Hilang kesadaran
Angin berhembus kencang ditepian pantai. suara ombak tak kalah ributnya. Rey duduk tepian pantai sendirian ditemani 1 botol anggur ditangan kirinya.
" Habis " Rey melemparkan botol yang telah kosong tersebut kesembarang tempat.
" Joey. .joey kenapa kau meninggalkan aku " teriak Rey dengan suara lantang kearah lautan luas didepanya.suasana sepi dimalam itu membuatnya lebih leluasa untuk berteriak sekencang-kencangnya.
" Tuan Rey " seseorang tiba-tiba memanggil Rey dari belakang dengan suara yang sedikit panik. Rey membalikan badanya dan mendapati ternyata Dimas sopir sekaligus teman curhatnya tersebut.
" Dimas, ada apa? apa Joey kembali ? " tanya Rey menghampiri Dimas yang berjalan kearahnya dengan sempoyongan karena mabuk.
" Tuan,sadarlah.Joey tidak akan tenang jika kau terus menyiksa dirimu begini terus-menerus " Dimas membantu memapah Rey menuju mobil agar tidak terjatuh.
" Tapi aku tidak bisa Dimas, aku sangat mencintai Joey " suara Rey terdengar melemah karena kesadaranya mulai hilang disebabkan sebotol anggur yang ia teguk habis tadinya.
" Dikarenakan kau mencintainya itulah sebabnya kau harus mengikhlaskanya tuan " tutur Dimas sambil memapah Rey.
" Aku belum siap kehilanganya, aku belum siap " Rey berbicara dengan suara yang terdengar keputus asaan terhadap dirinya sendiri, setelah tak lama kemudian Rey pun benar-benar tidak sadarkan diri.
" Tuan. .tuan Rey bangun " Dimas berusaha membangunkan Rey namun terlihat percuma karena Rey sudah benar-benar tidak sadarkan diri. Dimas akhirnya memapah Rey dengan segala tenaganya menuju mobil.setelah sampai, Dimas membawa Rey pulang kerumah.
sesampainya dirumah, Dimas membawa Rey untuk masuk kerumah dengan kembali memapahnya. namun saat sampai diruang tengah rumah mewah tersebut, Tio terlihat duduk diruang tengah.
" Pak, tuan Rey saya menemukan dipantai dalam keadaan mabuk berat " jelas Dimas saat sampai didepan Tio.
" Yasudah Dimas antarkan dia langsung kekamarnya " titah Tio.Dimas pun mengiyakan dan membawa Rey menuju kamar. setelah selesai meletakan Rey dikasur, Dimas menghampiri Tio yang masih duduk diruang tengah.
" Pak, bagaimana ini, keadaan tuan Rey semakin hari semakin buruk " terlihat jelas suara Dimas terdengar kawatir dengan Rey.
" Saya juga memikirkan itu Dimas, saya tidak tau bagaimana caranya membuat Rey melupakan Joey " Tio menarik nafas yang seolah sesak karena memikirkan Rey.
" Pak, saya juga memperhatikan dikantor. perilaku tuan Rey berbeda dari sebelumnya. ia mudah marah dan memecat karyawan karena kesalahan kecil " jelas Dimas.
" Pantas saja,saat saya keperusahaannya kemarin. saya tidak sengaja mendengar karyawan terdengar ketakutan dan terlihat jelas diwajah-wajah mereka penuh dengan kegelisahan " Tio menggeleng-gelengkan kepala karen benar-benar tidak mengerti dengan anaknya sekarang.
" Tapi pak, tolong jangan memberi tahukan kalau saya yang memberitahukan ke pak Tio tentang ini " Dimas terlihat serius meminta Tio agar tidak memberitahukan.
" Tenang saja, aku tidak akan mengatakan siapa yang memberitahukan aku. jadi tenang saja " Tio tersenyum kearah Dimas.
" Terima kasih tuan. kalau begitu saya pamit dulu " ucap Dimas.
" Baiklah,terima kasih telah membawa Rey " Tio tersenyum karena sangat berterima kasih dengan Dimas.
" Jangan berterima kasih, itu memang sudah tugasku pak " Dimas pun berlalu pergi.
setelah Dimas pergi, Tio mendenguskan nafasnya terdengar sesak tersebut.
