Setelah seminggu Naya dirawat maka hari ini adalah sidang yang akan menentukan nasibnya.
Tampak sekali Naya amat gugup dengan hasil persidangannya "kamu tenang, aku yakin semua tuduhan itu di tolak" wanita itu menenangkan Naya.
Naya tersenyum dan mengangguk "iya kak Anggi"
"jalani semuanya dengan kuat, setelah persidangan ini kemungkinan terbesar beban dipundak mu akan semakin bertambah" ucap Anggi memandang Naya.
"aku akan jalanin semuanya kak, aku udah siap apapun resikonya. Karena ini adalah garis takdirku yang ditulis tuhan tak seindah orang lainnya"
Anggi tersenyum simpul mendengar jawaban Naya "kalo ada apa apa jangan lupa bilang sama kaka" pesan Anggi sambil mengelus kepala Naya.
Didalam ruangan kini hakim membacakan hasil persidangan.
"sesuai dugaan dan prasangka yang diterima dari segala arah tersangka Naya melakukan pencobaan pembunuhan terhadap terdakwa (CA), dinyatakan ditolak. Karena kuatnya barang bukti di TKP tak menunjukan satupun sidik jari tersangka"
"dan sesuai keinginan terdakwa, tuntutan tersangka dicabut"
Tukk Tukk Tukk
Ketikan tiga kali palu itu membuat darah Naya berdesir hebat karena dinyatakan tak bersalah.
Anggi mengusap punggung Naya, ia menatap haru gadis disampingnya. Akhirnya Naya terbukti tak bersalah dalam kasus yang menjeratnya.
Setelah persidangan selesai Naya langsung menuju penjara untuk menemui ayahnya.
...***...
Naya duduk manis Disebuah ruang dengan cake mangga kesukaan Anton.
Saat pintu ruang itu terbuka tampaklah Anton dengan wajah bahagia melihat peri kecil kesayangannya.
"Aya..." panggil Anton seraya merentangkan kedua tangannya, dengan cepat Naya masuk Kedalam dekapan cinta pertamanya itu.
"i miss you babynya ayah" Anton mengusap kepala Naya dengan sayang, menyalurkan rasa rindu terdalamnya.
"i miss you too yah" sungguh tempat ternyaman Naya hanyalah bahu lebar Anton, semenjak Anton dipenjara Naya sudah jarang merasakan pelukan terhangat ini.
Anton mengurai pelukannya mencium kening dan kedua pipi chaby milik Naya.
"gimana kabar kamu syang"
"alhamdulillah Naya baik yah, ayah sehat kan?"
"sehat dong, masa badan besar gini gak sehat" gurau Anton sambil menjawil hidung Naya.
"ihhh ayah...sakit" rengek Naya.
Anton kembali mengusap kepala Naya dengan mata yang sudah berkaca kaca "ayah bakalan rindu sama tingkah peri kecil ayah" batin Anton.
"ayah kenapa? Kok nangis sih" Naya mengusap air mata Anton dengan heran.
"Naya kalo sendiri harus kuat ya nak" ucap Anton.
"Naya bakalan kuat kalo ada ayah yang jadi semangat Naya" jawabnya.
"gak selamanya ayah megang tangan kamu, ada kalanya tangan ayah terlepas dari tangan Mungil ini" Anton mengamit tangan Naya dan menciumnya.
"selama ayah ada Naya bakal kuat, kalo ayah gak ada Naya gimana" tatapan Naya berubah jadi sendu.
"Ayah bakalan selalu ada kapanpun Aya minta" mencium lamat kening Naya.
"ayah tau gak, Naya menang persidangannya lohh" Ucap Naya penuh rasa gembira.
"ayah tau" Anton memperhatikan wajah Naya yang masih nampak penuh luka.
"kalo kamu disakitin balas, jangan sampai harga diri kamu di injak. Itu adalah hal berharga yang patut dijaga"
"iya ayah..... Ihhh kan Naya jadi lupa" Naya menarik tangan Anton menuju kursi.
"taraaaa" Naya menunjukan cake mangga pada Anton.
"bikin atau beli" tanya Anton.
"hehehehe... Beli. Naya gak sempat bikin, maaf ya yah"
"gak papa sayang, makasih ya"
Kedua ayah dan anak itu asik memakan cake mangga sambil mengobrol sampai batas waktunya tiba.
