Mencari Bukti

Jam 6 pagi kulihat Daren sudah bersiap untuk berangkat kerja, dan keluar kamar mungkin untuk sarapan. Setelah cuci muka dan gosok gigi Aku turun kebawah untuk sarapan. Benar saja Daren suamiku sudah sarapan di dapur bersama dengan beberapa pengawal lainnya mereka terlihat begitu akrab.

Selesai makan Mpok Sri terlihat memberikan bekal makanan kepada Daren, kantin rumah sakit menyediakan sarapan dan makan siang, dan makan malam untuk seluruh para pegawai tanpa memandang jabatannya. Tapi kenapa Daren membawa bekal dari rumah? Karena penasaran kuberanikan diri untuk bertanya.

“kenapa membawa bekal makanan? Makan dirumah sakit tidak enak ya?”

“dengan status baruku sebagai suami Mu, sehingga membuat mereka semua segan makan dengan saya, itulah sebabnya Aku makan sendiri tanpa ke kantin agar mereka bisa makan siang tanpa ada rasa segan.” Jelas Daren sambil pergi bersama 6 pengawal yang bersamanya.

Karena Daren sudah berangkat kerja, Aku dan Tyas juga berangkat ke kantor. Sesampainya dikantor dokumen dari Daren kuberikan kepada Tyas untuk dicek kebenaran dari video tersebut. Hanya butuh waktu beberapa menit hasilnya sudah keluar. Bukti-bukti tersebut valid. Tapi bukti ini belum cukup harus ada penunjang yang lain.

*******

Selama satu harian ini tidak fokus bekerja, bayangan akan Daren selalu terlintas dipikiranku. Apakah yang dilakukannya? Apakah bekalnya cukup untuknya? Bagimana perlakuan rekan-rekannya terhadapnya?

Ah..... kenapa harus kepikiran Daren Terus ya, tapi memang senyuman saat menyapa di pagi tadi sampai menusuk jantung ini, Dari pada mikirin dia mending ke salon dulu.

Bersama Tyas kami berdua pergi ke salon langganan kami yang biasa, setelah selesai kami singgah dulu di toko pakaian Pria, untuk membeli beberapa potong pakaian untuk Daren.

“ya kak, Dokter Daren adalah pria yang tepat untuk kakak. Pintar, penyabar, dan tentunya penyayang itu terlihat dari begitu besarnya kasih sayang kepada Mama dan Nindi adiknya itu. Kata Mama untuk melihat seseorang laki-laki yang tulus cintanya itu dilihat dari seberapa sayangnya dirinya kepada Mamanya.” Ujar Tyas tanpa kumintak pendapatnya.

Tanpa menyahutnya langsung kutinggalkan dia yang masih memilih baju, dan beberapa saat kemudian Tyas datang ke kasir dengan membawa 2 pasang baju kerja untuk pria.

“untuk calonku nanti, mangnya kakak aja yang bisa beli baju pria?” begitu ocehannya tanpa kutanya.

Kami terus berlalu menuju Rumah, karena macet akhirnya kami sampai dirumah sekitar jam 8 malam. Terlihat Daren duduk diruang tamu, sambil membaca buku lengkap dengan tas kerjanya disampingnya.

“tumben ngak belajar dikamar?”

“lagi Nungguiin tamu.

bu bos, tolong duduk di sampingku. Karena tamu yang datang adalah tetanggaku dan mereka sudah tahu kalau kita sudah menikah.” jelas Daren sambil menyingkarkan tas yang ada di samping kanannya.

“bentar mandi dulu.”

“ngak usah, bu bos tetap cantik kok.” Ujarnya sambil tersenyum.

Ya ampun jangan tersenyum seperti itu, karena senyuman itu begitu begitu menawan. Tapi harus tetap anggun dan terkesan tahan godaan dan tidak murahan. Tyas pergi ke kamarnya sementara aku duduk disampingnya.

Tidak berapa lama tiga pria seperti Premen datang dengan dituntun oleh para pengawal, Daren yang berdiri dan secara refleks saya ikut berdiri. Kemudian setelah Daren mempersilahkan mereka duduk saya juga ikut duduk.

“bang Arif, Bang Jago dan bang Irfan... Perkenalkan, Istriku namanya Cantika.” Daren memulai obrolan dengan memperkenalkan Aku sebagai istrinya.

