Tiga hari lamanya, keadaan Naya terus seperti saat ini.
Byurrrrrr
Dengan kejamnya seorang yang bepangkat itu menyelamkan kepala Naya kedalam wastafel.
"mangakulah..." dengan kasar pria itu menjambak rambut Naya.
"s-sumpah bukan saya" lirih Naya dengan derai air mata.
Byurrrr
Polisi pria kembali menyelamkan kepala Naya hingga gadis itu lemas karena banyak meminum air dari wastafel yang menenggelamkan kepalanya.
"jangan bertele - tele, mengaku atau kamu akan semakin sakit" Ancam pria itu sambil mencengkram pipi Naya menggunakan kuku hingga terluka olehnya.
"d-demi t-ttu-tuhan bukan say-"
Kreeeetttttt
Tubuh Naya terasa mati saat aliran listrik sengaja di sengatkan pada tubuhnya.
Kakinya bahkan seperti lumpuh dan mati rasa mengakibatkan ia terduduk dilantai yang dingin.
"s-stop.... S-sa-sakit, Hisk" isak Naya hanya bisa menangis tanpa bisa menggerakkan sekujur tubuhnya.
Pria itu kembali menodongkan alat sengatan listrik ke dagu Naya.
"maka dari itu, mengakulah...sebelum sengatan ini mematikan seluruh sel yang ada didalam tubuhmu"
Namun gadis lemah itu tetap teguh, sekuat tenaga menggelengkan kepalanya.
Menolak tuduhan yang betul betul tak pernah ia lakukan, bukankah ini lebih merujuk pada kekerasan yang memaksa seseorang menggantikan kesalahan orang lain.
Krieeetttttttt
Alat penyengat dengan tekanan tinggi membuat tubuh kecil bergetar hebat sampai mati rasa dan pingsan.
Dibalik kegaduhan samar sama ia masih bisa merasakan saat mulutnya dilumpal oleh kain dan ditutup lakban.
Tak lupa pula pria itu membungkus kepala Naya menggukan plastik, Pria itu memukul wajah Naya dan menghantamkan kepala Naya kelantai hingga bocor.
Pria berpangkat bahkan yang dihormati statusnya itu tersenyum, lalu meludah disamping Naya.
"gadis bodoh" makinya, kemudian meninggalkan tubuh Naya yang sudah tak berdaya dilantai dengan kepala yang bersimbah darah.
...***...
Seorang wanita paruh baya saat ini bertemu dengan Anton dibalik ruangan yang sudah disiapkan untuk pertemuan antara keluarga dan napi.
"bagaimana keadaanmu mas" tanya wanita itu bernama Sekar, ibunda Naya.
"tak usah menanya kabarku, apa kamu tau Sekar... Putri kita ada disini" ucapnya sambil menatap wajah Sekar dengan raut cemas.
"jangan membicarakan anak sialan itu mas! Aku tak peduli dia ada dimana, sekalipun ia mati " tekan Sekar menatap garang wajah suaminya, Sekar sangat membenci saat suaminya membahas tentang Naya.
"dia putri kita Sekar, sadar! Kenapa kamu jadi membencinya" suara Anton mulai meninggi.
"dia bukan putriku lagi! Saat kamu dipenjara karena dia mas" teriak Sekar tak kalah keras.
"Sekar... Dia putri kesayangan kita, jangan membencinya. Ini semua bukan kesalahannya Sekar" suara pria itu melembut, sambil mengusap tangan istrinya.
"Ck, aku tak sudi menganggapnya putriku mas"
"Sekar..." peringkat Anton.
" apa mas! Apa! Mau belain anak sialan itu, hah"
"cukup Sekar "
"cihhh,,, sumpah demi apapun aku menyesal melahirkan Naya, seharusnya aku membunuhnya sebelum ia lahir dan membawa keburukan" teriak Sekar amat membenci Naya, seolah benci itu sudah mendarah daging.
Plakkk
Anton dengan keras menampar istrinya hingga sudut bibir istrinya terluka.
Sekar memegang pipinya yang terasa perih, wanita itu memandang suaminya dengan tatapan kecewa dan marah.
"dia putriku....sampai ada yang menyakitinya, aku sendiri yang akan melenyapkannya.... Termasuk kamu" Anton menunjuk wajah istrinya.
"kenapa dari dulu kamu lebih mentingin gadis sialan itu, ketimbang diri kamu sendiri"
"karena dia putriku, malaikat kecilku. Aku merawatnya dengan cinta bagai mutiara, aku juga bersumpah akan membalaskan rasa sakit putriku"
"apa kamu tau teriakan histeris dia saat diruangan sialan itu, suara menyengat itu seoala mematikan jantungku Sekar. Kamu tak tau betapa kejinya manusia manusia itu menyakiti Putriku" Anton meremas dadanya yang terasa ngilu.