...***...
Kini Naya sudah masuk sekolah, ia meremas tas ranselnya dengan kuat saat tatapan orang orang nampak semakin membencinya.
Brakkkk
Seseorang dengan sengaja menubruk bahu Naya hingga tersungkur.
Gadis itu berjongkok mensejajarkan posisinya dengan Naya.
"masih berani lo sekolah, udah jadi pembunuh" sarkas gadis bernama Chika.
"Naya gak bunuh siapa pun" elak Naya tak terima.
"ck, gak usah ngelak lo...harusnya lo mendekam dipenjara" Chika menunjuk dahi Naya.
"Naya gak salah, makanya gak dipenjara"
"paling paling lo bayar mereka sama tubuh murahan lo ini"
Sakit, itulah yang Naya rasakan saat mendengarkan banyak penghakiman tanpa percaya kenyataan yang ada.
"stop Chika, Naya gak gitu" sarkas Naya menaikkan nada suaranya.
Plakk
Chika menampar wajah Naya dengan keras dan langsung menjambaknya.
"kalo ngomong gak usah keras, lo siapa hah! Gadis gak tau malu kayak lo gak pantes naikin suara sama gue" Chika dengan kasar menghempaskan kepala Naya hingga membentur lantai.
"ambil gunting" titah Chika pada temannya.
Semua murid hanya tersenyum melihat tontonan gratis itu tanpa ada rasa iba sedikitpun.
Dari kejauhan Dama dan Jelita tampak bergandengan tangan dengan mesra, tanpa peduli dengan keadaan Naya.
Tatapan kecewa dilayangkan Naya pada Dama, namun sayang Dama hanya tersenyum smirk tanpa peduli.
Teman Chika mengeluarkan gunting ukuran besar, mereka langsung memegang lengan Naya agar tak bisa melawan.
Dengan santai Chika menggunting rambut Naya dengan berantakan hingga sesekali gunting tajam itu juga menyayat kulit Naya.
"Chika... Udah jangan potong rambut Naya, Hisk" tangis Naya pecah saat melihat helaian rambut panjangnya jatuh dilantai.
Chika menyungging senyuman "pembunuh kayak lo pantas tampil gini" kemudian meninggalkan Naya yang terisak keras.
Kulit kulit yang terkena ketajaman gunting itu mengeluarkan darah, namun tak dihiraukan oleh Naya.
Ia hanya memeluk rambutnya yang sudah terpotong, tampak rambut Naya sangat berantakan dan tak beraturan.
"ayahhh..." batin Naya
Flassback on
Naya kecil sedang duduk bersama Anton dihalaman rumah, dengan karet rambut mengisi jarinya.
"ayah kok rajin banget sih, kepangin rambut Naya"
"kamu cantik kalo rambutnya diikat, kayak princess"
"tapi Naya malas urus rambut yah, kepanjangan. Naya potong aja ya"
"no sayang, jangan dipotong. Naya cantik dengan rambut panjang"
"kalo ayah suka, Naya bakalan panjangim aja rambutnya" Naya tersenyum Ceria saat Anton mengatakan ia terlihat cantik.
Flashback off
...***...
"tuan El, nona nampak menjalani sekolahnya dengan buruk"
El meremas kuat gelas wine saat melihat wajah gadis kesayangannya tampak pucat.
"terus awasi mereka, cari semua informasinya" perintah El pada bawahannya.
"baik tuan, apakan kita menjalankan rencana itu sekarang, tuan" tanyanya.
"sebebtar lagi, siapkan segalanya tanpa ada celah dan kecurigaan sedikitpun. Ingat jangan meninggalkan jejak"
"baik tuan muda" bawahan itu menunduk hormat pada El.
"biarkan mereka menginjakmu" batin El menatap foto gadis yang selama ini menghias meja kerjanya.
"tuan... Orang tua mereka berasal dari DZ Group coproration, perusahaan kita juga memiliki hak 89 persen pada perusahaan yang mereka pegang. Dan mereka juga memiliki utang pada kelompok mafia, karena peredaran narkotika dan alkohol" jelas bawahan itu saat menemukan informasi dengan cepat.
El tersenyum smirk "Devan..." panggil El dengan suara menyeramkan.
"ya.. Tuan"
"jangan lupa ratakan seluruhnya tanpa ada debu" titah El dan langsung di angguki oleh Devan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments