Kulihat dari segerombolan anak semester dua, ada sosok yang dua minggu ini selalu menjadi teman angan yang aku rindu. Tanpa sadar kuteriakan namanya seakan merupakan luapan perasaan rinduku yang meronta untuk keluar dari jeruji pagar ambang batas logika.
Aku tak pernah berpikir bahwa akibat teriakanku barusan semua gadis yang menyukaiku akan membenci Aurel karena dia bisa mendapat attensi istimewa dariku dan semua pemuda yang menyukai Aurel akan sadar untuk bertarung denganku bila ingin memilikinya.
Aku juga tidak berpikir Aurel akan malu akibat kelakuanku tersebut.
Yang aku tahu, aku bahagia bisa melihat sosoknya dan sekarang aku menghampirinya untuk mengajaknya ngobrol. Waktu kuliahku hanya tinggal semester ini. Aku harus bisa segera mendekatinya. Hanya dirinya yang bisa membuatku panas dingin bila tidak mendengar kabarnya atau melihat sosok dirinya.
END RADIT POV
AURELIA POV
Libur kuliah akan berakhir minggu depan, selama dua minggu terakhir aku bahkan sengaja tak membalas chat dari teman-teman kak Radit apa lagi dari dirinya. Aku tak mau dianggap orang ketiga, antara kak Mirna, kakak manis dan santun kekasih kak Radit. Minggu lalu aku banyak bereksperimen dengan aneka resep baru sehingga diprotes ayah, karena beliau bilang takut kadar gula darahnya naik. Sebab setiap hari aku sediakan cemilan kue hasil kreasiku. Salahnya sendiri, aku sudah siapkan sepotong, beliau selalu nambah sepotong atau bahkan dua potong karena dia bilang kue buatanku enak.
Minggu terakhir libur besok aku sudah berniat akan mereposisi tata letak furniture di rumah dan di dapurku. Karena aku kerjakan sendiri atau kadang di bantu Bagas bila dia ada di rumah, tentu butuh waktu semingguan.
Hari ini aku ke bank untuk bayar uang semesterku, tak aku sangka bertemu dengan kak Mirna dan teman-temannya.Tak kulihat kak Mirna bersama kak Radit kekasihnya.
“Rel, foto berdua yuk,” ajak Kak Mirna saat kami berdua sedang baris di antrian kasir. kak Mirna memberikan ponselnya pada salah seorang temannya untuk memotret kami. Aku tersenyum manis ke kamera ponsel kak Mirna.
“Kirim fotonya ke aku ya Kak, pasti keren punya koleksi foto bersama kakak senior cantik yang nge top di kampus,” pintaku.
***
Hari ini jadwal aku daftar ulang, aku bertemu Rissa dan kami bertukar cerita serta melihat kelengkapan daftar ulang kami. Ini adalah daftar ulang pertama bagi kami, kami periksa berkas yang berupa formulir daftar ulang yang sudah di isi dan copy-an kwitansi pembayaran uang kuliah semester depan yang kami dapat dari bank serta copy nilai semester lalu.
Saat sedang menunggu giliran dan asyik ngobrol dengan Rissa dari ujung ruangan kudengar teriakan seseorang memanggil namaku dengan sangat keras dan menggema di aula ini. “Aurel!”
Astaga, siapa yang tak tahu malu meneriakkan namaku di aula seperti ini? Aku menoleh ke arah asal suara yang memanggilku dan kulihat kak Radit melambaikan tangannya. Tentu saja teriakan tersebut membuat banyak orang melihat ke arah kak Radit dan diriku.
Speechless dan tentunya aku malu menjadi bahan tontonan banyak orang di aula ini. Untung saat bersamaan namaku di panggil oleh ibu yang bertugas menerima pendaftaran daftar ulang. Aku bergegas menghampiri ibu itu dan menerima berkas untuk mengisi mata kuliah yang akan kuambil semester depan.
Kak Radit menungguku sampai proses daftar ulang selesai. “Rel, kita minum es cendol depan yuk,” ajak nya kepadaku.
“Baik Kak,” walaupun malas, aku menjawab ajakan Kak Radit. Aku tak ingin jadi bahan tontonan lagi bila bersitegang menolak ajakan kak Radit di aula tersebut. Saat akan keluar ruangan kami bertemu dengan kak Mirna dan rombongannya. “Cie, cie bisa jalan bareng,” goda kak Mirna.
Aku tentu bingung mengapa bisa kak Mirna tidak marah melihat kekasihnya jalan denganku dan malah menggodanya?
AUREL END POV
Radit mengajak Aurel ke pojok halaman aula, mau di sebut kantin ya tidak tepat, karena ada kantin resmi yang berada agak jauh dari aula ini. Tapi di sini mangkal banyak pedagang yang di gemari oleh para mahasiswa.
Radit mengarahkan Aurel ke kursi di sudut kantin. “Kamu mau pesan bakso atau yang lain selain es dawet?” tanya Radit.
“Saya dawetnya sedikit aja, esnya juga sedikit Kak, sama siomay enggak pakai tahu,” jawab Aurel.
Radit meletakan tasnya di meja, lalu dia menghampiri para pedagang yang hendak di pesannya. Tak lama dua gelas es dawet serta siomay dan ketoprak siap tersaji di depan mereka.
“Kenapa chat aku enggak pernah di balas, bahkan di baca pun sudah lama setelah aku kirim?” tanya Radit tanpa ragu.
“Saya sibuk, jarang pegang ponsel,” jawab Aurel tanpa merasa bersalah.
“Tapi saat sudah kamu baca ‘kan bisa balas,” sanggah Radit.
“Percuma ‘kan? Yang Kakak tanya kadang sudah basi bila saya jawab. Misal Kakak tanya udah makan siang, saya jawab malam mau tidur ‘kan sudah enggak relevan?” tukas Aurel.
“Kenapa sih kamu ketus gitu?” tanya Radit lembut sambil memandang Aurel yang sedang menatapi siomaynya.
Tak ada jawaban beberapa saat, sehingga kembali Radit mengulang pertanyaannya “Kenapa kamu ketus padaku Rel? Apa sejak kita kenalan aku pernah bikin salah ama kamu sehingga kamu begitu?”
“Enggak Kak, enggak ada yang salah kok,” jawab Aurel lirih, dia tidak suka bila disudutkan seperti ini, dia suka dengan sosok Radit. Namun dia tak akan mengembangkan rasa suka itu lebih dari saat ini, karena tak ingin melukai sesama perempuan. Dia tak ingin menjadi orang ketiga antara Radit dan Mirna. ‘Wait … tapi koq tadi kak Mirna enggak marah ya?’ pikirnya ragu.
“Mulai saat ini kamu enggak boleh enggak jawab chat-ku kalau memang benar aku enggak salah ke kamu seperti kamu bilang barusan,” cecar Radit.
“Tapi Kak …,”protes Aurel belum selesai sudah dipotong oleh Radit.
“Enggak ada tapi-tapian,” potong Radit cepat. Membuat Aurel mengangkat wajahnya dan memandang sosok berkharisma di depannya yang sedang menatap kearahnya tajam.
Aurel melanjutkan makannya, sebenarnya dia sudah tidak berselera tapi dia ingat ajaran almarhum bundanya yang selalu menasehati jangan pernah membuang rizky. Dengan pelan dihabiskannya siomay yang sesungguhnya sangat dia sukai.
“Kamu mau langsung pulang atau masih ada tujuan lain?” tanya Radit.
“Mau beli beberapa bumbu dan bahan kue sebelum pulang,” jawab Aurel lirih.
“Kakak antar ya?” pinta Radit.
“Enggak perlu Kak,” tolak Aurel hati-hati, dia tak ingin seniornya ini marah.
“Aku tidak terima penolakan!” tegas Radit mengintimidasi.
‘Kalau tak mau terima penolakan, kenapa nanyat mau antar?’ Aurel tentu saja keqi pada Radit. Dia hanya bila ngedumel dalam hati
***
=============================================================
Hallo semua. Semoga selalu sehat yaaaa
YANKTIE mengucapkan terima kasih kalian sudah mampir ke cerita sederhana ini. Ditunggu komen manisnya ya
Jangan lupa juga kasih LIKE, hadiah secangkir kopi atau setangkai mawar dan setiap hari Senin gunakan VOTE yang kalian dapat gratis dari noveltoon/mangatoon untuk diberikan ke novel ini ya
Salam manis dari Sedayu~Yogyakarta
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 201 Episodes
Comments
abdan syakura
MaasyaAllah....
kak YankTie dr Jogja ya?? ☺️
2023-03-28
0