Tanda Sang Dewa

Rin masih melarikan diri banyak tentara kerajaan yang telah menghadangnya, bahkan sepertinya ini adalah tentara kerajaan yang ibunya pimpin saat ini ternyata mereka semua terlibat akan pembunuhan sang ratu.

Tak bisa berlari lagi kakinya sudah terlalu lelah untuk berlari, mungkinkah ia juga akan mati pada malam ini? "Yah ulang tahunku juga berakhir dengan kematianku,"

Rin akhirnya tertangkap dan tentara kerajaan membawanya kembali menghadap Yan, Yan yang dengan senang hati menantinya dengan sebuah pedang yang mulai di hadang kepadanya.

"Ku beri kau pilihan putri, jika kau bersedia menikah denganku maka hidupmu akan ku jamin selamat," ujar Yan dengan senyuman liciknya.

"Menjijikan, sampai mati aku... Aku tidak akan pernah menikahimu," ujar Rin marah menatap tajam Yan dengan bekas air mata yang telah mengering.

"Kau keras kepala ya, tapi bukankah kau mencintaiku? kenapa tidak mau menikah denganku, apa cintamu sudah hilang sekarang?"

"Kau manusia yang paling menjijikan, kau juga menghancurkan hatiku sehingga aku susah untuk bernafas, kau mengambil ibuku. Sampai matipun jika aku hidup aku akan terus membencimu,"

"Oyaoya, berarti kau juga siap mati untuk sekarang ya ada pesan? Jika tidak matilah dengan tenang_"

Melihat Yan melayangkan pedang tepat di hadapannya untuk pertama kalinya Rin merasa bahwa ia takut untuk mati dengan cara seperti itu, detak jantungnya berdegup kencang tidak beraturan, air matanya jatuh. "Sudah berakhir ya? Ibu,"

Yan melayangkan pedang tepat di leher Rin dan dengan sigap tanpa sadar dua buah pedang menghalangi pedang Yan dan pedang Yan tertahan seseorang datang menolong Rin yang tidak lain_

"Kau?" Yan terkejut melihat seorang pria menahan pedangnya sehingga kepala Rin tidak jadi terpenggal.

***

"Bagaimana bisa putri manja itu adalah tuanku? arghhh perasaan menolak apa ini? aku jauh-jauh datang kesini karena merasakan kehadiran tuan tapi malah menemukan dia," ujar Ryou menggerutu sendiri, malam ini ia mendapat tugas untuk menjaga sang putri jadi ia berjaga-jaga di pintu gerbang kastil sang putri.

Sebulan yang lalu ia datang kesini mendapatkan banyak luka, pakaian juga compang camping, kurus, dan butuh makanan.

Sepertinya ia sembarangan masuk desa dan ternyata desa itu tidak memperbolehkan orang asing untuk masuk, dan Ryou tanpa sadar di serang habis-habisan oleh pengawal di desa itu tak terhitung jumlahnya. Meski begitu Ryou adalah seorang jendral ia mahir menggunakan pedang dengan kedua tangannya, tapi itu hanya warga desa yang tidak tahu menahu tentang asal usul Ryou dan Ryou juga tidak bisa melawan agar tetap bisa mendapat makanan di sana ia rela jadi bulan-bulanan pengawal desa.

Ryou sampai kesini sejak ia memutuskan untuk menjadi pengembara mencari sang tuan, baginya duduk diam di kuil tanpa melakukan apapun itu membosankan, dan pada akhirnya ia pingsan di jalanan menuju kerajaan Asahi.

Ketika Ryou membuka matanya ternyata ia berada di sebuab ruangan yang serba merah dengan sedikit redupnya cahaya, ia melihat seorang kakek yang sedang berdo'a ternyata ia berada di kuil tapi di kuil itu ia merasa aneh dan energinya yang terkuras merasa sudah kembali.

"Aries selamat datang," ujar kakek itu.

***

"Ryou," Rin terkejut ketika Ryou datang menyelamatkannya.

"Maaf tuan putri atas kelalaian hamba,"

Ryou pun akhirnya bertempur dengan banyaknya pasukan tentara dan wajahnya berubah ketika ia melihat Yan yang ternyata membunuh sang ratu.

"Kau!" entah perasaan gejolak apa Ryou mulai mengamuk.

"Jika kita melawan jendral Ryou kita pasti akan mati, dengar dia itu di juluki monster domba merah dia akan mengamuk seperti domba jantan yang marah menghancurkan tentara," ujar salah satu tentara yang sedang melawan Ryou.

Rin mendengar itu meski ia tidak terlalu mengenal Ryou, empat bulan yang lalu Ryou di rekrut menjadi jendral dan di juluki sebagai monster domba merah Ryou sangat di takuti karena dia melawan dan tanpa memberi ampun pada lawannya dan pasti akan langsung memenggalnya. Meski begitu karena Rin selalu menghabiskan waktunya di dalam kastilnya sendiri sehingga ia tidak terlalu mengenal Ryou dan dua hari yang lalu sang ratu memilih Ryou untuk menjadi pengawal Rin di kastilnya tapi ya meski begitu Rin tidak terlalu memperhatikan pelayan ataupun pengawalnya yang sering berganti-ganti, Rin juga di kenal sebagai putri yang sedikit pendiam dan tidak terlalu banyak bicara pada orang baru meski itu pelayannya sendiri.

"Tuan putri," Rin segera sadar dalam lamunannya dan terasa tangannya telah di tarik oleh Ryou memaksanya untuk kembali lari.

Tentara kembali mengejar mereka berdua dan bukan itu saja Ryou pun sekarang di incar oleh kawanan tentara Asahi.

Ryou segera bersembunyi di sebuah taman untuk berhenti sejenak. "Tuan putri apakah masih sanggup untuk berlari?" tanya Ryou khawatir karena melihat sang putri engos-engosan. Entah mengapa melihat Rin seperti ini membuat amarah Ryou bergejolak.

"Ryou, apakah kau juga penghianat? apa kau di pihak ku sekarang?" tanya Rin sambil menangis menyentuh wajah Ryou.

Ryou sedikit terkejut karena mendengar pertanyaan seperti itu, entah mengapa suara sang putri yang terdengar bergetar seperti itu membuat kemarahan Ryou memuncak.

"Tuan putri, aku ada di pihakmu asal kau tahu aku sudah lama mencarimu," ujar Ryou dengan tersenyum.

"Itu mereka," sorak salah satu tentara yang menemukam mereka.

"Gawat!"

Tidak ada pilihan lain selain mengamuk dan menghancurkan semua tentara ini, tapi bagaimana pun ia harus menahannya. Melihat sang putri yang telah kelelahan berlari Ryou pun akhirnya menggedongnya.

"Ryou," Rin terkejut tubuhnya tiba-tiba di gendong oleh Ryou.

"Tuan putri pegang yang kuat," Ryou pun kembali berlari sambil menggendong sang putri. Bagaimana pun ia harus keluar dari istana ini dan membawa sang putri pergi dari sini.

Melawan tentara hanya seorang diri dan memperlihatkan wujud asli sang monster kambing jantan merah tidak masalah tapi masalahnya sang putri dan jika ia melakukan hal itu mungkin saja ia akan benar-benar di buru.

Tapi tidak ada pilihan lain.

Ryou memperhatikan Rin yang berpegangan erat terhadapnya sepertinya sang putri benar-benar ketakutan Ryou juga bisa merasakan kalau tubuh mungil sang putri gemetaran. Tentara masih mengejar dan jumlahnya semakin banyak bahkan ada pasukan tentara yang berbaris sambil memanah mereka.

"Tidak ada pilihan lain," Ryou kembali menatap Rin yang masih ketakutan.

"Tuan putri,"

Rin menoleh dan tiba-tiba_,

"Mphhh,"

Ryou mencium bibirnya, membuat jantung Rin merasa berhenti berdetak ciuman pertamanya.

"Maaf tuan putri," ujar Ryou tersenyum menatap Rin.

Tiba-tiba Rin memancarkan sinar dan satu tanda di dadanya ikut bersinar.

"Di sini kau aman tuan putri tetaplah di dekatku," ujar Ryou menurunkan Rin sambil menggandeng tangannya.

Tiba-tiba mata Ryou berubah menjadi tajam, rambut orangenya berubah keperakan dua tanduk seperti milik domba muncul di kepalanya ia berubah.

"R... Ryou,"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!