bab 4

Pagi ketika aku hendak sholat subuh, ku lihat Mas Arsad tertidur di sofa. Nyenyak sekali tidurnya, seolah tidak punya salah. Ku tinggal Mas Arsad yang tertidur untuk menunaikan kewajibanku terhadap Tuhanku, ku adukan lagi perih dihati agar rasa sakit ini tidak berlarut. Setelah semua pekerjaan rumah selesai, aku bersiap menemani Dipta les dan untuk kesekian kalinya kami berangkat berdua tanpa Mas Arsad.

Dipta sibuk dengan kegiatannya diruangan, aku yang menunggu dikantin sibuk dengan pikiran yang bagaikan benang kusut.

Waktu les berakhir, aku dan Dipta kembali pulang. Aku harus bersiap menghadapi Mas Arsad nanti dirumah. Pasti akan ada debat antara aku dan Mas Arsad. Ketika sampai rumah, ku temui Mas Arsad sedang santai menonton tv.

"Dipta gimana les ny hari ini?" kata Mas Arsad

"ya gak gimana-gimana pah, papa tumben nanya-nanya" ujar Dipta

"Dipta gak boleh begitu jawabnya, papa kan juga mau tau kegiatan Dipta sehari-hari" ucapku

"tuh liat Dipta jadi berani sama aku, pasti gara-gara mencontoh kamu" Mas Arsad kembali bicara. Ku hembuskan nafas dengan kasar, lalu ku suruh Dipta masuk ke kamar.

"Mas disini kamu yang salah, tapi kamu malah menyudutkan aku. Dipta itu sudah besar, sedikit banyak tau dengan apa yang terjadi, dia bicara seperti itu karena memang merasa ada perubahan dengan kamu" terangku

"alah ngelak aja kamu ini, aku begini juga karena kamu yang cerewet selalu bertanya aku dimana, pulang jam berapa dan bicaranya uang terus" balas Mas Arsad

"itu pertanyaan yang wajar mas, kalau tidak suka kamu bisa bicara sama aku agar aku intropeksi, bukan malah beralasan seperti itu untuk menutupi kelakuan kotormu. dan soal uang karena memang kita ini berumah tangga juga ada Dipta diantara kita dan ada kebutuhan lainnya yang memang harus dipenuhi, jadi pembahasan soal itu wajar adanya" kataku dengan tegas

"sudah sini kembalikan uangku yang kau ambil dari atm ku, aku harus membayar tagihan itu" pinta Mas Arsad

"tidak ada uang untukmu mas, karena itu hak aku dan Dipta" tolakku

brakk

Pintu kembali dibanting oleh Mas Arsad yang pergi meninggalkan rumah. Selalu seperti itu ketika berdebat, pergi dan tidak pulang.

Seminggu sudah berlalu, ketika aku dan Dipta sedang membuat kue didapur terdengar suara ketukan pintu. Siapa yang bertamu sore-sore begini, karena memang aku tidak dekat dengan tetangga dan jika temanku datang pasti akan janjian dulu, atau jika teman Mas Arsad pasti Mas Arsad menunggu dirumah. Cepat aku beranjak membuka pintu, kulihat 2 orang laki-laki berumur dan tujuan kedatangannya pasti mencari Mas Arsad

"dengan siapa pak? dan mencari siapa?" kataku

"saya Bima, ada perlu dengan Pak Arsad" katanya

"Mas Arsad sedang tidak ada dirumah, silahkan di hubungi saja nomornya" kataku lagi

"sudah kami hubungi mba, tapi tidak ada jawaban dari kemarin makanya kami langsung datang kesini" katanya lagi

"memangnya ada apa ya pak kalau boleh saya tahu" tanyaku

"gini mba kita kan ada join dengan usaha bapak, alhamdulillah selama ini lancar tapi beberapa minggu ini Pak Arsad sulit sekali di hubungi dan pendapatan tidak sesuai dengan yang diberikan" jelasnya

"yasudah coba nanti saya tanyakan pada Mas Arsad, dan semoga masalah ini hanya kesalahpahaman jadi cepat selesai ya pak" balasku

10 menit berlalu, rekanan Mas Arsad pamit pulang. Aku lekas melanjutkan membuat kue didapur karena Dipta sudah menunggu. Malam ketika Mas Arsad pulang ku beri tahu kedatangan kedua temannya tadi dan ku tanyakan apa yang sebenarnya terjadi.

"iya aku lagi ada masalah, mobil turun mesin jadi belum bisa dijual, uang modal mobil yang lain terpakai sama aku" jelas Mas Arsad

"Ya Allah Mas, uang modal kamu pakai? Berapa yang kamh pakai?" tanyaku

"100juta" ucap Mas Arsad sambil berlalu mengambil minum

"hah? 100juta? untuk apa uang itu mas? bahkan aku tidak pernah menerima lebih kecuali uang nafkah sehari-hari. Jangan bilang uang itu kamu pakai foya-foya bersama pelac*r selama ini?" tanyaku

"iya aku pakai dikit-dikit dan gak berasa sampai segitu, maafkan aku sayang, aku sudah membuat kesalahan dan aku khilaf" mohon Mas Arsad

Aku sudah tak bisa berkata-kata lagi, ku tinggalkan Mas Arsad sendiri agar dia berfikir untuk mencari jalan keluarnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!