Marah

Marah

Dirumah sakit, Reny duduk menatap Zahra dengan lekat dan dekat. kekawatiran-kekawatiran bertubi-tubi diterkanya bagaimana selanjutnya keadaan putrinya tersebut. teringat perkataan dokter membuatnya ingin menangis tanpa henti.

" Yatuhan, tolong sadarkanlah putri hamba. demi apapun hamba belum rela engkau mengambilnya " Reny mencium pipi zahra dan memeluk erat tubuh putrinya tersebut.sudah 1 minggu putrinya terbaring dirumah sakit tanpa ada tanda-tanda ia akan sadar, tentu saja membuat Reny sangat-sangat kawatir dengan keadaan zahra putri semata wayangnya.

" Nak, Mama sangat menyayangi kamu Zahra. jadi Mama mohon buka matamu nak " lagi-lagi bulir-bulir bening terjatuh dipipinya, Reny benar-benar tidak mampu untuk membendung lagi kesedihannya.namun tiba-tiba tangan kanan Zahra terlihat mulai bergerak pelan, ternyata tuhan benar-benar mendengar doa seorang ibu.Reny memperhatikan dengan jelas ternyata memang ia tidak salah lihat.

" Dokter.. dokter " panggil Reny berlari keluar untuk memanggil dokter untuk memeriksa keadaan Zahra. dokterpu n dengan cepat masuk keruangan tersebut.

" Dok, tangan Zahra terlihat bergerak dok zahra sudah sadar " histeris Reny, terlihat jelas diwajahnya menatap putrinya dengan perasaan lega.dokter kemudian memeriksa keadaan Zahra.

" Bagaimana Dok? apa Zahra sudah sadar ? " tanya Reny tidak sabaran menunggu penjelasan dari dokter.

" Alhamdulillah buk, Zahra sudah mampu melewati masa kritisnya " dokter tersebut mulai menggerakan tangannya pelan kearah mata Zahra agar ia bisa menangkap bayangan tangan dan bisa membuka kedua mata.Zahrapun akhirnya mulai sadarkan diri.

" Zahra, apa kau bisa melihat siapa dihadapanmu sekarang? " tanya dokter.Zahrapun mengngguk pertanda tau.

" Mama " .

" Iya nak, ini Mama " Reny kemudian memeluk putrinya. sementara Zahra hanya diam karena masih terlalu lemah untuk menggerakan badannya.

" Ma, sudah berapa hari Zahra terbaring disini ? " tanya Zahra dengan suara yang terdengar sangat lemah.

" Sudah satu minggu Nak. terimakasih karena telah sadar " Reny mencium kening putrinya dengan lembut.

" Syukurlah, putri ibu sudah sadarkan diri. kalau begitu saya permisi dulu " pamit dokter meninggalkan ibu dan anak yang berada diruangan tersebut.

" Terimakasih banyak dok " ucap Reny. perasaan lega terlihat jelas diwajahnya saat ini. setelah dokter menghilang dibalik pintu, Reny kembali memeluk Zahra dengan erat dan tangis bahagianya pecah.

" Ma, mama kenapa menangis ? " tanya Zahra yang mengetahui jika ibunya menangis.

" Gak apa-apa, Mama hanya senang ternyata tuhan mendengarkan doa Mama " Reny menepis air matanya dan kembali memeluk putrinya.

" Ma, bagaimana keadaan orang yang Zahra tabrak tersebut? " tanya Zahra. Reny hanya diam tidak bergeming, ia bingung bagaimana cara mebyampaikan keputrinya tersebut. Reny sangat kenal dengan bagaimana perasaan bersalahnya nantinya.tapi ia juga tidak ingin berbohong pada Zahra karena Zahra sangat benci dengan orang yang berbohong, akhirnya dengan terpaksa ia harus memberitahukan yang sebenarnya.

" Dia..dia sebenarnya orang tersebut sudah meninggal " .

degggg, Zahra dibuat tergelojak tidak percaya dengan penjelasan ibunya tersebut.

" Ma, bagaimana bisa Zahra menghilangkan nyawa orang lain. Zahra harus bagaimana Mama hiks hiks hiks " tangisan menerpa dikedua matanya. Zahra benar-benar merasa bersalah pada orang yang ia tabrak tersebut.

" Tidak Zahra, jangan menyalahkan diri sendiri " Reny kembali memeluk putrinya berusaha menenangkan.

" Ma, Zahra menghilangkan nyawa orang lain hiks hiks hiks " suaranya terdengar lemah, bergerakpun ia tidak berdaya.

