Arumi Nandira merupakan seorang ibu yang usianya sudah memasuki kepala empat. Dia terlihat kesal melihat putrinya pulang dari Kafe malah berdiam diri di kamar.
Arumi mengetuk pintu kamar putrinya. Tidak ada respon. Arumi langsung saja masuk. Dia melihat Trisha sedang memainkan ponselnya.
"Trisha! Sejak tadi Ibu mengetuk pintu, tetapi kamu tidak menjawabnya."
"Oh, Ibu. Maaf, Trisha sedang fokus sama ponsel."
Tidak biasanya sikap putrinya seaneh hari ini. Padahal dia tipikal gadis yang periang.
"Kamu pasti sedang menyembunyikan sesuatu, kan? Kalau kamu mau cerita, Ibu akan mendengarkan."
Trisha meletakkan ponselnya di atas nakas. Dia kembali menatap ibunya yang sedang duduk di ranjang.
"Trisha bingung, Bu," ucapnya lirih.
Benar dugaan Arumi. Sepertinya Trisha memang membutuhkan teman mengobrol saat ini.
"Baiklah. Kalau kamu memang mau berbagi dengan Ibu, maka ceritakan!"
Trisha terlihat agak ragu. Pasalnya yang akan dia ceritakan kali ini tidak lagi mengenai pekerjaan, melainkan perasaannya yang terpendam. Bagaimana jadinya kalau Trisha menceritakan perasaannya ini pada ibunya? Tanggapannya pasti tidak enak didengar.
Trisha diam. Urusan pekerjaan sudah menjadi bagian sehari-hari di dalam curhatan kepada ibunya. Apalagi dia merupakan karyawan baru. Sudah pasti kalau diperlakukan tidak enak oleh teman kerjanya yang lain.
"Tris, kenapa diam? Kalau kamu mau memendamnya sendiri, terserah kamu. Tapi, kalau kamu mau cerita, Ibu tunggu."
Trisha menghembuskan napas panjang. Sebenarnya berat harus membagi kisahnya, tetapi dia juga tidak mungkin memendamnya sendiri. Dia butuh solusi.
"Bu, apakah salah kalau aku jatuh cinta?"
Spontan Arumi tertawa. Trisha bukan lagi seorang remaja belasan tahun, tetapi sosok perempuan cukup umur. Bahkan, beberapa dari teman Trisha sudah banyak yang menikah. Trisha saja yang masih enggan untuk berumah tangga dengan alasan masih ingin bekerja. Mengejar karier adalah impiannya.
"Kenapa Ibu tertawa?"
"Ibu hanya merasa kalau kamu terlalu polos, Trisha. Kapan pun kamu jatuh cinta, itu merupakan hal yang wajar. Sukur-sukur kalian akan menikah."
"Ish, Ibu! Trisha serius."
"Ibu juga serius, Trisha. Baiklah, Ibu akan dengarkan apa pun cerita kamu tanpa komentar sedikit pun sebelum semuanya selesai."
Trisha tersenyum. Ibunya memang seperti sahabat dekatnya.
"Bu, bagaimana kalau Trisha suka pada sahabat sendiri?"
Arumi tahu kalau Trisha bersahabat dengan Janu dan Arjuna. Kedua laki-laki itu juga baik dan Arumi mengenalnya dengan sangat baik.
"Wah, siapa yang kamu suka? Janu atau Arjuna?"
Wajah Arumi terlihat sangat senang. Sebentar lagi putrinya bisa menikah dengan laki-laki pilihannya.
"Keduanya, Bu." Trisha tertunduk.
"A-apa maksudmu, Trisha? Kamu mencintai keduanya?"
Arumi syok. Seharusnya Trisha jatuh cinta pada satu orang saja. Kenapa dia bisa jatuh cinta pada keduanya?
"Tris, di dunia ini sangat tabu kalau wanita menikah dengan dua laki-laki."
"Ibu, Trisha belum memikirkan pernikahan. Trisha hanya mencintai keduanya."
Arumi yakin kalau awalnya Trisha memang mencintai dua laki-laki itu, tetapi lambat laun pasti menginginkan untuk memilikinya.
"Tris, Ibu tidak suka kalau kamu mencintai keduanya. Hidup itu harus realistis. Pilih salah satu kemudian jalin hubungan serius dengannya. Ingat, usiamu tidak lagi muda."
Glek!
Bukannya mendapatkan solusi, Trisha malah mendapatkan masalah baru lagi. Ibunya menginginkan Trisha menikah dengan salah satunya, tetapi hati Trisha sendiri memberontak. Dia menginginkan keduanya.
...🍄🍄🍄...
Berbeda dengan dua laki-laki yang baru bertemu kembali. Arjuna sengaja datang ke Kafe untuk menemui Janu. Dia merasa tidak enak hati telah mendiamkan Trisha selama ini.
"Tumben kamu datang ke sini," sapa Janu.
