''Maula ya sholli wasallam daiaman.. abada. 'Alal Habibi ka Khairi kholbi kulli hibi hiks..'' Senandung sholawat yang dulu pernah Lana senandungkan saat pernikahan Papi Gilang.
Deg!
Jantung Gilang bergemuruh hebat, begitu juga dengan Mak Alisa. Mereka berdua saling pandang, dengan air mata yang terus bercucuran.
Apalagi Mak Alisa. Dari ia tau jika Lana ke komplek perumahan Griya M, hatinya semakin sakit.
Tempat dimana pertama kali Lana menyandungkan sholawat ini untuk Papi Gilang.
Papi Gilang masuk ke dalam mesjid dengan melepas sepatunya. Ia masuk dengan perlahan, sebelumnya ia berwudhu dulu.
Senandung Lana begitu menyayat hati bagi yang mendengar nya. Dua orang Bapak-bapak berdiri mematung di pintu masuk mendengar senandung sholawat yang dibawa oleh Lana.
Sesekali ia menyusut ingusnya. Sesekali ia terisak. Sesak dada Bapak-bapak itu mendengar nya.
Mereka ikut duduk di belakang Lana dengan terdiam. Sedang sang empu tak sadar jika di belakang nya sudah ada orang lain.
Ia semakin hanyut dengan senandung sholawat itu hingga di saat pengulangan yang kesekian kali ia berhenti. Tidak sanggup lagi menyambungnya.
''Maula ya sholli wasallim daiman.. abada. 'Alal Habibi ka Khairi kulli hibi. Muhammad in Mustafa... hiks.. hmmm.. hmm... hiks..''
Deg!
Jantung Lana berhenti berdegup saat mendengar suara itu. Suara yang saat ini ia sedang ia pikirkan dan ia sebutkan di dalam hatinya.
Ia menoleh ke belakang dan melihat kedua orang tuanya sudah berdiri dengan bercucuran air mata.
''Papi... Mak... hiks..''
''Kemari!'' titah Papi Gilang sembari merentangkan tangannya untuk memeluk Lana.
Grep!
Lana berdiri dan menubruk Papi Gilang. ''Pa.. hiks.. Pi...'' lirih Lana dalam pelukan Papi Gilang.
Bapak yang tadi melihat Lana menangis, ia mengambil alih mikrofon dan menyambung kembali sholawat yang di senandung kan oleh Lana.
Bapak itu ikut menangis ketika menyandung sholawat Lana. Sementara Lana masih menangis dalam pelukan Papi Gilang.
''Pa.. hiks Pi.. A-bang.. nggak-ku-kuat..'' lirihnya dengan terus menangis.
''Ssssttt.. hiks.. sabar.. hiks..'' bisik Papi Gilang di telinga Lana.
Dua orang beda generasi itu sedang saling menyalurkan rasa sesak dihati. Luka yang di torehkan oleh keluarga Maura begitu dalam.
Hingga rasanya tidak bisa disembuhkan lagi. Pertama kali seumur hidup, Lana kecewa dan terluka di saat yang bersamaan karena cintanya. Kekasih hatinya.
''Nak.. masih ingatkan apa yang pernah Mak bilang dulu saat Abang masih kecil? Hiks.. waktu itu kamu juga seperti ini saat terluka oleh Ayahmu. Kau hampir mati karena di cekik olehnya. Sakit ini sama Nak.. tapi ingatlah! Ada Allah bersama kita. Dialah yang selalu menjaga kita selama ini. Jika Allah menguji mu dengan ujian cinta seperti ini, berarti Allah sedang menempah mu menjadi lebih baik lagi.''
''Yakinlah, Nak. Di setiap cobaan itu ada terselip kebahagiaan disana. Didik hatimu untuk mengikhlaskan Maura. Gadis itu bukanlah jodohmu.. tapi jodoh orang lain. Ingat Nak. Jika kalian berdua berjodoh, sejauh apapun kau melangkah pergi, maka ia sendiri yang akan menemukan mu. Seperti Mak dan Papi mu. Hem? Sabar dan ikhlas, nak. Itu kuncinya! Ingat Allah selalu dimana pun kamu berada. Hanya kepada Nya lah tempat kita mengadu.''
''Segala keluh kesah mu adukan pada Nya. Tapi jangan berburuk sangka akan ujian yang Allah berikan kepada mu. Allah itu sesuai dengan prasangka hamba nya. Bangun Nak! Tempah dirimu untuk menjadi lebih baik lagi mulai dari sekarang. Jadikan pengalaman rasa sakit yang kamu alami sekarang untuk masa depanmu! Masih ada kami, Nak. Kedua orang tuamu...'' lirih Alisa dengan memeluk dua pangeran hatinya ini.
Lana masih terisak dalam pelukan Papi Gilang. Dua orang paruh baya yang telah lansia itu berdiri di belakang mereka.
''Alisa.. Gilang.. Lana...'' panggil Oma Dewi.
Mak Alisa menoleh. ''Mama. Papa.'' panggil Alisa dengan tersenyum walau air mata sedang membasahi pipinya saat ini. Ia menjulurkan tangannya untuk disalami.
''Kenapa?''
''Lana kecewa dengan Maura, Ma. Hari ini gadis itu menikah dengan orang lain tepat di depan matanya..''
''Apa?! Bagaimana bisa?! Bukannya Lana sudah bertunangan ?'' pekik Opa Angga.
Papi Gilang terkekeh dalam tangisnya. ''Ingat umur Papa.. ini di mesjid loh..''
''Eh? astagfirullah nya Allah.. hehehe..''
''Huh! Dasar aki-aki! Udah bangkotan masih saja nggak ingat umur kalau teriak! Di rumah Allah pun jadi! hadeuhhh...'' gerutu Mama Dewi.
Lana terkekeh dalam tangisnya. Gilang mengangguk. Begitu juga dengan Alisa. Lana mengurai pelukannya dari tubuh Papi Gilang.
''Terimakasih Mak, Papi, Opa, Oma. Lana akan menjadi lebih kuat lagi setelah ini. Terimakasih kalian mau di dekat Lana pada saat Lana terluka seperti ini..'' lirih Lana.
''Sama-sama, nak. Kita inikan keluarga?''
''Ya, keluarga besar Bhaskara!''
Hahaha ..
''Ups! ini di mesjid loh..'' mereka semua terkekeh pelan saat menyadari dimana mereka berada saat ini.
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments