempat seperti ini. Kalau kau ingin mengungkapkan perasaan ke dia, kau bisa datang ke acara aisaika Kau teriakkan saja seluruh isi hatimu di sana."
Bodoh! Acara xxx kan ajang deklarasi pria kepada wanita, bukan sebaliknya. Xiaomi adalah orang yang menemukan dan mempromosikan budaya Xxx atau suami idaman ini. Ayah pernah mengikuti acara ini, aku dan ibu menjadi saksi bagaimana Ayah mengungkapkan kasih sayangnya kepada ibuku dengan cara berteriak sekencang kencangnya.
"Percayalah, hanya kau wanita terbaik di dunia ini, dan aku akan hidup bersamamu selama-lamanya," teriak Ayah kepada Ibu waktu itu. Ibu tersipu malu, dan aku bertepuk tangan karena menganggap ayahku sangat hebat.
"Aku tidak suka orang yang baru kenal ikut campur urusanku. Apa pedulímu kalau aku sedang menunggu atau sedang ingin mengungkapkan perasaanku kepada seseorang?" sahutku ketus kepada Hajime. Dalam hati, aku masih menertawakan sarannya agar aku meneriakkan kata cintaku di acara Ini!. Harusnya Keano yang melaku kannya untukku, bukan aku yang melakukan untuk dia.
Kubentak begitu, Hajime hanya mengulas senyum tipis. la meraih kain syalnya yang terjuntai, menyampirkannya ke pundak. Sebulir salju jatuh menghunjam tepat di pucuk hidung Hajime, ia bergegas mengelap buliran salju itu dengan ibu jari. Salju terus berjatuhan, menghujan tiada henti. Di ranting-ranting bunga di atasku, masih bisa kulihat salju sebesar jari kelingking menempel dan bergelantungan seperti potongan kristal es.
"Aduh, Nona. Kau tidak perlu galak begitu padaku. Percayalah, aku datang ke sini bukan untuk mengganggumu. Tempat ini adalah kenangan antara diriku dengan seseorang, Sayang, orang itu kini telah pergi untuk selama-lamanya," ratap Hajime. Aku yakin ia sedang terkenang masa silam yang dimaksud.
"Sebenarnya, untuk apa kau tahu urusanku? Aku juga sama sekali tidak punya kepentingan terhadap urusanmu. Dunia kita berbeda. Jadi, sebaiknya kau urus sendiri urusanmu, dan ku-urus sendiri urusanku," sahutku dengan nada ketus.
"Hei..., kau kenapa, sih?" tanya Hajime dengan wajah innocent. "Habis diputusin pacar, ya?" tambahnya, meledek.
Aku diam dan mendengus dalam hati. Tapi, Hajime memang benar. Dengan kalimat tanyanya, ia menyadarkanku bahwa selama ini antara aku dan Keano tidak ada kesepakatan untuk mengakhiri hubungan. Keano memang tidak memutuskanku, tapi apa bedanya dengan putus? Hingga sekarang, hubungan kami berdua tidak ada kejelasannya. Mengambang seperti kapas dilarung air sungai.
_________________________________
Bersambung~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments