Hallo semua. Semoga selalu sehat yaaaa
YANKTIE mengucapkan terima kasih kalian sudah mampir ke cerita sederhana ini. Ditunggu komen manisnya ya
Jangan lupa juga kasih LIKE, hadiah secangkir kopi atau setangkai mawar dan setiap hari Senin gunakan VOTE yang kalian dapat gratis dari noveltoon/mangatoon untuk diberikan ke novel ini ya
Salam manis dari Sedayu~Yogyakarta
\==================================================================
“Terima kasih Kak,” kata Aurel saat mengembalikan helm pada Radit dan dia tak mengajak Radit untuk mampir ke rumahnya. Gadis itu langsung membuka pagar rumahnya dan masuk.
‘Ya ampun Aurel, mengapa kamu sedingin itu sih padaku?’ batin Radit saat dia di tinggal masuk oleh Aurel tanpa di tawari mampir.
‘Tak apalah, yang penting aku sudah tahu rumahnya dan tahu dia besok akan isi KRS, jadi aku bisa jemput dia’, batin Radit lagi. Lalu Radit segera meninggalkan rumah Aurel.
***
Radit sibuk memandangi foto-foto Aurel saat Vino masuk ke kamarnya. Tadi Radit sempat beberapa kali membuat photo Aurel secara candid saat gadis itu berbelanja, juga saat Radit memesan siomay. Selain itu Mirna juga pernah mengirimi foto Aurel saat mereka bertemu di bank.
Radit menyesal saat Mirna cerita bertemu Aurel di bank, karena saat Mirna mengajaknya untuk bareng bayar SPP, Radit menolak sebab dalam rombongan Mirna ada Novia, teman Mirna yang sangat rajin mendekatinya.
"Man, besok gue ke rumah lo, si bule (nama motor Vino) minta nyalon dulu." Vino mengabarkan besok dia akan bareng dengan Radit karena motornya harus di service.
"Oh, no Man, gue besok mau jemput calon ibu negara.’ Tentu saja Radit menolak, karena rencananya dia besok ingin menjemput Aurel.
Radit dan Vino saling memanggil MAN.
“Serius lo Man?’ Vino kaget Radit bisa mendekati Aurel sebegitu cepat sedang baru tadi kasus teriakan Radit di aula jadi bahasan teman-teman gank mereka.
***
Aurel sedang mencuci piring bekas sarapan, ayah dan Bagas sudah berangkat kerja dan sekolah. Dia masih menunggu mesin cuci berhenti berputar, sedang mengeringkan baju. Sehabis menjemur baju dia baru akan bersiap ke kampus. Didengarnya bel rumahnya berbunyi.
Tanpa curiga Aurel bergegas ke depan, pagi begini kadang ada beberapa tetangganya yang suka datang bila melihat pagar belum di gembok. Kadang mereka malas pesan kue via telepon, lebih suka datang untuk bicara langsung dengannya.
Aurel kaget begitu melihat Radit sudah berdiri manis di depan pintu rumahnya. “Eh pagi Kak, ada perlu apa?” tanyanya gugup tanpa ingat mengajak tamunya masuk.
Sebaliknya Radit pun terpana melihat gadis yang membuka pintu rumahnya. Dia polos dengan celana selutut dan kaus berukuran jumbo.
“Menjemput kamu lah,” jawab Radit berupaya terlihat santai.
“Tapi saya masih lama Kak. Pekerjaan rumah masih belum beres dan saya belum mandi. Selain itu saya akan mengantar tart pesanan dulu sebelum berangkat ke kampus,” tolak Aurel secara tak langsung.
“Nggak pa-pa, aku akan nunggu sampai kamu siap,” jawab Radit tanpa ragu.
“Baiklah, silakan masuk dan duduk dulu Kak,” jawab Aurel mempersilakan kakak seniornya masuk. Dia membuat teh lalu kembali melanjutkan mencuci piring di lanjut dengan menjemur pakaian. Aurel tak ingin terburu-buru, dia tidak merasa meminta Radit menjemputnya sehingga bila orang itu harus menunggu lama, ya resikonya.
Radit memperhatikan ruang tamu yang asri. Dilihatnya foto-foto yang terpajang di sana. ‘Rupanya dia dua bersaudara, dia punya adik laki-laki yang banyak berprestasi karena banyak foto saat adiknya menerima piala.’
Ada satu foto yang menjadi perhatian Radit. ‘Ternyata gadis yang aku suka, jago bela diri.’ dia melihat foto Aurel dengan seragam bela diri bersama ayah juga adiknya yang semua mengenakan seragam itu.
Radit mencicipi potongan kue yang di sediakan ‘Aku akui kue nya tidak kalah enak dengan buatan chefdi toko kue ibu. Ibunya Radit memang dokter anak, namun dia suka masak, maka dia bikin toko kue untuk menyalurkan hobby nya.
Lebih dari satu jam Radit menunggu Aurel. Akhirnya Aurel dengan santai keluar membawa kotak kue besar serta tas kuliahnya. Gadis itu menggunakan celana jeans, dipadu dengan kaus yang dilapisi kemeja tangan panjang dan digulung sedikit serta sneakers sebagai alas kakinya. Radit baru sadar mengapa gadis itu tak pernah pakai rok atau kulot sekali pun, ternyata dia memang tomboi walau bagi Radit tetap imut dan manis.
“Maaf Kak, kalau terlalu lama menunggu, Kakak tunggu sini sebentar, saya akan antar kue ini ke rumah pemesannya, nanti saya akan kembali untuk mengunci pintu,” ucap Aurel santai tanpa rasa bersalah membuat Radit menunggu lama.
‘Apa dia sengaja ya bikin aku bosan menunggu?’ batin Radit. ‘Kamu salah kalau berpikir aku akan kapok menunggumu wahai peri kecilku.’
“Oh oke, enggak pa-pa” jawab Radit. Dilihatnya Aurel menyebrangi jalan dimuka rumahnya dan menghampiri tiga rumah ke kanan dari seberang rumahnya. ‘Peri kecilku ternyata punya usaha sendiri walau kulihat dia bukan dari keluarga kurang mampu.’
Sebelum keluar rumah dan mengunci pintu Aurel masih sempat membawa cangkir bekas minum tamunya dan Radit melihat tangannya basah saat dia kembali ke depan. ‘Pasti dia langsung mencuci cangkir tersebut.’
“Apa setiap hari begini? Ibu, ayah dan adikmu pegang kunci masing-masing?” tanya Radit saat Aurel mengunci pintu rumahnya lalu memasang gembok di pagar.
“Ayah dan adik saya bawa kunci masing-masing, dan bundaku sudah enggak ada sejak empat tahun lalu,” jawab Aurel ringan.
“Oh maaf. Maaf kalau aku membuka luka lamamu,” Radit menjadi tak enak hati karena salah bertanya. Dia tak menyangka gadis ini sudah piatu.
“Enggak apa-apa Kak, saya sudah terbiasa sejak bunda enggak ada setahun. Awal-awal memang sering sedih saat orang tanya tentang bunda,” jawab Aurel sambil senyum manis dan memakai helm yang Radit berikan padanya.
***
“Kak, saya turun digerbang universitas aja, enggak perlu sampai fakultas,” pinta Aurel pada Radit. Saat baru saja motor melaju dari rumahnya Aurel sudah minta ke Radit agar diturunkan di depan gerbang kampus aja, jangan depan fakultasnya.
“Kenapa? Ada yang marah kalau ketahuan aku nganter kamu?” tanya Radit cemburu.
“Enggak Kak, cuma saya enggak enak aja ama teman-teman,” jawab Aurel, dia tidak siap menerima tatapan tajam para pemuja Radit.
Bukan Radit namanya kalau mau diperintah seperti itu, dengan santai dia langsung menuju fakultas Aurel dan menurunkannya di muka lobby. Tak ada rasa bersalah pada diri Radit saat dia tak mengindahkan permintaan Aurel.
“Terima kasih, Kak.” Aurel menyerahkan helm yang dia pakai lalu langsung masuk ke dalam kampusnya tanpa melihat ke arah Radit yang sedang ngobrol, karena ada teman anggota senat yang menyapanya. Aurel masuk ke dalam kampus di bawah tatapan seribu mata pemuja Radit yang menatapnya tajam seakan menelanjangi tubuhnya.
Saat Radit sampai di fakultasnya dia melihat ada notifikasi chat masuk dari peri kecilnya ‘Mulai saat ini jangan pernah temui saya atau chat saya lagi, karena kakak enggak mengindahkan permintaan saya tadi.’
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 201 Episodes
Comments
abdan syakura
aissshhhh serem bgt dah Neng Aurel...
2023-03-28
0