Fyi "Aster bunga ini memiliki makna cinta, kerapian/kehalusan"
Happy Reading All.
***
"Pelangi saja bisa hadir saat langit menangis untuk menghiburnya, apa kamu tidak ingin hadir dan menjadi pelangi untuk ku?"
***
Bel pulang sekolah yang sudah di tunggu Hazel sejak tadi akhirnya berbunyi, membuat Hazel jadi gemetaran karena akan pulang bersama laki-laki yang disukainya. Memang nya siapa yang tak akan senang jika akan pulang bersama dengan laki-laki yang ia sukai? Begitupun juga dengan Hazel yang kini merasa begitu senang karenanya.
"Zel, pulang sama siapa?" tanya Edel sambil membereskan bukunya.
"Sama calon imam dong," ucap Hazel dengan bangganya sambil tersenyum lebar, ia sudah tidak sabar untuk pulang bersama Argo. Bahkan kini ia merapikan buku pelajarannya dengan cepat. Mendengar hal tersebut Edel menaikkan sebelah alisnya sambil menatap ke arah Hazel dengan tatapan penuh tanyanya. Hingga ia mengerti siapa yang Hazel maksud.
"Sok berani banget, kalau ketemu aja kicep gimana mau bilang kalau lo mau nebeng? Serangan jantung kali lo," tawa Edel menghina Hazel membuat Hazel mencibikkan bibirnya kesal. Ia jadi ingin melihat bagaimana reaksi temannya tersebut setelah mengetahui jika ia memang akan pulang bersama dengan Argo. Ia tak sabar untuk menyombongkannya pada sahabatnya tersebut. Walau sebenarnya semua ini berkat Talia dan bukan ia yang mengatakan langsung pada Argo
"Zel ada temen pulang kan?" tanya Deniz menghampiri Hazel, ia sering mengantar Hazel pulang saat Hazel tak ada teman pulang karena Talia yang sering ikut ekskul. Deniz tak pernah keberatan mengantar Hazel meskipun ia harus berputar balik, ia sudah menganggap Hazel sebagai adiknya sendiri bukan lagi sebagai sahabatnya. Mereka memang sangat dekat sampai banyak yang mengira bahwa mereka memiliki hubungan. Bahkan orang tua Hazel sering menjodoh-jodohkan mereka.
"Nebeng sama ketos katanya Niz," ucap Edel menggoda Hazel yang sudah bersemu merah. Namun Edel kini malah tertawa mendengar hal tersebut. Deniz bahkan terdiam beberapa saat sebelum tawanya meledak.
"Hah? Haha" tawa Deniz pecah karena ia tak percaya sahabatnya itu akan berani untuk mengatakan ingin nebeng dengan sang ketos, jika berbicara saja ia sudah panas dingin.
"Demi apa? gaya lo nebeng sama Argo, disapa aja lo udah kekurangan oksigen," ucap Deniz yang masih tertawa bersama Edel. Hazel memutar matanya malas mendengar ejekan dari kedua temannya itu. Jika sudah urusan mengejek Hazel kedua sahabatnya tersebut memang begitu kompak.
"Hazel, dicari sama Argo," ucap Mela salah satu teman sekelas Hazel yang sontak menghentikan tawa kedua temannya itu saat mendengar jika Argo mencari Hazel. Sesuatu yang langkah dan mengejutkan.
"Gue serius kali, udah ya gue duluan kasian calon imam gue nungguin," pamit Hazel sambil mengibaskan rambutnya pada Deniz dan Edel dengan gaya angkuhnya lalu ia menjulurkan lidahnya mengejek Deniz dan Edel yang menatap tidak percaya ke arah Hazel.
Setelah sampai di depan kelasnya dapat ia lihat kini Argo yang tengah menunggunya sambil berbincang dengan temannya yang merupakan anak kelas samping kelas Hazel.
"Balik sekarang?" tanya Argo pada Hazel yang sudah berdiri di depannya dengan menundukkan kepalanya, terkadang Argo bingung dengan Hazel ia selalu menunduk saat Argo berada di dekatnya, namun tak jarang Argo sering melihat Hazel mencuri pandang dengannya.
"Ehm terserah lo aja," ucap Hazel masih menundukkan kepalanya sambil mengatur detak jantungnya yang sudah berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya.
"Ya udah ayo pulang," ajak Argo yang mendapat anggukan dari Hazel. Setelahnya ia segera berpamitan dengan temannya yang ia ajak berbicara tersebut.
Sebelum akhirnya mereka berjalan ke arah parkiran laki-laki. Fiy di SMA Atlantik tempat parkir antara laki-laki dan perempuan dibedakan, tempat parkir laki-laki berada di gedung selatan dekat dengan kelas 12 sedangkan untuk tempat parkir perempuan berada di gedung belakang dekat dengan kelas 10.
"Udah ganti tebengan Zel?" tanya Tara ia teman Hazel yang berbeda kelas dengannya, Hazel mengenal Tara karena laki-laki itu sering bermain di kelasnya dan karena Tara dan Talia bersaudara jadilah mereka saling mengenal.
"Iya, Talia lagi ada latihan musik," ucap Hazel dengan senyumannya setelahnya ia sudah naik di atas motor Ninja milik Argo.
"Duluan ya Tar," ucap Hazel yang mendapat anggukan dari Tara.
***
Hazel baru saja sampai di rumahnya namun langsung di suguhkan dengan pemandangan rumahnya yang masih berantakan, karena ulah adik-adiknya yang bermain namun tak mau membereskan setelahnya. Tubuhnya sangat lelah untuk membersihkannya, namun jika tidak ia bersihkan pasti bundanya akan memarahinya.
Hazel berjalan ke arah kamarnya untuk mengganti pakaiannya, setelahnya ia berjalan ke arah dapur untuk makan namun tak ada yang bisa ia makan, di atas meja makannya hanya ada nasi.
Hazel mendengus melihatnya, setelah neneknya meninggal ia merasa hidupnya tambah hancur, bebannya semakin berat. Ia merindukan neneknya, sangat. Andai neneknya masih ada bersamanya hidupnya pasti tidak akan semenyedihkan ini.
Hazel berjalan ke arah ruang keluarga untuk melihat apakah adiknya ada di sana dan sudah makan atau belum. Saat Hazel sampai diruang keluarga Hazel melihat bundanya tengah makan bersama adiknya dan anaknya. Hazel hanya bisa mendengus melihat itu. Betapa menyedihkan hidupnya itu.
"Kamu kalau mau makan masak aja sendiri," ucap wanita itu sinis pada Hazel, Hazel hanya menghela nafasnya kasar lalu menuju dapur untuk memasak makanan untuknya. Apa lagi yang bisa ia lakukan? Marah pada bundanya itu? Jelas ia tak bisa melakukannya karena ia tak ingin untuk bertengkar saat ini. Ia sudah terlalu lelah jadi ia tak ingin untuk menambah rasa lelahnya.
"Kamu itu egois banget ya, masak lauk cuma buat diri sendiri gak mikirin orang lain, gimana nanti kalau ayah kamu dateng dan gak ada makanan?" tanya Winda, ibu tirinya tersebut dengan meninggikan suaranya saat wanita tersebut ke dapur dan melihat Hazel hanya memasak untuk dirinya sendiri. Egois? Siapa yang egois di sini? bahkan di saat baru pulang sekolah ia harus memasak untuk makannya, dulu saat neneknya masih bersamanya hidupnya tidak semenyedihkan ini.
"Kalian sudah makan jadi aku hanya memasak untuk ku, aku pikir bunda akan memasak nanti," ucap Hazel menundukkan kepalanya tidak berani menatap ke arah Winda- ibu tirinya tersebut.
"Kalau di kasih tau jawab aja, setelah makan masak untuk makan malam dan bersihkan rumah." ucapnya dan segera pergi ke kamarnya. Hazel hanya bisa mendengus tanpa terasa satu titik air matanya jatuh.
"Kamu kuat Hazel, semangat jangan mau terlihat lemah di matanya," semangat Hazel meyakinkan dirinya, setelahnya ia langsung memasak dan membersihkan rumahnya. Dulu saat neneknya masih bersamanya, bundanya itu tidak seperti ini, hubungan mereka bisa dikatakan baik. Namun semenjak neneknya meninggal semua berubah.
Jika ia bisa, ia ingin memutar kembali pada masa yang sudah dilaluinya dan tidak akan membiarkan mamanya pergi darinya.
***
Hi guys aku balik lagi nih dengan cerita baru aku.
Jangan lupa juga buat vote, koment, dan like ya.
Dukungan kalian semangat ku.
Jangan lupa juga buat Follow akun sosial media aku ya guys.
Ig: Hilmiatulhasanah dan Wphilmiath
See you next chapter guys.
Thank for Reading.
Dan ya buat kalian jangan lupa buat baca cerita ku yang lain ya. Yang pasti gak akan kalah seru dari kisah ini. Jadi langsung cek profil aku aja ya guys.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 133 Episodes
Comments