"dan aku berharap, ia lebih baik mati Mas" jawab Sekar tanpa ada rasa bersalah sedikitpun saat mengucapkan semua itu dengan antengnya.
"jangan mengucapkan semua itu Sekar"
"aku akan terus mengucapkannya, semoga gadis pembawa sial itu mati"
"SEKAARRRRRR" bentak Anton.
"pergi... Lebih baik kamu pergi dan tak usah menemui aku" Anton meninggalkan Sekar yang wajahnya sudah berubah merah menahan amarahnya.
Saat punggung Anton lenyap dari pandangannya, Sekar membandingkan kursi dengan keras.
"Aaaarrggghhhh gadis sialan" Maki Sekar.
...***...
" apa yang sudah mereka lakukan sama kamu" tanya wanita yang kemarin mendampingi Naya.
Wajah Naya lebam, mata sebelahnya sudah bengkak dan membiru sampai susah untuk dibuka.
Wajah cantik dan manis itu telah tak berubah, bahkan mengeluarkan suara pun Naya sudah tak bisa.
"apa mereka memukul mu?"
Naya hanya menganggukan kepala sebagai jawaban.
"brengs*kk....bukan menjalankan proses dan tugas semestinya, mereka malah memaksa" geram wanita itu.
Naya mencoba meraih tangan wanita itu, memberikan isyarat agar wanita disampingnya ini bersabar.
Wanita itu menghela nafas berat "apa kamu gak dendam sama mereka"
Naya mengelengkan kepalanya.
"Naya..." panggil wanita itu.
"aku akan berjuang untuk keadilanmu, itu janjiku" menggenggam tangan Naya dengan lembut.
Gadis yang terbaring lemah itu hanya mengangguk lemah dan meneteskan air mata.
Brakk
Seorang wanita paru baya yang tak lain adalah Sekar bunda Naya, Sekar dengan kasar membuka pintu ruang rawat inap milik anaknya.
Wanita itu berjalan menuju tempat Naya dan langsung menampar gadis itu hingga hidung Naya mengeluarkan darah.
Wanita disamping Naya kaget, hingga menutup mulutnya.
"dasar gadis sialan, kamu hanya menyusahkan ku saja" Sekar menjambak kuat rambut Naya hingga mendongak menatapnya.
"NAYAAAA" Terika wanita tadi saat melihat Naya.
Ia berusaha melerai perkelahian Sekar, hingga Naya terlepas dari kekerasan yang Sekar lakukan.
"ibu sudah gila" hadrik wanita itu menunjuk Sekar.
"yang gila itu dia, bukan saya. Seharusnya dia mati dan bukan menyusahkan hidup kami" Sekar menunjuk wajah Naya yang sudah menangis tanpa suara, hingga dadanya terasa sesak.
Sekar mendorong wanita itu hingga terjatuh menabrak sofa dan Sekar kembali melakukan aksinya pada Naya.
Ia meninjau wajah Naya dan juga menamparnya, hingga perban perban yang menutupi luka itu kembali basah.
Sampai akhir Sekar mendorong Naya hingga membentur Nakas "gadis pembawa sial seperti mu tak pantas menginjak dunia" menatap Naya tanpa rasa iba sedikit pun.
Naya menatap banar ibu kandungnya, yang dulu sangat mencintainya sekarang ditelan oleh kebencian yang begitu besar terhadapnya.
Sekar berjongkok menatap Naya "karena ulah mu, suamiku harus mendekam di jeruji besi. Kamu tau...."
Sekar mendekat kearah telinga Naya "aku berharap kamu mati" bisiknya amat pelan, sampai membuat tubuh Naya menegang ditempat.
Naya menggelang seolah tak percaya dengan ucapan sang bunda, Sekar menyeringai dengan jahat.
Ia mencengkaram kuat pipi Naya "kata kematianmu adalah kebahagian terindah bagiku" ucap Sekar, menyentak pipi Naya hingga kembali membentur Nakas dengan keras.
"bu....bun-..nda" lirih Naya saat kesadarannya terkuras habis oleh tindakan Sekar.
Sekar tersenyum sambil berdiri, ia meludah tepat disamping Naya "dasar sampah" Maki Sekar kemudian meninggalkan Naya yang sudah tak sadarkan diri.
Sedangkan wanita tadi berusaha bangun untuk membantu Naya, ia memencet tombol Emergency.
Dari kejauhan pula seorang laki laki meremas pisau hingga berdarah "aku akan membalaskan darah itu" sambil menyeringai dengan wajah menakutkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
Salma Cheng
pertanyaan bodoh , udah tau Naya udah sekarat
2022-10-14
0