" Tidak, Zahra tidak salah jadi jangan menyalahkan diri sendiri " Ia memeluk putrinya serta mencium kening Zahra untuk menenangkan.

* * * * *

Dibalkon rumah, Rey terlihat merenung menikmati hembusan angin yang bertiup pelan. ditemani secangkir cofe dan hisapan rokok yang terselip diantara telunjuk dan jari tengahnya. ia menarik napas perlahan berusaha melepas semua beban pikirannya, belum lagi kesedihan yang masih bersemayam didalam dadanya atas kepergian orang yang ia cintai Joey. cinta? belum tentu hehe. renunganya menghilang karena dialihkan oleh suara getaran benda pipih disaku celananya, Rey kemudian menarik benda pipih tersebut dan melihat ada sebuah panggilan dari Dimas teman cerita sekaligus supir pribadinya Rey sejak lama. Rey menerima panggilan tersebut.

" Ada apa Dimas? " tanya Rey dengan memperbesar volume suara ponsel.

" Tuan, ada informasi yang ingin aku beritahukan " Dimas berbicara dengan nada serius terhadap Rey ditelpon. walau Dimas seumuran dengan Rey tapi tetap saja ia menghormati majikanya dan memanggilnya dengan sebutan tuan. walaupun Rey tidak suka Dimas memanggilnya begitu. namun Dimas memaksa keras memanggil Rey dengan sebutan tuan dan akhirnya Rey mengiyakan dengan pasrah.

" Hal apa, katakan saja " Rey mendengar sambil menghisap rokok yang dari tadi belum habis ditanganya.

" Tuan, kau masih ingat gadis yang menabrak Joey yang saat dirumah sakit dia juga kritis dan luka parah? " Dimas bertanya berharap Rey masih mengingatnya.

" Iya, memang keadaanya sekarang bagaimana ? " Rey mematikan rokoknya dan bertanya serius ke dimas.

" Dia sekarang masih dirumah sakit dan syukurnya gadis itu telah sadarkan diri dan melewati masa kritisnya " jelas Dimas. Rey yang mendengar laporan Dimas terlihat tersembur emosi didalam dirinya. Rey mengepal kedua tangannya berusaha menahan emosi yang menggebu didalam dirinya.

" Kau senang dia selamat! " suara Rey terdengar marah, Dimas yang mendengarnya pun tau jika tuanya tersebut sedang menahan emosi.

" Maaf tuan, aku tidak bermaksud begitu " Dimas meminta maaf pada tuanya. walaupun ia tidak mengerti kenapa ucapanya membuat tuanya marah.

" Besok bersiap untuk mengantarkan aku kerumah sakit " Rey berbicara terdengar dengan nada marah.Dimas yang mendengarnya pun mengiyakanya.setelah menyelesaikan panggilan, Rey meletakan ponselnya diatas meja santai yang terletak dibalkon.

" Lihat Joey, aku akan memberi perhitungan pada gadis yang menabrakmu itu " ucap Rey dengan tersenyum sinis. ia kembali mengepalkan kedua tangannya berusaha keras menahan amarah yang masih menggebu didalam rongga dadanya. angin bertiup membawa dedaunan mati yang berterbangan seolah menggambarkan kemarahan Rey yang amat besar terhadap seorang Zahra Aisya.

" Tidak adil jika gadis itu masih hidup, sementara Joey meninggalkan aku untuk selamanya. Joey, aku benar-benar akan membuat gadis itu menderita hingga ia merasakan bagaimana rasanya aku yang sangat terluka kehilangan orang yang ku cinta " Rey tersenyum dengan mengangkat miring bibir atasnya dengan sinis, ia kemudian mengambil kopi yang terletak dimeja dan meminumnya hingg habis.

.

.

.

.

.

.

Hai para readers. jika suka dengan ceritan yang aku buatkan ini, jangan lupa bantu author dengan cara Vote, Like, beri saran dan juga jangan lupa tekan favorit agar tidak ketinggalan saat author up episode selanjutnya-selanjutnya ya. terimakasih❤ kalian semangat author. Selamat membaca karya keduaku ya 😊 .maaf jika ada kesalahan penulisan kata.diingatkan untuk beri kritik dan saran yang baik juga ya agar author lebih baik untuk penulisan kedeoannya ya a a

Terpopuler

Comments

auliasiamatir

auliasiamatir

jangan terlalu benci Rey.. tar cinta loh

2021-12-07

1

Lizaz

Lizaz

Aku mampir Kak
maaf baru mampir

2021-11-17

1

istri sirih jungkook🤪

istri sirih jungkook🤪

mampir ah sapa tau seru😁

2021-09-24

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!