Ketiga tamu itu hanya tersenyum ke arah Ku dan Mpok Sri datang dengan membawa minuman serta menyajikannya kemudian berlalu begitu saja.

“Dokter..... Kami sudah mendapatkan informasi yang dibutuhkan Dokter” Laki-laki yang bernama arif memulai obralan sembari memberikan Memory card.

“apa ini bang arif?” Daren bertanya kepada Arif, seraya memberikan memory card itu kepadaku.

“itu adalah video yang diambil oleh rekan kami, mengenai tempat tinggal dan lokasinya serta kegiatannya sehari-hari.” Ujar Arif kepadanya, dan Jago juga menyerahkan lima lembar kertas.

“dokter.... Itu mengenai informasi tentang mobil itu, serta data pribadi tentang Pria itu." Jago menambahkan informasinya.

Sungguh Sangat Lengkap informasi yang mereka berikan, dari data mobil, ini adalah mobil milik Om Irman. Dan Tyas sudah berada disampingku, memory card kuberikan kepadanya terlihat Tyas langsung pergi ke kamarnya dengan membawa memory card tersebut.

“Kalian bisa menangkap pria ini hidup-hidup?” Pertanyaanku langsung membuat mereka bertiga saling melirik satu sama lainnya.

“bisa bu, tapi....." Arif langsung menjawab pertanyaan itu.

Daren langsung memberikan Map berwarna coklat yang berukuran sedang  tentunya itu berisi uang dan diterima oleh Arif. Dan kartu nama pasukan khususku kuberikan kepada mereka.

“untuk dan tempat penyekapan pria itu, hubungi saja nomor handphone itu. Beliau akan membantu kalian kelak nanti.” Ketiga Pria itu hanya mengangguk kepalanya, dan Arif yang menerima kartu nama tersebut langsung menyimpannya dalam dompetnya.

“ Dokter, masih mengingat Remon anak saya?” Pria yang bernama Irfan tersebut bertanya kepada Suamiku.

“ingat bang Irfan, karena selain jadi pasien, Remon juga sering bantuiin Mama di warung, emangnya kenapa bang?’” Daren bertanya karena penasaran.

“ketika Suami bu Irma dikeroyok di TPA (tempat Pembuangan Akhir sampah) itu, Remon kebetulan lewat dari situ. Dan setelah pengeroyokan itu remon menemukan handphone dari salah premen itu. Dengan handphone tersebut Remon dengan laptopnya yang dokter berikan, berhasil mengambil data-datanya.” Demikian ujar irfan, sembari  memberikan handphone yang ditemukan Remon beserta flashdisk yang dititipkan oleh remon untuk Daren. 

“Bu.... Dokter.... Anak saya sudah tamat SMK jurusan Komputer, anak saya itu sangat ahli  dalam hal komputer. Saya mintak tolong kepada ibu dan Dokter, jika sekiranya ada lowongan kerja untuk anak saya Remon, saya tidak mau anak saya sama sepertiku." Irfan memohon dengan sangat lirih kepada kepada kami berdua.

“Besok jam 11 siang, suruh anak bapak menghadap ke saya di kantor, saya ingin tes keahliannya.” Terlihat Pria yang Irfan itu langsung tersenyum.

Setelah menyampaikan hal itu semua, ketiga tamu itu pamit pulang dan akan melaksanakan misi yang Aku diberikan kepada mereka. Setelah tamu pulang mereka bertiga masih berada diruang tamu itu. Dan Tyas juga sudah hadir dengan Notepad ditangannya.

“bu bos.... Dulu almarhum Papa pernah Cerita, kalau Imran itu adalah sepupu dari yang punya Bank.

Papa dulu bekerja untuk Berlin Bank sebagai Staf Micro Finance. Hingga Akhirnya tewas setelah dimutilasi dan dimasukkan dalam koper. Papa saat itu menyelidiki kasus korupsi yang dilakukan oleh atasnya yaitu pak Imran yang merupakan sepupu dari yang punya bank. bu bos ini berkas yang berhasil dikumpulkan almarhum Papa tentang penggelapan dana dan flashdisk tersebut berisi soft copy" Penjelasan dari suami ku ini perlahan membuka tabir kebenaran.

