Bab 3
Keesokan harinya
Club Million night, negara M
Milo duduk di sofa mewah dengan gelas wine di tangannya sembari melihat ruangan di sebelahnya dimana ruangan itu terdapat beberapa komputer canggih dan di penuhi oleh belasan layar.
Kemudian dia mengalihkan pandangannya saat seorang gadis mendatanginya dengan segelas smoothies di tangannya.
Milo melihat gadis tersebut dari atas kebawah ke atas lagi saat gadis itu duduk dan meletakkan gelas smoothies nya.
Gadis yang memiliki kulit putih seputih salju, berambut hitam sebahu dengan pakaian ala geng motor. Namun tubuhnya seperti tenggelam karena gadis itu mengenakan pakaian dengan size 2x lipat dari size tubuhnya.
"Wow. Rupanya perubahanmu cukup berhasil, sampai aku hampir tidak mengenali mu." Ucap Milo takjub karena ini adalah pertama kalinya dia melihat penampilan gadis itu yang sengaja di rubah seperti itu.
"Aku hebat bukan." Ucapnya dengan suara cempreng.
Milo terkekeh. "Sudah, sudah, aku takut kau kecapekan, Nona muda Zee."
Gadis yang bernama Zee itu memutar bola matanya malas saat di goda Milo.
Kemudian wajah Milo seketika mulai berubah menjadi serius saat Zee berbicara dengan suara aslinya. Suara lembut yang mencerminkan keeleganan seorang Zee namun sangat tegas, dan padat.
"Aku telah menyelidikinya soal penggelapan yang Luiz lakukan selama ini. Ternyata 30 persen dana dari penggelapan tersebut di gunakan untuk membangun markas persenjataan."
Kemudian Zee menyodorkan sebuah flashdisk di atas meja.
"Aku sudah merekamnya dimana saja titik terakhir peti persenjataan itu berlabuh. Tolong di selidiki karena aku yakin kak Milo juga berfikiran hal yang sama denganku."
"Baik, aku akan menyelidikinya." Ucap Milo setelah mengambil flashdisk itu.
Setelah meneguk smoothies nya, Zee pun bangkit dari duduknya kemudian menarik tangan Milo.
"Ayo, kita membuat drama pertemuan yang manis."
Milo masih tetap di posisinya dengan mengerutkan keningnya.
"Sejak kemarin anak buah paman Chand sudah mulai mengikutiku. Dia tidak akan berhenti sebelum mendapatkan potret kita bukan?"
Seketika Milo tersenyum dan bangkit dari posisinya.
"Hanya drama pertemuan? Tidak ingin lebih?"
"Ng, sepertinya cukup itu saja. Belum waktunya untuk bersenang-senang karena kita belum tahu jumlah tikus itu."
"Lalu dimana kita akan membuat drama?"
Zee berpikir sebentar.
"Mixing house" (rumah perjudian terbesar di negara M)
"What..? Kau masih di bawah umur untuk masuk kesana. Lagipula, nona muda seperti mu tidak pantas ada di sana."
Seketika suara Zee berubah menjadi cempreng.
"Biar saja, sekarang kan waktunya nona Zoya bukan nona muda Zee. Lagi pula si pemiliknya yang akan mengatur tempatnya." Ting. Zee mengedipkan mata kirinya. Sedangkan Milo hanya terkekeh.
(Cerita Zee lagi otw yaa. Othor usahakan secepatnya.🤭)
2 hari kemudian Milo telah kembali ke kota kelahirannya. Di kota ini dia kembali ke kehidupan normalnya sebagai CEO.
Pagi itu sudut bibirnya sedikit terangkat ketika melihat pantulan dirinya di cermin. Rambut klimis nya menambah ketampanannya yang terbaur rapi dengan setelan jas mahalnya.
Milo berjalan keluar dari kamarnya menuju ruangan kerja yang dimana tujuannya adalah membuka sebuah lemari.
Sebuah lemari khusus yang hanya terdapat sebuah busur yang di simpan rapi di lemari tersebut.
Milo melihat busur tersebut dengan sebuah ingatan akan siluet seorang gadis yang sedang mengangkat busur itu di kegelapan.
"Bagaimana kabarmu? Ini sudah 8 bulan berlalu tapi aku masih belum menemukanmu. Ku harap Tuhan segera mempertemukan kita meskipun hanya untuk mengucapkan terimakasih padamu."
Beberapa menit kemudian, Milo melajukan mobil dengan gaya coolnya. Namun mobil tersebut semakin lama semakin melaju ke tempat yang sepi dan akan memasuki hutan rimba dimana terdapat markasnya di kota itu.
Namun saat baru sampai di pinggiran hutan, tiba-tiba saja ada tembakan yang melesat mengenai kaca mobilnya.
Dor.
****.. umpat Milo yang segera meraih senapannya sembari menghentikan mobilnya untuk segera keluar dan berlari ke hutan.
Namun saat Milo membuka pintu mobil, tiba tiba ada sebuah mobil yang menubruk dari samping kanannya dan di susul oleh mobil satunya dari belakang selang satu detik.
"Arghh.." Milo mengeram saat kepalanya terbentur kaca pintu mobil.
Dengan gerakan cepat, Milo segera keluar dari mobilnya dan memberikan beberapa tembakan untuk mengalihkan perhatian.
Dor.
Dor.
Dor.
Sedetik kemudian Milo segera berlari sangat kencang masuk kedalam hutan dan bersembunyi di balik pohon besar dengan nafas tersengal.
Sial, mengapa klan itu masih ada. Mungkinkah mereka bangkit lagi? Batin Milo yang sempat melihat logo bulan tertutup api di pakaian khusus yang dikenakan segerombol orang orang yang mengincarnya barusan.
Tak lama kemudian baku tembak pun terjadi saat salah satu dari mereka mulai menemukan posisi Milo.
Di sudut lain seorang gadis yang membawa sebuah tas di punggungnya sedang mengintip di balik semak-semak di bawah pohon besar.
Satu lawan 20 orang.. itu tidak adil. Gumam dalam hati gadis tersebut.
Kemudian sang gadis membuka tas nya dan mengambil sebuah ketapel di antara tumpukan bajunya. Tak lupa dia mengumpulkan beberapa kerikil yang ada di sekitarnya. Dia benar-benar berniat untuk membantu Milo yang padahal tidak di kenalnya.
Pletak !
"Auchh…" pekik salah satu orang Moon Fire sembari mengusap hidungnya yang berkedut.
"Ada apa?" Tanya rekannya.
"Ada yang menimpuk hidungku dengan kerikil."
"Ck, kau ada ada saja. Mungkin saja hidung mu tersengat serangga. Di hutan seperti ini mana ada orang selain kita."
"Kalian berhentilah berdebat. Cepat bereskan target secepatnya." Geram rekannya yang lain di tengah bisingnya baku tembak.
Beberapa saat kemudian Milo mengerutkan keningnya saat melihat suasana berubah menjadi umpatan kekesalan dari segerombol orang Moon Fire yang sekarang tersisa 9 orang. Mereka mengusap wajahnya yang terasa berkedut akibat terkena kerikil tersebut.
Pletak !
Pletak !
Rupanya sampai saat ini gadis tersebut masih menarik karet ketapel nya hingga satu persatu orang orang Moon Fire kehilangan fokus.
Salah satu orang Moon Fire memberikan tembakan ke arah yang di yakini asal dari kerikil tersebut.
Dor. Dor.
Mendapat serangan tembakan seperti itu, sang gadis berusaha menghindarinya dengan berpindah pindah posisi. Namun sayangnya sebuah peluru malah mengenai bahu kirinya.
Arghh..
Milo tercengang saat mendengar suara dari semak semak yang sedang di tembaki oleh orang Moon Fire. Ternyata suara tersebut adalah suara seorang gadis.
Dia seorang gadis. Batin Milo yang entah mengapa langsung teringat akan gadis panah yang menolongnya di tengah hutan.
Tak terima jika gadis tersebut tertembak, darah Milo tiba-tiba mendidih dan langsung menembaki orang orang Moon Fire dengan membabi buta.
Setelah memastikan sudah tidak ada yang bergerak, Milo pun segera melangkahkan kakinya ke semak semak yang tadi di tembaki oleh orang Moon Fire. Dia harus segera menemukan gadis tersebut agar bisa cepat di berikan pertolongan.
Setelah mencari kesana kemari, Milo terkejut melihat gadis itu sedang meringis memegang bahunya yang sudah berlumuran darah.
Gadis tersebut memundurkan tubuhnya ketika melihat Milo semakin mendekatinya. Dia pikir Milo adalah salah satu orang jahat tersebut.
"Tenanglah. Aku hanya ingin membawa mu ke rumah sakit sebagai rasa terimakasih ku."
Milo pun langsung menggendongnya tapi gadis itu sedikit memberontak. "Tuan, saya bisa jalan sendiri."
"Diamlah jika tidak ingin lukamu itu semakin parah." Tegas Milo.
Seketika gadis itu langsung terdiam. Namun kembali bersuara lagi yang membuat Milo kesal.
"Tuan, sebaiknya turunkan saya saja karena saya tidak nyaman mendengar detak jantung anda yang seperti menonton film horor."
Sial ternyata dia mendengar nya. Gerutu Milo dalam hati yang sedang berusaha meredakan debaran jantungnya.
"Itu karena kau sangat menakutkan seperti di film horor." Ketus Milo.
"Apa..?" pekik gadis tersebut.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments