Setelah kepergian Lana, Mak Alisa dan Papi Gilang dengan segera pulang kerumah mereka.
Sedari di perjalanan Mak Alisa tidak berbicara apapun. Ia Hanay mental daatr keluar jendela. Sedangkan Papai Gilang terus saja memeluknya dari belakang karena saat ini posisi Mak Alisa sedang menghadap jendela dengan Papi Gilang duduk di belakang nya.
Paman Karni ikut sedih melihat keluarga ini. Ia yang baru saja masuk dalam keluarga besar ini karena Pak Kosim sudah pensiun terkejut mendapati kenyataan jika anak majikannya ini terluka karena gadis yang Ai cintai menikah dengan orang lain.
''Sayang...'' bisik Papi Gilang.
Mak Alisa tidak menyahutinya. Matanya mengembun dengan tubuh berguncang. ''Ssssttt.. jangan nangis.. Abang pasti baik-baik saja, ya? Jaga kesehatan mu. Kamu baru sembuh loh..''
''Hiks.. Abang Papi... Abang.. hiks..''
''Ssstt... udah. Tenang ya? Sebentar lagi kita tiba di rumah.'' Mak Alisa tak menyahut, ia hanya terus terisak.
Ira dan Raga pun sama. ''Kamu jangan terlalu lama nangis hunny.. inagt kandungan mu. Bayi kita.'' Imbuh Raga dengan memeluk Ira erat.
''Hiks.. Abang By... Abang.. aku nggak yakin jika ia akan sanggup melewati ini. Aku sangat tau siap adikku itu. Bahkan ketika Mak dulu di siksa ayah saja. Lana begitu rapuh? Lalu, bagiamana dengan sekarang? hiks.. adikku... hiks.. hiks..'' sahut Ira masih dalam pelukan Raga.
''Ssssttt... tenang.. nanti aku dan Papi yang akan mencari Abang, ya? Kamu tenang.. ingat kandungan mu..'' imbuh Raga lagi Sabtu mengelus tubuh Ira.
Sementara dua pasangan itu sedang menangis mengingat seorang pemuda yang begitu mereka sayangi, pemuda ini membawa motor nya menuju komplek perumahan Griya M.
Motor itu melaju melewati ruang Opa Angga dan Oma Dewi. Oma Dewi yang sedang duduk bersama Opa, sekials melihat Jiak itu adalah cucu mereka.
''Papa! Bukannya itu Lana ya?'' tunjuknya pada motor yang baru saja melewati mereka.
''Hooh. Ngapain tuh bocah ke perumahan ini? Bukannya rumah mereka di komplek perumahan indah permai? Ngapain tuh bocah ?''
Oma Dewi tertawa mendengar ucapan Opa Angga. ''Haha.. bocah-bocah pun udah bisa buat bocah loh..''
''Hem.. sayangnya Papa udah bangkotan! Udah banyak penyakit nya! Kalau nggak, Papa pasti bisa buat bocah lagi!'' celutuk lelaki tua yang rambutnya sudah memutih semua.
Oma Dewi menepuk lengan Opa Angga sambil tertawa. Begitu juga dengan Oma Dewi, ia pun ikut tertawa.
Di sisa umur mereka berdua, mereka kini sudah berbahagia dengan Papi Gilang sudah hidup bahagia bersama keluarga kecil nya.
***
Lana tiba di mesjid perumahan itu dengan hati mendung berselimut luka. Ia turun dari motor dengan langkah gontai menuju tempat wudhu.
Selesai wudhu, Lana mendirikan sholat dua rakaat. Sholat masuk mesjid. Serta disambung dengan sholat sunah sebelum sholat duhur.
Dalam sholatnya Lana sesegukan. Ia menangis tersedu. Air mata itu mengalir tanpa dipinta saat dahinya menyentuh sajadah.
Sekuat tenaga ia menyelesaikan sholatnya walau dalam keadaan menangis. Luka... Luka yang begitu dalam ia rasakan saat ini.
Sesak sekali rasa di dada. Ingin berteriak tapi itu bukan jalan keluarnya. Lana hanya bisa menangis. Hampir satu jam lamanya ia menangis sambil bersujud di dalam mesjid itu.
Lana berhenti menangis karena ingat, hampir masuk waktu dhuhur. Wajah sembab penuh dengan air mata.
Dengan segera ia bangkit berlalu untuk wudhu. Selesai wudhu, ia mengambil mikrofon mesjid dan mulai menyandingkan sebuah sholawat pengantar sebelum adzan dhuhur.
''Bismillahirrahmanirrahim.. allahumma shalli 'ala Muhamad, wa'ala Ali sayyidina Muhammad. Maula ya sholli wa sallaom daiman.. abada. 'Alal Habibi karena Khairi kholbi killing hibi.. hiks.. Maula ya sholli wassallam daiman... abada. 'Alal Habibi karena Khairi kholbi killing hibi.. hiks..''
Suara Lana terdengar di seluruh komplek perumahan Griya M melalui mikrofon mesjid. Lana menyandung kan sholat yang dulu pernah ia senandung kan di mesjid ini saat pernikahan pertama Papi Gilang dan istri pertama nya.
Oma Dewi dan Papa Angga tersentak mendengarnya. ''Lana... Lana Pa! Lana!'' seru Mama Dewi dengan segera ia keluar dan berjalan menuju mesjid itu.
Begitu juga dengan Papa Angga. Ia ikut mengejar Oma Dewi yang masih cekatan saat berlari.
''Maula ya sholli wasallam daiaman.. abada. 'Alal Habibi karena Khairi killing hibi hiks..''
''Muhammadin Mustafa.. hiks..''
Deg!
''Papi...''
💕💕💕
Entah kenapa othor suka banget jalan cerita Lana ini. Othor yang nulis mewek? Apa kabar kalian yang baca ya? Hiks!
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments
Maulana ya_Rohman
😢😢😢
2022-12-02
2
Dhika Chawla
kisah cinta anak mak alisa sedih semua, dr ira sampe lana....☹️
2022-09-21
0