 “berkas ini akan diteliti oleh staf ahli yang dikantor, saat ini belum kupastikan semuanya. Rido tio Budiman nama Papa mu?”

Saya hanya menanyakan hal itu, karena dulu sebelum Mama menghembuskan napas terakhirnya nama tersebut di ucapkan sebanyak dua kali. Dan tidak penjelasan mengenai hal itu, Daren hanya terdiam tapi jelas terlihat di raut wajahnya yang kebingungan.

“Tyas, ini tambahan berkas dan juga flashdisk, besok tolong laporkan hasilnya kepada kakak ya”.

Tyas hanya terdiam sembari menerima flashdisk dan matanya yang fokus ke video yang di notepodnya. Ku langkahkan Kaki ku menuju kamar dan Daren mengikuti mengikuti sampai ke dalam kamar.

“bu bos....

saya tahu kalau Bank Berlin adalah milik bu bos, apa hubungan bu bos dengan Imran?” Pertanyaan dari Daren tidak segera ku tanggapi.

“semua berkas nantinya akan diteliti oleh tim ahli, sabar dulu. bawel banget sih, ngerti kan bahasa manusia?" dengan setengah membentak, Daren menyimpan kembali tasnya dan kemudian berlalu ke ranjangnya.

“bu Bos, uang yang satu milyar sudah cair ke rekeningku. Dan tadi baru keluar sebanyak 100 juta. Untuk biaya mereka melakukan Aksi.” Jelas Daren dengan suara yang sangat Lirih.

“kamu atur saja, dan ingat kita tidak bisa gegabah. Karena keluarga sudah memegang para petinggi negara ini. Kita harus membuat strategi, setelah banyak bukti baru kita melawan dan menyeret mereka semau ke neraka.

Setelah berkata  demikian terlihat Daren tenang, dan mulai memajamkan matanya dan tertidur di ranjangnya yang sempit itu. Jujur saya akui Daren adalah orang yang hebat, berkat bantuannya dan orang-orang disekitarnya yaitu masyarakat yang tinggal di daerah kumuh itu sangat membantu untuk pengumpulan bukti-bukti ini.

Terpopuler

Comments

rismawati bangun

rismawati bangun

bagus juga, ntar kita sambung lagi.

2022-09-27

1

lihat semua
Episodes
1 Kenangan Masa Lalu
2 Paksaan
3 Menikah Karena Terpaksa
4 Mulai Merasakan
5 Mencari Bukti
6 Remon Anak Yang Jenius
7 Strategi Baru
8 Menjebak Imran
9 Peringatan Pertama Dari Imran.
10 Bobroknya Sistem Rumah Sakit
11 Bukti Dari Om Rio
12 Membongkar Rahasia
13 Merasa Kecewa
14 Mulai Resah.
15 Bukti Tambahan dari Remon.
16 Terluka Tapi Tidak Berdarah.
17 Luka Yang Pedih
18 Daren Kecewa Lagi.
19 Cinta Menyayat Hati.
20 Daren Pria Sejati
21 Bisnis Kotor Rumah Sakit Terkuat.
22 Terlalu Banyak Rahasia.
23 Sangat Miris Tapi itulah Kenyataannya.
24 Rumah Sakit Di Grebek Polisi
25 Miris
26 Surprise Dari Daren
27 Daren Terpilih Sebagai Direktur Rumah Sakit.
28 Konferensi Pers
29 Rahasia Baru.
30 Mata-Mata
31 Kejutan Baru Lagi
32 Duka Di Balik Peristiwa
33 Masa Lalu Kelam Remon.
34 Menyusun Rencana Baru.
35 Daren Membuat Heboh.
36 Akibat Dari Ulah Daren.
37 Menjebak
38 Permainan Cantik.
39 Peringatan dari Farel.
40 Saksi Di Persidangan.
41 Saksi Di Persidangan (I)
42 Lanjutan Saksi Persidangan.
43 Lanjutkan Saksi Persidangan I
44 Imran Melebihi Iblis.
45 Daren Membuat Ku Kecewa.
46 Teror
47 Pelakor dan Teror
48 Rencana yang Matang.
49 Nindy Adiknya Daren Meninggal.
50 Balas Dendam dan Isu Liar
51 Dendam Yang Berkelanjutan.
52 Berita yang Hangat.
53 Terasa Lega.
54 Imran di Hukum Mati.
55 Daren Suamiku Kritis.
56 Misi Balas Dendam
57 Kelanjutan Balas Dendam
58 Awal Kebangkitan
59 Dukungan
60 Daren Akhirnya Siuman.
61 Tahap Kemajuan.
62 Tyas Jatuh Cinta Ke Remon.
63 Pertanyaan yang Belum Terjawab.
64 Penghiburan dan Harapan.
65 Melamar Remon.
66 Keresahan Hati.
67 Tyas di Lamar secara Resmi.
68 Penjelasan Daren.
69 Penjelasan dan Saran.
70 Pernikahan Tyas dan Remon.
71 Perpisahan.
72 Memulai Lembaran Baru.
73 Seperti Sang Idola.
74 Menemui Daren.
75 Bersama Daren
76 Pak Dokter Tampan Itu MilikKu
77 Liburan Bersama Mas Daren.
78 Mas Daren Yang Rendah Hati.
79 Kembali ke Jakarta
80 Perubahan Istriku.
81 Hari Bahagia
82 Happy Ending
Episodes

