Hallo semua. Semoga selalu sehat yaaaa
YANKTIE mengucapkan terima kasih kalian sudah mampir ke cerita sederhana ini. Ditunggu komen manisnya ya
Jangan lupa juga kasih LIKE, hadiah secangkir kopi atau setangkai mawar dan setiap hari Senin gunakan VOTE yang kalian dapat gratis dari noveltoon/mangatoon untuk diberikan ke novel ini ya
Salam manis dari Sedayu~Yogyakarta
\============================================================
AURELIA POV
Aku tidak tahu kenapa kak Raditya Putra Sebayang rajin banget buntutin aku. Dia sosok yang punya banyak pemuja di kampus ku, bukan hanya di fakultasku saja. Dia ketua senat yang pintar, ganteng dan dari keluarga terpandang yang kaya. Ayahnya hakim terkenal dan ibunya dokter anak.
Sedang aku hanya mahasiswi baru yang bukan dari keluarga kaya, ibuku sudah hampir 4 tahun meninggal saat aku masuk SMA di bulan kedua. Ayahku hanya PNS biasa dan tidak memiliki jabatan yang membuat kami hidup berlebih tapi tentu saja tidak hidup berkekurangan. Aku sulung dari dua bersaudara, adikku laki-laki saat ini masih kelas 2 SMP.
Namaku Aurelia Putri Wicaksono mahasiswi semester satu dan ambil jurusan Hubungan Internasional, aku ingin suatu saat kerja di kedutaan dan bisa melanglang dunia.
END AUREL POV
***
“Hai Rel, udah selesai kuliah?” sapa Radit, mahasiswa akhir jurusan Bisnis dan Manajemen. Dia menghampiri Aurel bersama dua orang temannya, seorang kakak manis dengan rambut sepundak dan seorang kakak ganteng berkaca mata.
“Iya Kak sudah … mari.” Aurel dengan sopan menjawab dan pamit permisi untuk keluar dari kampusnya.
“Kok pulang sih. Kami ke sini ‘tu ‘kan nyamperin kamu,” sapa si Kakak manis.
“Eh maaf Kak, ada perlu apa ya sampai datang ke sini nyamperin saya?” Aurel baru sadar mereka beda fakultas. ‘Tapi ‘kan emang ketua senat mah biasa ada di fakultas mana aja ‘kan?’ pikir Aurel.
“Ini, Vino pengen kenalan ama kamu!” sahut Kakak manis itu lagi sambil menunjuk temannya yang berkaca mata tadi.
Aurel pun berjabat tangan dan saling menyebut nama.
“Aurel.”
“Vino.”
“Mirna.”
“Aurel, saya mau ngajak kamu ikut team kesenian yok, kita ikut kelas karawitan Jawa,” papar Kak Mirna.
“Wah saya enggak bakat Kak, maaf saya enggak bisa ikut,” balas Aurel sopan, dia memang bukan penyuka seni yang mau bersusah payah belajar gending Jawa yang rumit.
“Wah belom-belom kok udah bilang enggak bakat sih?” tegur Vino.
Sementara Radit hanya memperhatikan saja. Jujur … banyak gadis dari beberapa fakultas yang cantik, pintar, dan mengejarnya, tapi dia tidak pernah sekali pun tertarik dengan lawan jenisnya. Sejak remaja Radit belum pernah pacaran karena memang belum pernah sekali pun tertarik pada perempuan dan tak minat untuk mendekati perempuan.
Namun saat pertama melihat Aurel yang sedang membantu kawannya ketika posma, Radit langsung tertarik pada gadis kecil yang menurut pandangan matanya manis. Aurel tidak terlalu tinggi namun juga enggak pendek, kulitnya sawo matang tidak putih dan sedikit tomboi. Belum pernah sekali pun Radit melihat Aurel menggunakan rok atau minimal kulot lah.
Sejak pagi Radit memang meminta Mirna sepupunya dan Vino sahabatnya untuk membantu mendekati Aurel. Tentu saja kedua orang yang selalu menjadi team solid itu takjub saat tahu Radit tertarik pada seorang gadis.
“Bisa minta nomor teleponmu?” tanya Mirna
“Ini Kak,” Aurel memberikan nomor ponselnya untuk di save Mirna.
Mirna memanggil nomor Aurel. “Save nomor ku ya,” pintanya ramah.
“Oke, Kak saya save,” balas Aurel lalu dia langsung menyimpan nomor Mirna.
Hari ini ulang tahun Bagas, sejak kemarin Aurel sudah membelikan ponsel jenis terbaru sebagai hadiah. Dia juga menjual ponsel lamanya agar tabungannya tidak terlalu terkuras. Sejak SMA Aurel punya penghasilan pribadi sebagai guru privat bahasa Inggris dan juga menerima pesanan tart ulang tahun atau cake.
‘Selamat ulang tahun adik gantengnya mbak, jangan nakal dan terus berprestasi ya! Begitu tulisan dalam kotak yang Bagas terima pagi ini di tempat tidurnya. Dia terbangun melihat dua bungkus kado, tentu dari ayah dan mbaknya.
“Mbak!” seru Bagas sambil keluar kamar, “Terima kasih ya Mbak,” katanya sambil memeluk kakak tercinta nya yang lebih sering Bagas anggap sebagai bunda, karena sejak dia naik kelas 5 SD bunda nya sudah meninggal, dan sudah terbaring sakit-sakitan 3 tahun. Sehingga sejak kecil memang lebih sering Aurel yang merawatnya.
“Iya sama-sama, nanti kalau kartunya sudah di pindah, ponsel lama dimasukan kardus lalu kita jual ya Dek, lumayan kan?” saran Aurel.
“Iya Mbak, aku terserah Mbak aja,” jawab Bagas, tidak menyangka dia bisa punya ponsel jenis terbaru secepat ini.
***
Tidak terasa semester pertama sebagai mahasiswa sudah Aurel lewati, libur semester tak ada hal yang istimewa kecuali dia banyak pergi jalan-jalan ke toko buku untuk melihat resep aneka kue, lalu disimpan dalam ingatan di otaknya karena tentu saja tak mungkin bisa mencatat resep-resep yang di lihat nya. Atau kadang dia ke lapak buku bekas dan membeli buku resep kue di sana.
Hari ini jadwal Aurel daftar ulang, dia mendatangi aula dengan membawa berkas nya berupa formulir daftar ulang yang sudah dia isi dan copy-an kwitansi pembayaran uang kuliah semester depan yang dia dapat dari bank serta copy nilai semester lalu. Saat sedang menunggu giliran dan asyik ngobrol dengan Rissa teman seangkatannya, dari ujung ruangan terdengar teriakan seseorang memanggil namanya “Aurel!”
‘Astaga, siapa yang tidak tahu malu meneriakkan namaku di aula seperti ini?’ tanya Aurel dalam hatinya, dia menoleh ke arah suara yang memanggilnya dan terlihat kak Radit melambaikan tangannya. Tentu saja teriakan tersebut membuat banyak orang melihat ke arah Radit lalu juga ke arah Aurel yang hanya diam terpaku.
RADIT POV
Dua minggu full aku tak pernah lihat sosok peri kecilku di kampus. Dia memang bukan aktivis kampus seperti aku yang hampir tiada hari tanpa ke kampus. Libur semester ini sangat menyiksaku. Aku memang punya nomor ponsel Aurel yang kutulis dengan nama thinker bell karena buatku, dia memang peri kecil seperti di cerita dongeng anak-anak. Aku sangat merindu sosoknya. Pernah beberapa kali aku kirim chat padanya namun dia menjawab hanya seperlunya. Beda dengan obrolannya dengan Mirna, mereka sering cerita tentang apa pun. Walau sering aku kirimi pesan masih saja Aurel sulit aku dekati, dia selalu membatasi kata bila berbalas chat denganku. Dan dua minggu ini malah tak ada pesanku yang dia baca walau sering aku tahu dia berbalas chat dengan Mirna, karena sepupuku itu cerita dia sedang chat dengan Aurel saat aku bersamanya.
Aku sampai bingung dengan sikap Aurel. Puluhan gadis mengharap balasan attensi-ku, dia malah mengacuhkanku.
‘Apa ini yang di sebut karma? Aku yang bergelar Raditya si gunung es malah ngejar gadis yang tak peduli pada diriku.’
Hari ini jadwal daftar ulang, semester terakhirku karena semester ini aku sudah tidak ikut mata kuliah kecuali ujian skripsi saja bulan depan. Namun, peraturan tetap mengharuskan aku terdaftar sebagai mahasiswa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 201 Episodes
Comments