" Aku harus bagaimana agar Rey tidak begini " Tio benar-benar kawatir dengan keadaan Rey yang sekarng ini. ia benar-benar tidak ingin Rey larut dalam suasana seperti sekarang ini.
* * * * *
Di lain tempat, seorang gadis masih terbaring diatas size king berwarna pink dan bercorak bunga-bunga disekeliling motifnya. gadis itu tak lain Zahra.
sejak kecelakaan yang menimpanya, Zahra setiap harinya merenung dengan arah pikiran yang entah kemana. bibir tipisnya terlihat pucat karena memang belum sepenuhnya sembuh dari luka yang ada dikepalanya.
Reni yang melihat anaknya tersebut pun sangat sedih dengan keadaan Zahra sekarang ini.
" Mama perhatikan dari tadi Zahra terlihat seperti orang yang merenung, memang ada apa nak? " Reni bertanya seolah tidak mengetahui apa yang Zahra pikirkan walau sebenarnya ia tau kalau putrinya tersebut penuh dengan rasa bersalah. tapi karena Reni tidak ingin terlihat sedih ia pun bertanya seolah tidak mengetahuinya.
" Ma, Zahra harus bagaimana? Zahra bukan hanya seorang pembunuh tapi juga seorang yang telah menghancurkan kebahagiaan orang lain " Zahra menyandarkan punggungnya dipangkuan sofa.
" Nak, semua yang terjadi sepenuhnya cobaan dan takdir.jadi Zahra jangan lagi merasa bersalah yang berkepanjangan " Reni mencoba menasehati Zahra dengan lembut dan tenang agar Zahra tidak lagi menyalahkan dirinya sendiri.
" Tapi Ma. jika bukan karena Zahra, gadis tersebut tidak akan mungkin mati dan laki-laki yang bernama Rey hidupnya tidak akan terluka dan sedih " Zahra berbicara dengan menepis air matanya yang terjatuh mengalir deras dikedua pipi mulusnya.
" Sudah lah nak, Mama sangat berterima kasih karena Zahra masih selamat dari kecelakaan tersebut. pun untuk kematian gadis itu jangan lagi menyalahkan diri sendiri " Reni memeluk Zahra dengan lembut, mencoba menenangkan putrinya tersebut dengan perlahan.karena jujur saja Reni sangat sedih dan iba dengan keadaan putrinya tersebut.
deringan benda pipih yang terletak diatas meja membuat Reni melepaskan pelukannya dan mengambil benda pipih tersebut.
" Siapa Ma? " tanya Zahra.
" Mama kurang tau, inikan ponsel milikmu. coba angkat " Reni memberikan benda pipih tersebut. Zahra mengambilnya dan melihat kearah sebuah panggilan yang tidak diketahui atau bida dibilang no diluar kontak yang tersimpan.
" Hallo " .
" Aku akan datang kerumah mu nanti malam " seseorang tersebut terdengar dengan nada marah.
" Kerumah ku? memangnya ini siapa? " Zahra bertanya tidak mengerti, pun Reni hanya mendengarkannya.
" Apa kau lupa, aku ini kekasih Joey gadis yang kau bunuh! " seseorang tersebut terdengar dengan suara yang meninggi ditelpon. Zahra yang mendengarnyapun sangat takut.
" Kau, mau apa kau kerumahku? " tanya Zahra, terlihat jelas dikedua matanya yang sangat ketakutan.
" Sudah aku katakan, kalau urusan kita belum selesai " ucap seseorang tersebut yang sudah jelas Rey.
" Aku sudah meminta maaf kepadamu " Zahra terdengar melemah.
" Maaf tidak berguna, kau tunggu saja " Rey dengan santainya ia berbicara terhadap Zahra di panggilan tersebut.
" Datanglah, apapun itu aku akan mendengarnya ".
" Tunggu saja nanti " Rey mengakhiri panggilan tersebut. pun Zahra kembali memeluk mamanya dan kembali menangis dengan derasan air mata karena sangat merasa bersalah terhadap Joey.
.
.
.
.
.
.
. readers, lanjut baca ke next keepsode selanjutnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Arandiah
hai Kak, aku mampir dari my possessive husband dengan membawa jempol
2021-10-06
1
Suhada Bintan
aku sudah mampir di novelmu😊.alur ceritanya sangat menarik...🤩
2021-09-12
1
Ezme
Mampir thor.. semangaatt
2021-09-12
1