"Hari ini Trisha tidak datang ke sini, kan?"
Janu menggeleng. "Kamu terlihat takut. Memangnya ada apa? Maksudku, kenapa kamu terlihat menghindari Trisha?"
Arjuna sebenarnya ingin jujur dengan perasaannya pada Trisha. Dia tidak ingin Janu tahu. Kalau sampai Janu tahu, hubungan persahabatan mereka pasti renggang.
Janu pun ingin bercerita pada Arjuna, tetapi dia tidak ingin membuat Arjuna salah paham karena dia menyukai Trisha. Bahkan, Janu sudah mengungkapkan perasaannya.
"Aku pernah menjemput Trisha, Janu. Tapi, setelah hari itu aku sangat sibuk. Apakah Trisha akan marah padaku karena mengabaikan pesannya?" tanya Arjuna. Ucapannya barusan adalah alibi supaya Janu tidak tahu perasaannya pada Trisha.
"Iya. Dia sempat kesal sama kamu. Dia sering datang ke sini untuk sekadar membicarakan kamu."
Arjuna merasa cemburu mendengar penuturan Janu. Dia berusaha berpikir positif bahwa Trisha datang ke Kafe hanya untuk bertemu dengan sahabatnya yang lain.
Arjuna tidak menampik kalau dia memang merindukan sosok Trisha yang selama ini tidak pernah dilihatnya. Dia ingin bertemu dengan gadis itu entah bagaimana caranya.
"Janu, aku ingin mengajak Trisha makan malam. Kamu mau ikut?" tanya Arjuna.
Sebagai seorang sahabat, mereka pasti pergi bersama. Janu yang merasa diabaikan oleh Trisha kala itu, dia juga ingin bertemu dengan gadis yang dicintainya. Kedua sahabat ini menyembunyikan perasaannya satu sama lain.
"Tentu. Aku akan ikut. Bukankah kami bersahabat?" tanya Janu.
Arjuna tertawa. Kenyataannya mereka bertiga memang bersahabat sejak lama. Terbiasa bersama Trisha yang apa adanya membuat dua laki-laki itu tertarik pada sahabatnya sendiri.
Seperti biasa, Janu selalu menjamu tamunya dengan baik. Dia sendiri yang membawakan nampan berisi minuman.
"Janu, tidak perlu repot-repot seperti ini. Aku cuma mampir sebentar."
"Oh ayolah, Bro. Kamu jarang ke tempatku. Apa salahnya aku menjamu kamu seperti ini?" tanya Janu.
"Tidak ada yang salah." Arjuna mengambil gelas minuman itu kemudian menyedotnya.
Minuman yang disediakan Janu memang selalu spesial. Arjuna merasa perlu berbincang dengan sahabatnya setelah mengembalikan gelas ke meja.
"Terima kasih. Minumannya sangat segar," ucap Arjuna lagi.
"Sama-sama. Oh ya, selain kamu ingin mengajak Trisha makan malam, apalagi yang ingin kamu lakukan?"
Arjuna sedang memikirkan sesuatu. Dia berharap makan malam yang direncanakan itu, mendadak Janu tidak bisa ikut. Dia ingin berduaan dengan Trisha.
"Tidak ada. Aku hanya ingin makan malam saja," jawab Arjuna.
Berbeda dengan Janu. Dia ingin memberikan surprise pada Trisha. Walaupun gadis itu tidak memberikan kejelasan hubungannya, tetapi Janu berharap Trisha bisa menjadi kekasihnya.
Mereka menyusun rencana masing-masing tanpa tahu bahwa keduanya mencintai orang yang sama. Namun, Arjuna merasa tidak enak hati telah menyembunyikan rahasia ini pada sahabatnya. Biarlah cuma dia dan Trisha yang tahu.
"Juna, bagaimana kalau aku jatuh cinta pada seseorang?" tanya Janu.
Tersungging senyum mengembang di wajah sahabatnya. Arjuna sangat senang sekali kalau sahabatnya itu memiliki kekasih.
"Aku senang akhirnya kamu akan menyudahi kesendirian ini. Aku akan mendukung apa pun keputusanmu. Oh ya, kenalkan gadis itu padaku!"
Sebagai seorang sahabat, Arjuna ingin tahu siapa gadis yang sudah membuat Janu jatuh cinta.
"Aku belum bisa memperkenalkannya padamu, tetapi aku berjanji jika waktunya tepat. Kalian pasti bertemu," jelas Janu.
Arjuna tidak pernah memikirkan bahwa gadis yang dicintai Janu adalah orang yang sama dengan gadis incarannya. Bagaimana kalau mereka tahu? Mungkinkah salah satunya akan mengalah?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments
AdindaRa
Hai kak. Aku mampir lagi bawa saweran iklan 😘
2022-10-11
1
AdindaRa
Pilihan yang sulit ini. Ini namanya cinta segitiga sama sisi ya kak 😂
2022-10-11
1