Pov Daren
Selesai bertugas di rumah Sakit, Daren kembali ke rumahnya, untuk sekedar istirahat sembari mencek apakah ada Pasien yang menunggu di rumahnya.
‘syukur lah tidak ada pasien.’
Demikianlah gumamnya dalam hati, sambil berlalu ke kamarnya untuk rebahan.
Daren mencoba untuk memejamkan matanya, akan tetapi permintaan sang ratu kejam untuk menikahinya masih terus terngiang dipikirkannya. Mama dan Adik Perempuan harus berhasil sembuh, cinta satu malamnya bersama Cantika dan ancaman dari CEO itu tidak main-main, itulah yang dipikirkannya saat ini.
‘tidak ada jalan lain, Aku harus menikah dengan ratu kejam itu, dan ini mungkin akan membuka rahasia lain yang belum diungkap. Jika seandainya dia hamil akan perbuatanku sebagai laki-laki aku harus bertanggung jawab.’
Daren berbicara dengan dirinya sendiri untuk meyakinkan dirinya untuk menikah dengan Cantika. Setelah menetapkan keputusan yang berat itu, Daren mengambil handphonenya untuk memberitahu keputusan kepada Raju kejam.
Belum beberapa menit, pesan WA (WhatsApp) darinya langsung mendapat jawaban, lebih tepatnya adalah perintah untuk menemui CEO berpredikat ratu kejam agar menemui di ruangan besok jam 1 siang. Setelah membaca pesan tanpa membalasnya Daren mencoba untuk tidur, dan lagi-lagi keputusan yang dibuatnya malah tidak bisa membuatnya tidur.
Karena tidak bisa tidur Daren membersihkan dirinya di kamar mandi, setelahnya bersiap-siap untuk berangkat ke rumah sakit untuk menjaga Mama dan Adiknya yang sedang dirawat, selama 2 bulan ini hari-harinya dihabiskan di rumah sakit untuk bekerja dan menjaga Mama dan Adik Perempuan Nya.
Seperti biasa Daren berjalan kaki menuju rumah sakit melalui pemukiman kumuh, tempat para pendatang dari kota lain yang mencoba mengais rejeki di kota ini tapi apa daya, mereka kalah persaingan di kota metropolitan ini. Dan keberadaan mereka tidak terdata oleh pemerintahan Kota setempat alhasil mereka kesulitan untuk mengakses pendidikan dan kesehatan.
Hal ini menambah keterpurukan para penghuni pemukiman kumuh itu, Daren yang pada dasarnya berhati dermawan hanya bisa membantu lewat medis untuk memberikan pertolongan bagi yang membutuhkan tanpa dipungut biaya.
“Dokter..... Dokter....”
Seorang wanita paruh baya memanggilnya dari belakang.
Daren sudah sangat akrab dipemukiman itu sebagai Dokter yang berhati mulia, hampir setiap hari pemukiman kumuh itu didatangi oleh Daren hanya untuk mengecek kesehatan para warga yang tidak beruntung. Terkadang para penghuni pemukiman kumuh datang ke rumah Daren untuk memintak pertolongan medis.
“Kenapa Bu? Apa yang bisa ku bantu?
Wanita paruh baya hanya menangis tanpa menjawab pertanyaan Daren.
Sambil menangis wanita itu menarik tangannya ke sebuah gubuk, ternyata di gubuk itu seorang gadis kecil sedang kesakitan sambil menangis. Tanpa basa-basi Daren langsung membuka tasnya yang berisi pelataran medisnya. Dengan cekatan Daren memeriksa bagian perut dari gadis kecil itu, kemudian memeriksa mata dan mulutnya.
“Bu...
Anak ibu ini diare dan perutnya yang gembung membuatnya merasa kesakitan. Saya suntik ya Bu, biar obatnya cepat bersaksi.”
Wanita paruh baya itu hanya mengangguk setuju sembari menangis.
Setelah penanganan medis diberikan, perlahan gadis kecil berhenti meronta kesakitan. Daren memberikan obat tambahan dan vitamin untuk gadis kecil yang sedang sakit. Ketika hendak beranjak hendak pergi, Wanita paruh baya itu memegang tangan Daren dengan tatapan sedihnya sambil menyeka air matanya. Dan wanita itu mengambil sesuatu yang dibungkus dengan plastik kresek.
“Dokter...
Suami ibu meninggal karena dikeroyok orang, dan sebelum menghembuskan napas terakhirnya, Suamiku menyebut nama Rido Tio Daren, sembari memberikan benda ini.Saat itu saya tidak tahu siapa itu Rido, setelah bertanya kepada warga disini ternyata itu adalah ayah Dokter.
Ibu juga tidak tahu, apa benda ini milik ayahmu Dokter. Dan ini ibu serahkan kepada Dokter, siapa tahu ini bisa membantu dokter untuk menemukan siapa pelaku pembunuh Ayah kamu dan pengeroyokan terhadap suami ibu.”
Daren hanya menerima benda, sambil memperhatikan mimik wajah ibu itu yang masih menangis saat memberikan benda yang sudah ditangan Daren.
“apa ini bu?”
Daren bertanya untuk memperjelas apa isi plastik kresek yang diterimanya.
“ibu juga tidak dokter, tapi itu ibu dapat dari saku jaket suamiku.
Ibu pasien itu menjawabnya dengan lirih.
“Baiklah bu nanti saya periksa.
Daren menanggapi perkataan ibu itu dan pamit untuk pulang.
Sesampainya dirumah sakit, Daren langsung masuk ke ruang perawatan Mama dan adiknya yang dibuat dalam satu kamar ruangan untuk mempermudah pengawasan oleh Daren, setelah memastikan semua sudah aman Daren tertidur dilantai dengan beralaskan tikat.
Daren sangat penasaran dengan isi plastik kresek yang diberikan ibu pasien dipemukiman kumuh itu dan dengan hati-hati membukanya agar tidak menimbulkan keributan yang bisa membangunkan Mama dan Adiknya.
***********
Sudah jam 1 siang, Daren langsung menuju ruangan Cantika yang berada dilantai 7 dengan menggunakan lift. Begitu Daren berada diruangan mewah itu, Cantika bersama seorang wanita yang berpakaian elegan sudah menunggu Daren diruangan.
“apa yang membuat anda mau menikah dengan saya?” ratu kejam itu bertanya kepadanya
Daren Hanya terdiam, karena sebenarnya dirinya tidak ingin menikah dengan ratu kejam itu, Mama dan adiknya, Cinta satu malam bersama sang ratu dan Kasus kematian Papanya yang belum terungkap sampai sekarang. Pihak berwajib seolah-olah menyembunikan sesuatu akan kematian Papanya.
“Saya tidak perduli apapun alasanmu, yang penting anda datang kemari itu artinya persetujuan. Dokter Daren, sebelum kita menikah anda harus menandatangani perjanjian pranikah ini, dan Anda bisa membacanya terlebih dahulu.”
Cantika berujar demikian sembari menyodorkan lembaran kertas.
Setelah membaca perjanjian itu dengan seksama, Daren langsung menandatangani perjanjian pranikah dihadapan Cantika. Kemudian menyerahkan kembali berkas itu ke Cantika.
“Dokter Daren, setelah menandatangani perjanjian ini, berarti semua anda sanggupi. Salinan berikut foto copynya akan diserahkan Bu Nina selaku Notaris dan lusa kita akan menikah.”
Demikian penjelasan Cantika, dan Daren tidak terkejut akan hal itu.
Perjanjian pranikah itu hanya menguntungkan bagi Cantika, karena memang pada dasarnya Cantika hanya menganggap Daren sebagai status dan alat baginya. Daren hanya bisa menerimanya dengan lapang dada, sampai tiba waktunya sesuai dengan perjanjian pranikah itu, dan pil pahit itu harus ditelan oleh Daren seorang diri.
Mama dan Adiknya adalah segalanya baginya, jika bukan karena kedua orang yang dicintainya itu, Daren akan menolak menikah dengan ratu kejam itu. Jika memang harus terseret akan urusan keluarga besar Cantika, itu tidak masalah bagi Daren.
Pernikahan dan perjanjian pranikah, Daren merahasiakannya dari Mamanya dan Adik nya demi menjaga kestabilan kesehatan dari kedua orang yang dicintainya itu. Daren langsung disuruh pulang kerumahnya untuk mengambil barang yang dibutuhkan dirinya, karena setelah menikah Daren akan tinggal dirumah Cantika.
Tanpa terasa waktu berjalan dengan cepat, tibalah hari pernikahan mereka. Sebenarnya Daren sangat bingung karena semua urusan tentang pernikahan Nya terlaksana begitu cepat dan instan. Tapi apa daya, Daren tidak berhak untuk mempertanyakan hal itu kepada Cantika karena perjanjian pranikah.
“Dokter Daren, anda tidak akan bisa menyentuhku selama belum mendapatkan ijin dariku, paham?
Cantik mempertegas kembali akan isi surat perjanjian saat malam pertama mereka.
“iya...
Daren menjawabnya tanpa menolehnya.
“satu lagi, kamu harus tetap memanggil dengan bu bos, karena pernikahan kita hanya sebatas diatas kerta dengan kesepakatan yang kita buat. Anda tidak boleh makan diruang makan, silahkan makan di daput dengan pelayan lainnya.
Daren hanya mengangguk untuk menaggapinya.
“perjanjian kita ini hanya berlaku untuk Saya pribadi bukan untuk untuk Mama dan adikku. Saya mohon tolong jangan libatkan mereka berdua.”
dengan Suara pelan Daren memohon kepada ratu kejam itu yang menjadi istrinya.
“itu semua tergantung dengan sikap dan tindakan anda, keselamatan mereka tergantung kepada kamu, saya kira anda akan paham dengan ucapanku. Selamat malam.
demikian penjelasan istrinya, yang berhasil membuat Daren hanya terdiam diranjangnya yang terpisah dengan ranjang istrinya.
Daren adalah boneka bagi Cantika, Pria yang baru saja menikahinya atas kemauannya sendiri dan tentunya ini adalah keuntungan baginya, dengan demikian Cantika berhasil mendapatkan warisan Tanah yang luas dari Almarhum Kakeknya sesuai dengan wasiat yang terdafar yang dibuat oleh almarhum Kakeknya.
Perubahan Status sosial membuat Daren sedikit merasa canggung, dirumah sakit tempat prakteknya para pegawai yang menyanjungnya ketika berhadapan dengannya, akan tetapi menggunjingnya ketika Daren tidak berada diantara mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
christin natalia
lanjut....
2022-09-22
0
ADIKUASA PN
lanjut Thor
2022-09-22
1
JayaPn
Saya Ucapkan terimakasih atas semua dukungan para pembaca.
Dukungan para pembaca sangat berarti bagiku.🙏🙏🙏🙏🙏
Terimakasih.
2022-09-22
2