Saat ini Xiao Li berada di atas pohon persik posisinya persis seperti saat terakhir dia pergi.
Dia termenung sejenak untuk memahami situasi aneh yang dia alami beberapa hari lalu.
"Benarkah aku sudah pergi selama tiga hari?" Tanya Xiao Li pada dirinya sendiri.
"Arghh.... pikirkan itu lain kali Jes sekarang tugas mu adalah membongkar kebusukan para ular itu" ucapnya lagi dengan memutar manik matanya jengah.
Mungkin bila ada yang melihat kegiatan Xiao Li saat ini dia bisa di kira orang gila karena berbicara sendiri, tapi sayangnya tempat itu sangat sepi karena setiap kali pohon persik di sana sudah berbuah maka buahnya akan di biarkan membusuk tanpa di manfaatkan sedikitpun dan tidak akan ada yang mau kesana kecuali memang ingin.
Bukankankah itu sangat mubazir.
Xiao Li melompat turun dari pohon dan berjalan dengan sedikit terburu buru karena dia sudah pergi terlalu lama mungkin ayah dan ibunya akan panik saat ini.
Namun Xiao Li tiba tiba berhenti dia tampak memandang intens buah persik yang sudah jatuh di tanah setelah beberapa saat dia tampak tersenyum sejenak lalu pergi.
Di Paviliun Mawar. Ayah dan ibu Xiao Li tampak sedang bercengkrama sudah lama mereka saling diam dan berbicara hanya saat Permaisuri Suzi memberi salam untuk sekedar penghormatan tanpa bertegur sapa.
Hubungan Permaisiri Suzi dan Jendral Xiao sempat renggang karena ulah si ular Cyo dan putrinya.
Mereka selalu berusaha menyingkirkan Permaisuri Suzi dan Xiao Li untuk mendapatkan gelar kedudukan permaisuri dan putri pertama di kediaman Jendral Xiao, namun usaha mereka selalu gagal.
Itu cukup membuat mereka geram tapi bahkan tidak pernah mau menyerah dengan terus memberi Xiao Li dan Permaisuri Suzi dengan makanan beracun dengan dosis rendah yang akan membunuh mereka secara perlahan.
Saat Xiao Li di nyatakan meninggal alangkah bahagianya Selir ular dan anaknya karena satu penghalang telah tersingkir hanya tinggal menunggu satu penghalang lain tumbang.
Tapi sungguh malang karena Xiao Li bangkit kembali dari kematian lebih tepatnya karena roh Jesi menempati raga Xiao Li saat ini.
Itu membuat pasangan ibu dan anak marah karena dewa tidak segera mencabut nyawa Permaisuri Suzi dan Xiao Li.
Back to Xiao Li
"Ayah.... ibu.... apa kalian tidak merindukanku?" Teriak Xiao Li dengan nada manja, hohoho bagaimana bisa dia bertingkah kekanakan meski tubuhnya ini memang masih berusia belasan tahun tapi rohnya sudah lebih tua.... tepatnya dewasa.
"Ah... ternyata kau Li'er" kata Permaisuri Suzi menengok ke arah Xiao Li.
"Anak yang satu ini baru hilang dari pandangan sebentar saja sudah rindu" jawab Jendral Xiao.
"Bagaimana ayah dan ibu tidak rindu pada ku sama sekali padahal aku sudah pergi cukup lama" Xiao Li mengatakannya dengan nada kesal sambil menggembungkan kedua pipinya kini terlihat seperti bakpao yang lezat.
"Ayolah Li'er kau baru pergi selama tiga jam" ucap Jendral Xiao.
'What... tiga jam? Bukannya tiga hari?' Batin Xiao Li sambil mengerutkan alis.
"Tapi ayah... aku merasa seperti jauh dari kalian selama tiga hari" bantah Xiai Li.
'Hohoho... Igon kau menipuku ternyata lihat saja hukuman apa yang akan ku berikan nanti' batin Xiao Li dengan smirk devilnya.
"Hachoo....ahh mungkinkah hewan legenda sepertiku bisa sakit flu" kata Igon sambil mengusap hidungnya.
"Baiklah Li'er kemarilah hapuskan rasa rindumu" ucap Permaisuri Suzi.
"Ah.... ibu memang yang terbaik" sambil berlari memeluk Permaisuri Suzi "lebih baik dari ayah" lanjutnya sambil menatap Jendral Xiao dengan tatapan sinis.
Jendral Xiao sadar dengan tatapan Xiao Li hanya bisa menggelengkan kepalamya sampai suatu ide muncul.
"Li'er ayah juga mau kau peluk" kata Jendral Xiao dengan nada merajuk.
"Tidak ayah tidak rindu denganaku... huh" memalingkan wajah.
"Ayolah Li'er..." rengek Kendral Xiao "baiklah kalau kau tidak mau memeluk ayahmu ini dalam hitungan ketiga maka kau tidak di perbolehkan ikut dalam pesta di Kekaisaran nanti"
"Satu..."
"Dua..."
"Ti....g...."
"Ayah... kau jahat sekali" berlari memeluk Jendral Xiao.
Mungkin jika ada yang melihat ekspresi Jendral Xiao saat ini mereka pasti akah menjatuhkan rahangnya beserta seteguk darah yang mengalir di bibir.
Bagaimana tidak jendral yang terkenal arogan, tegas, dan tidak pernah tersenyum meskipun saat bersama Selir Cyo sekalipun kini tengah tertawa lepas seperti tanpa beban.
"Tunggu sebentar Li'er" kata Jendral Xiao menatap Xiao Li dengan intens "tiga jam lalu saat kau pergi wajahmu belum berubah sama sekali tapi sekarang lihat lah kulitmu..... bagaimana bisa?" Tanya Jendral Xiao mengerutkan keningnya tanda berfikir keras.
Sebenarnya Jendral Xiao sedikit terkejut tapi dia bisa mengendalikan keterkejutannya agar tidak berlebihan.
"Benar Li'er bahkan sekarang kau terlihat lebih cantik" dengan binar kekaguman "putra mahkota pasti berfikir dua kali untuk menceraikanmu" pekik Permaisuri Suzi.
"Huft...." Xiao Li mendengus pasrah ia memilih untuk mengalihkan topik ke tujuan awalnya.
"Ayah... ibu... sebenarnya saya sudah pergi selama tiga hari...." kata Xiao Li.
"Jangan bercanda Li'er kau baru pergi selama beberapa jam" elak Permaisuri Suzi.
"Saya tidak bercanda ayah... ibu..." dengan raut serius
"saat saya sedang berjalan jalan ke arah kebun persik saya bertemu dengan seorang pertapa tua dia bilang dia bisa mengeluarkan seluruh racun dalam tubuh saya dan tiba tiba saya berada di tempat yang sangaat indah pertapa itu menyuruh saya untuk menelan sebuah pil berwarna hitam pekat dan setelah itu saya tidak sadarkan diri" jelas Xiao Li berbohong.
"Apa... bagaimana bisa seorang pertapa masuk di kediaman Jendral ini?" Kata Jendral Xiao dengan nada terkejut yang tidak bisa dia sembunyikan lagi.
"Bukankah penjagaan di kediaman ini sangat ketat.... bagaimana caranya?" Permaisuri Suzi yang tak kalah terkejut.
Xiao Li malas mencari alasan untuk menjawab pertanyaan ayah dan ibunya dia hanya menaik turunkan bahunya tanda tidak tahu.
"Oh ya ibu pertapa itu juga menitipkan ini" sambil mengeluarkan sebotol air yang Xiao Li ambil dari danau yang ada di ruang dimensinya.
Katanya air itu adalah air suci yang keberadaannya sangat langka. Hanya satu tetes saja sudah dapat membuat keempat benua geger untuk memperebutkannya.
Jendral Xiao melihat apa yang ada di tangan Xiao Li terbelalak tak percaya.
'Apakah mataku sudah buta? Itu adalah air suci bahkan dewa pun akan berebut untuk mendapatkannya walaupun hanya satu tetes' batin Jenral Xiao yang masih terlihat syok.
"Ada apa ayah ibu kenapa kalian diam" tanya Xiao Li dengan lugunya.
"U.... untuk apa pertapa itu menitipkan air suci kepadamu?" Tanya Permaisuri Suzi yang masih terlihat syok.
Bagaimana kalau mereka tau bahwa Xiao Li memiliki sumber air suci, dan karena saking banyaknya bahkan sampai digunakan Xiao Li untuk mandi mungkin mereka akan sangat terkejut sampai muntah darah.
"Ini untuk mu ibu untuk mengeluarkan seluruh racun yang sudah terlalu banyak bersarang di tubuhmu" jawab Xiao Li sambil memberikan air itu kepada Permaisuri Xiao.
Permaisuri Xiao menerimanya denga tangan bergetar hebat entah karena senang atau sedih atau mungkin takut.
Begitu pula dengan Jendral Xiao dia masih syok dengan kejadian ini dia hanya diam dan masih menampilkan ekspresi terkejutnya.
"Oh ya ayah sebenarnya...."
☆
☆
☆
☆
♥♥♥
para readers sekalian tolong tinggalin jejak dan kasih saran ya jujur saya sendiri bingung soalnya saya masih belum pro
dan lagi sebenernya novel ini terinspirasi dari novel novel sebelah jadi mungkin ceritanya nggak beda jauh🎈
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments
Rata Palgunadi
Baru sampe sini ngsi like kak. Dtnggu lagi ya khdiranku hahahaha. Keren crtanya.
Jangan lp buat mmpir ke karyaku ya. Dkungan kk sngt brarti.
2020-07-25
0
Raina Yuni Apriani
buat tokohnya kejam dan sadis sama yang jahat thor buat juga tokoh berkelana buat jadi yang terkuat
2020-06-19
9
c'jlex-thea
uuuuhhh srrruuu niih criiitanya
2020-06-17
1