1. Terlalu Menyakitkan

Pagi ini nampak seorang gadis SMA dengan tampilan sedikit berantakan menuju SMA BAKTI MERDEKA.

Baju seragam putih tampak kotor oleh tanah dan rambutnya yang sudah terlihat kusut.

Tak ada satu matapun menatap kasian pada gadis yang tertunduk menyembunyikan wajahnya di balik rambut yang berantakan itu.

"NAYAKA ANESKA" suara bariton menggelegar dikoridor kelas, membuat tubuh Naya mematung ditempat.

Semua atensi teralih pada Naya, mereka hanya tertawa sinis mengejek nasib gadis itu yang tak pernah indah.

"sudah saya bilang berapa kali, pakaian sekolah itu harus rapi. Tapi kenapa kamu selalu seperti gelandangan, Hah!" sarkas guru laki laki itu sambil jari telunjuknya terus menoyor kepala Naya.

"M-maaf pak"

"Cih... Saya bosan dengar kata maaf mu, saya tidak peduli. Sekarang ganti pakaian mu atau kamu tidak usah masuk kelas sama sekali"

"t-tapi Naya gak punya seragam ganti pak"

"kamu bisa beli dikoperasi sekolah"

"ta-tapi..."

"jangan banyak membantah, anak seorang pembunuh tak pantas membantah. Paham" guru itu mendorong tubuh Naya hingga tersungkur kelantai.

Naya menahan mati matian siku yang terluka karena tergesek lantai.

Tak segan pula guru itu menginjak tangan Naya saat meninggalkan gadis itu tanpa menolongnya.

Sampai gumpalan kertas melayang kearah kepala Naya, membuat gadis itu menatapnya.

"sorry...." seorang gadis cantik menghampiri Naya, mengulurkan tangannya untuk membantu Naya.

Namun gadis itu sedikit ragu dengan pertolongan gadis didepannya sekarang.

"Ayo berdiri" suara gadis itu amat lembut membuat Naya menerima uluran tangannya.

Setelah berdiri gadis itu tersenyum "sorry karena gue sengaja lemparin itu ke lo" bisik tepat ditelinga Naya.

Dengan seketika gadis itu mendorong Naya hingga terjatuh menurun tangga yang lumayan tinggi.

"Najis banget tangan gue disentuh sama pembawa sial kayak lo"

Naya meringis merasakan kepalanya yang terasa sakit, sampai cairan merah menetes kelantai.

"d-darah" gumam Naya.

"cuma darah segitu gak akan bisa gantiin nyawa semua orang yang udah di bunuh sama bokap lo" gadis itu menjambak rambut Naya didepan semua orang yang nampak acuh menonton kegaduhan mereka.

"chika le-lepas, ini sakit" berusaha melepas jambakan yang semakin keras dirambutnya.

"tempat lo bukan di sini bi*th, lo lebih pantas mati dari pada hidup kayak bokap lo. Sialan" kuku Chika menancap di pipi mulus milik Naya hingga berdarah.

"lo lebih pantas jadi tokoh utama yang gak akan pernah dapat kebahagian seinci pun" Chika menghempaskan kepala Naya hingga terjelebab kelantai.

Kebahagian mereka adalah melihat Naya semenderita mungkin hingga kematian pun tak pantas untuk ia miliki.

Dengan tega Chika dan para teman temannya meninggalkan Naya yang sudah terkapar dilantai koridor.

"s-sakit... Tuhan ini terlalu sakit" Naya hanya bisa menangis merasakan nyeri disekujur tubuhnya, dengan memaksakan diri Naya bangkit menuju UKS.

"syukurin, emang pantes banget dia di gituin"

"anak pembunuh gak tau malu"

"seharusnya dia juga ikut mati",

"bi*ht"

Begitulah bisik bisik orang disekitarnya, bukannya kasian mereka malah ingin melihat Naya lebih menderita.

...***...

Sesampainya di UKS Naya langsung mengobati luka lukanya, banyak lebam biru keunguan disekujur tubuhnya.

Luka di kening dan tangannya pun cukup parah, hingga darah darahnya pun masih terus mengalir.

"shhhh..." desis Naya saat obat merah menempel diluka lukanya.

Sampai suara pintu mengalihkan pandangan Naya.