Updated 82 Episodes

1
Kenangan Masa Lalu
2
Paksaan
3
Menikah Karena Terpaksa
4
Mulai Merasakan
5
Mencari Bukti
6
Remon Anak Yang Jenius
7
Strategi Baru
8
Menjebak Imran
9
Peringatan Pertama Dari Imran.
10
Bobroknya Sistem Rumah Sakit
11
Bukti Dari Om Rio
12
Membongkar Rahasia
13
Merasa Kecewa
14
Mulai Resah.
15
Bukti Tambahan dari Remon.
16
Terluka Tapi Tidak Berdarah.
17
Luka Yang Pedih
18
Daren Kecewa Lagi.
19
Cinta Menyayat Hati.
20
Daren Pria Sejati
21
Bisnis Kotor Rumah Sakit Terkuat.
22
Terlalu Banyak Rahasia.
23
Sangat Miris Tapi itulah Kenyataannya.
24
Rumah Sakit Di Grebek Polisi
25
Miris
26
Surprise Dari Daren
27
Daren Terpilih Sebagai Direktur Rumah Sakit.
28
Konferensi Pers
29
Rahasia Baru.
30
Mata-Mata
31
Kejutan Baru Lagi
32
Duka Di Balik Peristiwa
33
Masa Lalu Kelam Remon.
34
Menyusun Rencana Baru.
35
Daren Membuat Heboh.
36
Akibat Dari Ulah Daren.
37
Menjebak
38
Permainan Cantik.
39
Peringatan dari Farel.
40
Saksi Di Persidangan.
41
Saksi Di Persidangan (I)
42
Lanjutan Saksi Persidangan.
43
Lanjutkan Saksi Persidangan I
44
Imran Melebihi Iblis.
45
Daren Membuat Ku Kecewa.
46
Teror
47
Pelakor dan Teror
48
Rencana yang Matang.
49
Nindy Adiknya Daren Meninggal.
50
Balas Dendam dan Isu Liar
51
Dendam Yang Berkelanjutan.
52
Berita yang Hangat.
53
Terasa Lega.
54
Imran di Hukum Mati.
55
Daren Suamiku Kritis.
56
Misi Balas Dendam
57
Kelanjutan Balas Dendam
58
Awal Kebangkitan
59
Dukungan
60
Daren Akhirnya Siuman.
61
Tahap Kemajuan.
62
Tyas Jatuh Cinta Ke Remon.
63
Pertanyaan yang Belum Terjawab.
64
Penghiburan dan Harapan.
65
Melamar Remon.
66
Keresahan Hati.
67
Tyas di Lamar secara Resmi.
68
Penjelasan Daren.
69
Penjelasan dan Saran.
70
Pernikahan Tyas dan Remon.
71
Perpisahan.
72
Memulai Lembaran Baru.
73
Seperti Sang Idola.
74
Menemui Daren.
75
Bersama Daren
76
Pak Dokter Tampan Itu MilikKu
77
Liburan Bersama Mas Daren.
78
Mas Daren Yang Rendah Hati.
79
Kembali ke Jakarta
80
Perubahan Istriku.
81
Hari Bahagia
82
Happy Ending

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!