Selamat Membaca...............
Sudah tiga hari Herdianto belum juga pulang, entah kemana suami Ross itu pergi. Ditelpon juga tidak dijawab. Di chat juga tidak dijawab.
Ross duduk dengan tatapan kosong menatap keluar jendela kamarnya. Tiga hari berturut-turut dia menangis tanpa jeda. Menananti kedatangan suaminya. Namun suamiyna itu tak kunjung datang.
"Sebaiknya aku mati saja". Gumamnya dengan air mata berderai dipipinya.
Ross bangkit dari ranjang lalu membuka laci nakas dan mengambil beberapa butir obat. Ross memasukkan obat itu kedalam gelas berisi air. Lalu dia mengambil obat anti nyamuk dikamarnya. Dia mencampur kan nya dengan obat-obatan itu.
"Mati adalah solusi terbaik masalah ku. Aku gak sanggup liat wajah anak-anakku". Gumamnya sambil terus mengaduk isi gelas itu.
Ross meneguk isi gelas itu. Tidak peduli terhadap apapun. Yang dia inginkan adalah kematian. Sebab mati adalah cara terbaik menyelesaikan masalah, pikirnya.
Seketika mulut Ross mengeluarkan busa dan dia kejang-kejang tersungkur dilantai.
Brakkkkkkkkkkk
"Mama".
"Ross".
Jacky, Jackson dan Suherni, Ibunya Ross masuk kedalam kamar Ross.
Mereka terkejut melihat Ross yang sudah tersungkur dilantai dengan mulut yang penuh busa dan badannya kejang-kejang.
"Mama". Jacky langsung berhambur menghampiri Ross.
"Mama". Begitu juga dengan Jackson.
"Ross". Suherni sudah menangis panik "Ayo bantu Nenek, kita bawa Mama kerumah sakit". Ujar Suherni yang tak mampu menahan tangisnya.
Ross dibawa kerumah sakit. Jackson terus menangis sambil memangku kepala Ross. Panik, apalagi wajah Ross sudah pucat dan busa itu keluar dari mulutnya.
Sedangkan Jacky menangis dalam diam. Dia hanya bisa menatap sang Ibu dengan sendu. Pria berusia sepuluh tahun itu tampak menahan emosi didadanya. Tangannya terkepal sangat kuat.
"Tenang ya Nak. Mama pasti baik-baik aja". Ucap Suherni menenangkan padahal dia juga panik.
Sampai dirumah sakit, supir taksi langsung membantu Suherni mengeluarkan Ross dari dalam mobil.
Ross dibawa keruang UGD. Teriakkan dan tangisan Jacky dan Jackson terdengar menggema dilorong rumah sakit hingga menjadi pusat perhatian para dokter dan perawat yang bertugas disana.
"Dek tenang ya Dek, biar Kakak dokter periksa dulu Mama nya". Ucap Dokter muda itu sambil tersenyum memeluk Jackson.
"Tapi Mama mulut nya berbusa. Mama kenapa? hiks hiks hiks". Pria kecil itu hanya bisa menangis karena ketakutan "Jack takut Mama tidul dan gak bangun lagi".
"Stttt. Jangan berbicara seperti itu ya sayang. Mama baik-baik aja. Ya udah Jack tunggu disini ya, Kakak dokter periksa Mama dulu". Jackson mengangguk dan melepaskan diri dari dokter.
Sedangkan Jacky menangis dimana diam dipelukkan Suherni. Tangisnya tak bersuara. Dia adalah bocah yang dewasa sebelum waktunya.
Suherni tak mampu melihat keadaan putrinya seperti itu. Dia sudah tahu masalah yang menyerang rumah tangga putrinya. Sebagai seorang Ibu dia juga terluka dan paham atas apa yang menimpa putrinya.
Tidak lama kemudian dokter keluar dari ruangan. Segera mereka menghampiri dokter itu.
"Dok, bagaimana keadaan anak saya?". Cecar Suherni.
"Ibu Ross mengalami keracunan. Tapi untung saja Ibu cepat membawanya sehingga kami bisa menyedot racun dalam tubuhnya. Ibu Ross juga sudah melewati masa kritis. Mungkin sebentar lagi dia akan bangun karena masih pengaruh obat bius".
"Makasih dokter".
Suherni bernafas panjang. Dia menarik nafas lega dan bersyukur karena Ross tidak kenapa-kenapa.
"Nek ayo kita liat Mama". Jackson menarik tangan Suherni "Ayo Bang". Jackson juga menarik tangan Jacky dengan tak sabar.
"Pelan-pelan Jack". Tegur Jacky pada adiknya.
Mereka bertiga masuk kedalam ruangan Ross. Tampak Ross masih terpejam dengan selang infus ditangannya.
"Mama".
Jacky dan Jackson berhambur memeluk Ross yang masih memejamkan matanya.
"Mama bangun Ma. Jangan tinggalin Jack Ma". Tangis Jackson "Jack sayang Mama". Ucap Jackson lagi.