BRAKKK

Tanpak seorang laki laki dengan wajah merah padam menghampiri Naya mendorong gadis itu hingga terlebab ke ranjang.

"lo bisa gak sih, gak usah ngerepotin gue" bentak laki laki itu pada Naya.

"A-aku cuma mau minta bantuan kamu buat obatin luka aku Dam" lirih Naya.

"cihh...lo masih punya tangan bi*th jadi gak usah nyusahi gue"

"kamu pacar aku Dam, gak salahnya aku minta bantuan sama pacar aku sendirikan"

Dama laki laki yang menjadi pasangan Naya satu tahun lamanya, namun sifatnya berubah dalam setengah tahun.

Dama laki laki kasar, yang bodohnya dicintai oleh Naya. Naya hanya perpikir bahwa Dama bisa berubah baik seperti awal mereka kenal dan pacaran.

"dengerin gue baik baik bi*th, gue paling benci sama lo dan gue paling gak suka di repotin cewe murahan kayak lo" Dama mencekik leher Naya hingga gadis itu kesusahan untuk bernafas.

"K-kalo kamu g-gak su-suka aku, k-kita putus" Mendengar kata putus membuat Dama semakin mencekik lehernya.

Plakk

"gak ada kata putus sebelum gue yang mutusin lo" dengan kasar Dama menampar Naya hingga kepala gadis itu membentur tembok.

"urusin luka lo sendiri, gue jijik sama lo" Dama meninggalkan Naya yang pingsan didalam UKS sendirian tanpa kasihan.

...***...

Naya menyusui ruang ruang kelas, tampak pula banyak siswa siswi yang berlari menuju luar sekolah karena bell pulang sudah berbunyi.

Buru buru Naya menuju parkiran menghampiri kekasihnya, wajah yang tampak bahagia ia pancarkan saat melihat kekasihnya dari kejauhan.

Namun langkah Naya tiba tiba berhenti, ia meremas tasnya dengan kuat.

"hay... Udah lama nunggunya" ucap seorang gadis bername tag Jelita Lyne, pada Dama yang sedari tadi duduk dimotor.

"enggak kok, yuk pulang" Dama memasangkan helm pada Jelita dengan mesra, tak lupa pula ia mengecup pipi Jelita.

Sampai pandangannya tertuju pada Naya yang mematung menatapnya kecewa, namun bukannya menyesal Dama malah tersenyum remeh pada Naya.

"mampir dulu ya Dam, aku laper" Jelita memeluk lengan Dama dengan mesra.

"iya baby, apapun buat kamu" balas Dama dengann lembut dan penuh kasih sayang.

Tanpa rasa bersalah kedua pasangan itu melalui Naya dengan santai, bahkan dengan lancangnya Jelita mengacungkan jari tengahnya Pada Naya.

Naya hanya bisa diam membisu dengan air mata yang mulai runtuh "jahatt banget kamu Dam, dengan santainya kamu bersikap manis sama cewe lain. Tapi kamu kasar banget saat bareng aku, salah aku apa Dam" lirih Naya dengan sendirinya.

"aku cape Dam, cape banget... Gak cuma batin aku yang kamu siska tapi fisik dan mental aku juga Dam"

"sekeji itu banget ya jadi anak seorang pembunuh, sampai dunia aja benci keberadaan aku" Naya kemudian berjalan keluar sekolah sambil menunggu angkot.

Ia pulang menggunakan kendaraan umum, namun saat memasuki angkot pandangannya teralih pada seorang pria yang menggunakan pakaian hitam dan topi serta masker menutupi wajah pria itu.

Sampai pandangan Naya jatuh pada tangan pria itu yang sedang menahan perutnya, tangan pria itu penuh darah.

"M-mas" panggil Naya sehingga pria itu memandang Naya.

" perut mas terluka, Naya bantuin ya" Naya membantu menutup luka pria itu, menggunakan jaketnya.

Pandangan laki laki itu tiba tiba memburam dan ambruk memeluk Naya. Namun satu hal kesiapan menghampiri Naya saat penumpang lainnya memasuki angkot itu.

"Pembunuhhhhh...."

Terpopuler

Comments

sriwati

sriwati

ceritanya Manta
singgah di author ku dong kk

2022-09-30

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!