5. Pertemuan Kedua.

Sudah hampir satu jam Intan dan Nyonya Amara menunggu kedatangan Richard di ruang tamu. Masalah yang begitu menguras pikiran Intan mulai berkurang, dengan kehadiran wanita paruh baya itu di rumahnya. Mereka berdua membicarakan tentang segala hal sambil tertawa lepas. Sampai-sampai tak ada yang menyadari kedatangan Richard.

"Nak Richard, kamu datang untuk menjemput Nyonya Amara?" tanya Rahardian yang saat itu sedang duduk bersama tukang kebun di teras rumah.

"Iya Om. Oma minta saya untuk menjemput," jawab Richard tanpa ekspresi.

"Silahkan masuk! Sekalian makan malam dulu baru pulang." Keramahan Rahardian membuat Richard jadi salah tingka.

"Makasih Om. Tapi,," kata-kata Richard tertahan saat matanya menangkap pemandangan di ruang tamu.

Saat itu Oma sedang tertawa sambil memeluk Intan. Mereka berdua terlihat sangat bahagia. Dan tidak berapa lama muncul Wulan Ibunya Intan dari arah dapur, yang langsung menyapanya tidak kalah ramah.

"Eh,, nak Richard sudah datang? Ayo silahkan duduk."

Seketika Intan pun kaget menatap ke arah Richard. Degup jantungnya mulai memburu, melihat pria tampan bermata tajam itu. Penampilan Richard sangatlah santai, dengan mengenakan celana jeans berwarna hitam, dipadukan dengan baju kaos putih berbalut jaket kulit berwarna sama dengan celananya.

"Sini duduk di samping Oma!" seru Nyonya Amara.

Richard mendekat hendak duduk di samping kiri Omanya. Tapi wanita paruh baya itu malah bergeser memberikan ruang di bagian kanan, antara dia dan Intan. Karena tak bisa berbuat apa-apa, Richard terpaksa duduk berdampingan dengan Intan, yang hanya terdiam tanpa ekspresi.

"Lebih baik kita makan malam dulu!" Wulan kembali bersuara.

"Masih kenyang." Serempak Intan dan Richard menjawab.

"Ya sudah, kalau gitu Oma saja yang makan. Kalian berdua mengobrol sebentar disini," ucapan Wulan bagaikan jebakan buat Intan dan Richard.

Sepeninggal ketiga orang itu, Richard langsung menarik tangan Intan membawanya keluar dari dalam rumah. Wanita cantik itu tidak hanya tinggal diam. Dia menarik tangannya berusaha melawan. Bahkan dia mengancam akan berteriak. Tapi Richard malah melontarkan kata-kata, yang membuatnya terpaksa menurut.

"Kamu mau membawaku kemana?? Lepasin tanganku, kalau tidak aku akan berteriak."

"Coba saja kalau berani! Mau berapa kali kamu mempermalukan orang tuamu? Untung saja saya mau berbaik hati mengikuti permainanmu. Kalau tidak, mau taruh dimana muka kedua orang tuamu??"

"Apa yang kamu inginkan?" tanya Intan dengan tatapan tajam.

"Karena kamu sudah membuat saya terjebak dalam hubungan tak berdasar ini, maka kamu harus mengikuti apa yang saya inginkan," ucapan Richard serentak menimbulkan kerutan di dahi Intan. Sejenak dia terdiam, berusaha memahami apa yang baru saja diucapkan pria dingin itu.

"Ooh,, jangan-jangan kamu salah satu pengagum rahasiaku. Dan dengan kejadian ini, kamu malah mendapatkan kesempatan untuk bisa memilikiku seperti kebanyakan pria diluar sana. Yang hampir setiap malam tak dapat tidur karena memikirkanku." Intan malah kepedean.

Pria dingin itu hanya terdiam menatap Intan dengan dengan ekspresi aneh. Sepertinya dia kebingungan dan sedikit kesal melihat tingkah dan cara berpikir wanita centil itu. Intan mengangkat sudut bibirnya, merasa yakin dengan apa yang ada dalam pikirannya. Tapi saat mendengar ucapan Richard, dia langsung memasang wajah jutek saking kesalnya.

"Saya bukan pria yang suka mencari kesempatan. Apalagi dalam urusan dengan wanita sepertimu. Wanita ceroboh dan tidak punya akal."

"Kamu pikir aku ini orang gila sampai nggak punya akal? Justru karena aku punya akal, sampai aku bisa mendapatkan cara untuk menghentikan perjodohan ku dengan sepupumu yang banyak bacot itu. Walaupun pada akhirnya, aku malah terjebak." Intan berujar dengan tatapan sinis.

"Sudahlah. Saya nggak punya waktu untuk berbicara hal-hal yang tidak penting. Besok kamu harus menemui saya di luar. Ada yang harus kita bicarakan," ucap Richard dan segera melangkah masuk ke dalam rumah, tanpa mau mendengar jawaban Intan.

"Pria aneh. Kok bisa ya, dia digilai banyak wanita? Tampangnya saja sudah seperti tembok datarnya. Seperti apa nasibku nanti, bila harus menjalani hubungan bersamanya untuk selamanya?" Intan berkata-kata sendirian, sembari melangkah menyusul Richard.

Selesai makan malam, Nyonya Amara dan Richard segera berpamitan pulang, karena waktu sudah menunjukkan pukul 09.30 malam. Dalam perjalanan, Richard terus memikirkan rencana yang sudah dia buat. Rencana untuk menjalankan hubungan palsu bersama Intan, dengan beberapa peraturan yang telah dibuat. Karena dia maupun Intan belum bisa mengakhiri semua yang baru dimulai. Apalagi kehidupan mereka selalu disorot berbagai media.

Di sebuah diskotik yang terletak di tengah kota. Terlihat Radit dan teman-temannya sedang mengelilingi meja menikmati beberapa botol minuman. Dan di jarak beberapa meter, ada seorang wanita yang sedang memperhatikannya. Wanita itu sepertinya mengenal Radit. Setelah sudah sangat mabuk, Radit pun berdiri, melangkah bergabung dengan begitu banyak orang, dan mulai bergoyang mengikuti musik di bawah lampu yang berkedap-kedip.

Setelah merasa puas berjoget bersama beberapa wanita seksi juga teman-temannya, Radit pun pergi meninggalkan diskotik. Dia pulang ke rumah dalam keadaan mabuk parah. Dan seperti biasa, kedatangannya sudah di sambut oleh kedua orang tuanya di ruang keluarga.

"Radit,, sampai kapan kamu mau seperti ini??" tanya Natasya dengan nada yang terdengar datar.

"Sampai aku bisa mengalahkan laki-laki keparat itu. Aku akan membuatnya menderita, karena sudah membuatku malu di depan banyak orang," jawab Radit sambil melangkah sempoyongan ke arah Ibunya.

"Sampai kapanpun kamu tidak akan bisa melawannya, kalau sifatmu tidak dirubah. Kamu tidak punya kemampuan untuk melawannya. Karena itulah dia dapat merebut semua yang seharusnya menjadi milikmu," ucap Herman ayahnya Radit.

"Padahal kalau dilihat, kamu lebih beruntung dibandingkan dirinya. Dia tidak pernah merasakan sentuhan seorang Ibu. Karena Ibunya itu seorang wanita miskin yang hidup dijalanan. Wanita itu dikembalikan ke jalanan oleh suaminya, karena seoarang janda yang lebih berkelas," ujar Natasya penuh kebencian.

Di dalam kamar yang hanya diterangi lampu tidur, Intan membaringkan tubuh sambil menyalakan ponsel. Dia masuk ke beberapa aplikasi sosial media, mengetik nama Richard Michael di kolom pencarian. Tapi yang dia temukan malah akun Michael, Viona Michael, Anggi Michael, dan Laura Michael. Dan beberapa orang yang dia temui itu adalah anggota keluarga Richard, yakni Ayahnya, Ibu tirinya, dan kedua saudari tirinya. Betapa terkejutnya Intan melihat kedua saudari tiri Richard, karena kedua wanita itu ternyata berkuliah di kampus yang sama dengannya. Dan dia jadi kebingungan, karena tidak ada satupun foto Richard di akun beberapa orang itu.

"Sungguh pria yang aneh. Dia seperti orang yang ketinggalan zaman. Tidak ada satupun sosial media yang dia gunakan." Intan berkata-kata sembari memejamkan mata.

Terpopuler

Comments

Darmhawati 134

Darmhawati 134

seruuu Thor😂😂🤗🤗

2022-10-20

0

◡̈⃝︎➤N୧⃝🆖LU⃝SI✰◡̈⃝︎👾

◡̈⃝︎➤N୧⃝🆖LU⃝SI✰◡̈⃝︎👾

kalau orang seperti Richard ini gak tanggung-tanggung......

2022-09-26

0

Kiki Sulandari

Kiki Sulandari

Apa yg ingin Richard bicarakan dengan Intan?
Radit,mengapa kau berambisi sekali mengalahkan Richard?

2022-09-25

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!