Bunyi panggilan masuk membuyarkan lamunanku. Tak ingin suara itu membangunkan suamiku yang masih terlelap akhirnya ku angkat telfon dengan suara pelan.
Aku beranjak menuju sofa dipojok kamar. Berulang kali aku menarik nafas pelan demi menenangkan degub jantungku yang sedang berpacu.
Priyadi.
Nama yang tertera dalam panggilan. Ku geser tombol berwarna hijau setelah aku rasa sedikit tenang. Ku lirik jam didinding, tepat jam 12 malam.
"Sayang."
Aku terdiam, kelu rasanya bibirku untuk berucap.
"Ya."
"Malam ini temani aku ngobrol ya. Entah mengapa aku tidak bisa memejamkan mata ini."
Ucapnya frustasi.
Satu minggu yang lalu aku telah menyampaikan keputusan ku. Aku juga telah menceritakan segala nya tanpa ada yang ku tutupi lagi. Bahkan aku telah memberitahukan padanya bahwa hari dan tanggal ini aku akan menikah.
Aku tidak pernah tau, sedalam apa cintanya padaku. Yang aku tau, bahwa aku menyayanginya. Tentang cinta pun aku masih gamang mengartikan semuanya.
Hubungan yang selalu dibentengi dengan pertentangan membuatku frustasi. Keinginanku cuma satu, keluar dari segala hal yang membuat kepalaku terasa pecah.
Andai aku bisa berteriak sekencang mungkin untuk membuang segala beban yang menyesakkan dada ini. Mungkin semua akan segera berakhir.
"Ar,sayang!!"
Panggilannya membuyarkan lamunanku yang entah sudah memgacuhkannya berapa lama.
"Ya."
" Malah melamun, aku sedang ingin ditemani lo malam ini. Kok malah didiemin sih."
Ehmm.
Aku hanya bisa menelan salivaku dan menghirup nafas dalam dalam.
Pada keadaan aku masih sendiri, mungkin dengan senang hati aku segera meng iyakan ajakannya. Tapi sekarang?
Aku menoleh pada sosok yang berbaring dengan selimut diatas kasur ku. Sadar akan kehadiran orang yang berhak segalanya atas diri ini. Namun tetap saja, lidahku benar-benar kaki untuk berucap.
"Kenapa dirimu aneh malam ini? Yang. Dua hari lagi kan?"
Pertanyaannya membuat aku bingung, berpikir dan mengingat. Namun tak kunjung aku dapatkan jawaban tentang dua hari yang dia maksud.
"Apa yang dua hari?"
"Pernikahanmu!!"
Deg
Aku terdiam, kacau rasanya hatiku. Mendengar ******* nafas beratnya dan juga racauan yang keluar dari mulut nya membuat nafasku tiba-tiba sesak. Air mataku menetes tanpa bisa ku cegah lagi.
Terisak dengan suara yang tertahan.
Dia dalam keadaan mabok. Satu kesimpulan yang aku ambil. Pri akan mendikan minuman sebagai pelampiasan jika dirinya sedang kesal. Entah mulai kapan kebiasaan itu dia lakukan.
Lamanya waktu perpisahan kami dulu banyak membuat celah yang tak pernah terlihat. Komunikasi yang terputus bahkan jarak yang membuat kami tak bisa lagi untuk hanya saling mengetahui kondisi masing-masing.
Bahkan pertemuan kembali dengan dirinya pun terjadi karena hal yang tak terduga. Namun semuanya menjadikan dilema terbesar yang kembali datang. Seiring dengan rasa cinta yang kembali tumbuh tanpa mau melihat waktu.
Tak ada yang patut disalahkan ataupun dipermasalahkan. Karena memang cinta memilih sendiri kisahnya dan juga jalan yang akan dilaluinya.
Aku mendesah pelan. Disatu sisi aku telah bersiap dan bertekat untuk melepaskan semua. Namun disisi lain, hatiku masih terpaut dengan namanya. 17 tahun berawal dengan cinta monyet, dipisahkan oleh keadaan dan mungkin memang sudah seharusnya begitu.
Namun lagi dan lagi takdir mempermainkan hati kami. Pertemuan tak sengaja mengacaukan jalan yang sudah tertata rapih.
"Maaf." Lirih ku pelan.
"Kenapa?"
"Malam ini malam pernikahan ku. Dan ini adalah malam pertamaku."
Dengan bibir bergetar aku berusaha menahan tangisku. Demi tekatku untuk terlepas dari belenggu cinta yang tak berkesudahan ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
iis
17 tahun bukan maen
2022-11-12
0
Chika£Hiats
Pantas susah melupakan, 17 tahun menjalin hubungan. Tapi bagaimanapun sulitnya, Arsita harus berusaha melupakan mantan. Apalagi statusmu sekarang udah menikah.
2022-11-03
28
𝐙⃝🦜尺o
sekarang umur 26 dan hubungan udah 17 thn???? jadi mulai dari umur 9 thn???
2022-11-02
0