"Udah Nak gak usah nangis lagi. Mama sedang tidur. Biarkan Mama istirahat yaaa". Suherni mengelus kepala cucunya
"Tapi kenapa dali tadi tidul telus Nek? Jack takut Mama ninggalin Jack". Ucap Jackson terisak.
"Ma". Ucap Jacky lirih. Dia mengenggam tangan Ross "Bangun Ma, jangan buat Kyky panik liat Mama penjamin mata. Kyky janji akan jaga Mama. Bangun Ma, ada Kyky yang bakal bela Mama nanti".
Suherni menyeka air matanya mendengar ucapan Jacky. Pria sekecil itu sudah bisa berbicara layaknya orang dewasa. Sesungguhnya bukan hanya Ross yang terluka tapi juga kedua putranya.
Perlahan mata Ross terbuka. Mulutnya terasa kering. Kerongkongan nya juga sangat sakit. Kepalanya berat terasa ditimpa ribuan ton batu.
"Mama".
Jacky dan Jackson dengan cepat mengenggam tangan Ross
"Mama". Lirih Jacky
"Nak". Suara Ross lirih "Bu". Dia melirik Suherni.
"Dimana yang sakit Nak? Bilang sama Ibu". Ucap Suherni.
"Mama dimana?". Ross menatap sekeliling nya yang terasa asing.
"Mama di lumah sakit. Mama kenapa mulut mama belbusa. Mama juga kejang-kejang. Jack takut liat Mama". Ucap Jackson.
Ross mencoba mengingat apa yang terjadi. Ross ingat jika dia sedang berada didalam kamarnya, lalu mengambil obat dan mengaduknya dengan air serta mencampur nya dengan obat anti nyamuk.
Ross berencana mengakhiri hidupnya. Dia tidak sanggup menerima kenyataan tentang suaminya yang menikah lagi. Sampai saat ini suaminya itu belum juga pulang dan memberi kabar.
Ross tak sanggup. Dia tidak bisa. Dia ingin lepas dan berpisah dari suaminya. Namun saat melihat kedua buah hatinya dia tidak tega. Bagaimana bisa anak-anak nya tumbuh tanpa figure seorang Ayah? Apalagi Jackson, setiap hari dia terus menanyakan dimana Ayahnya? Apa Ross tega bercerai dengan suaminya hanya demi hatinya yang sakit, sementara kedua anaknya akan menjadi korban dari sakit hatinya? Tapi bertahan dalam rasa sakit seperti ini, bukankah itu akan membunuhnya secara perlahan?
"Jangan nangis lagi ya Nak. Mama baik-baik aja. Maafkan Mama ya". Ross mengelus kepala Jackson "Ky, Kyky kenapa?". Ross beralih pada putranya yang diam dalam tangis.
"Ma". Jacky kembali memeluk Kyky "Maafkan Kyky Ma. Kyky belum bisa jaga Mama. Belum bisa jadi pembela Mama, Kyky janji suatu saat nanti Kyky akan buat Mama bahagia".
Ross menahan lelehan bening yang ingin lolos dari pelupuk matanya. Tidak. Dia harus kuat demi kedua putranya.
"Makasih ya sayang. Kyky udah hadir dalam hidup Mama, udah lebih dari cukup buat Mama. Kyky ada sama Mama itu udah jadi segalanya buat Mama".
Jacky dan Jackson memeluk Ross dengan isak tangis. Meski mereka masih kecil, tapi mereka tahu apa yang sedang menyerang Mamanya.
Sementara Suherni hanya menangis dalam diam menatap ketiga orang itu. Hatinya juga luka. Hatinya juga perih mengingat penghianatan menantunya.
**Bersambung.....
Hiiii guyyysss. Welcome dinovel baru author yaaa. Kalian perlu tahu bahwa cerita ini author angkat dari kehidupan nyata, sebagian besar... eitsss, jangan salah paham bukan kehidupan author yaa, tapi kehidupan tentangga author. Suaminya menikah lagi dan yaaahhhh, ikutin aja ceritanya... Perlu anderlin yang sabar yaah bacanya, karena disini karakter Ross adalah wanita pasrah yang tidak bisa melawan... Penasaran... Ikutin aja yaaa hehhe...
Jangan lupa tanda cinta buat author...
Puji Tuhan kalau gak ada kendala bakal update 3 bab perhari... Tapi liat kesibukan juga yaa. Kwwkwkwk...
Gbu**...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments
martina melati
gk siap bercerai y jangan bercerai, tp hrs bertahan hidup. selain demi diri sendiri jg demi anak. didik anak jd pria yg baik.
2024-09-21
0
martina melati
coba ada efek samping... apa gk nyesal sdh coba bunuh diri
2024-09-21
0
martina melati
eits jangan keburu berpikiran pendek lho... bukan melekat tp kasian putra2mu sdh dtinggal pergi ayah masak nyusul dtinggal mati ibu
2024-09-21
0