Selesai bekerja, Richard langsung meninggalkan ruang kerjanya. Dia hanya menatap datar saat para pegawai kantor menyapa. Sikap dingin dengan perawakannya yang tegas, selalu membuat para pegawai gugup bila berhadapan dengannya. Dan di saat dia hendak memasuki mobil, muncul Marvel dari dalam kantor, berlari kencang sambil memanggilnya.
"Pak.. Tunggu dulu Pak!!" teriak Marvel.
"Ada apa?" tanya Richard.
"Pak, saya ingin memberitahukan Bapak, kalau pertemuan kita besok bersama beberapa klien bisnis akan di adakan di hotel Kamboja," jawab Marvel dan Richard hanya mengangguk. Kemudian dia langsung masuk ke dalam mobil, pergi meninggalkan parkiran kantor.
Hanya dalam waktu setengah jam Richard tiba di rumah. Kedatangannya sudah di sambut sang nenek di depan pintu. Senyum yang terpancar di wajah wanita sepu itu, menujukan kalau dia sangat bahagia. Setelah memberi salam, pria dingin itu mulai menyalami dan mencium punggung tangan Omanya seperti biasa, yang kemudian di sambut pelukan hangat Omanya.
"Sayang, ada yang mau Oma tunjukkan sama kamu. Dan kamu harus melihatnya. Oma yakin kamu belum mengetahui ini," ucap wanita sepu itu sembari menarik tangan Richard masuk ke dalam rumah, menuju ruang keluarga.
Hanya pada wanita sepu itu Richard bisa menurut. Karena dari Omanya, dia bisa merasakan kasih sayang dan sentuhan seorang Ibu, setelah kepergian wanita yang telah melahirkannya. Mereka duduk bersebelahan pada sofa di ruang keluarga. Dan tanpa menunggu lama, Omanya langsung menunjukkan apa yang ingin dia tunjukkan.
"Lihat foto calon istrimu. Dia begitu cantik dan menggoda. Masih muda lagi," ucap wanita sepu itu setelah menampilkan dua foto Intan di layar ponselnya, dan di perlihatkan pada cucu kesayangannya.
"Sejak siang tadi Oma mencari tahu tentang dia. Dan Oma berencana ingin menemuinya sore ini. Dia adalah wanita yang sangat sempurna." Omanya tidak berhenti berbicara tentang artis cantik idolanya, yang kini menjadi calon istri cucu kesayangannya.
"Pantesan kamu mencintainya. Pria manapun tidak akan menolak wanita seperti dia. Sudah cantik, menarik, imut lagi. Seperti Oma waktu muda." Omanya malah membayangkan masa mudanya dengan mata terpejam. Dan tanpa dia sadari, Richard sudah beranjak pergi.
"Kamu memang luar biasa sayang," lanjutnya hendak meraih tangan Richard yang sudah pergi meninggalkannya.
"Dasar anak nakal. Orang tua lagi ngomong dia malah pergi begitu saja." Omanya pun kesal dengan sikap Richard.
Dengan penuh kekesalan, Oma langsung beranjak dari tempat duduknya, melangkah pergi sambil menenteng sebuah tas. Ternyata Oma memang sudah bersiap-siap untuk pergi sebelum Richard pulang ke rumah. Dia meninggalkan rumah di antar supir menuju kediaman Intan. Dan kedatangannya benar-benar mengejutkan kedua orang tua Intan yang sedang bersantai di halaman rumah.
"Halo,, selamat sore." Oma langsung menyapa setelah memasuki pagar rumah mewah milik orang tua Intan.
"Halo Nyonya,, selamat sore," balas Wulan Ibunya Intan, sambil melangkah menghampiri Omanya Richard, yang biasa dia panggil dengan sebutan Nyonya Amara.
"Sore Nyonya,, kedatangan Anda ke sini adalah anugerah bagi kita. Terimakasih karena sudah mau berkunjung ke sini." Rahardian langsung mengalami tangan wanita sepu itu.
"Aku ingin lebih dekat dengan kalian. Kita kan akan jadi satu keluarga." Oma terlihat semakin bersemangat.
"Ayo kita ke dalam Nyonya," ujar Wulan.
"Nyonya, sini saya bantu." Pak Amir supir pribadi langsung meraih tangan Oma.
"Nggak perlu. Saya bukan istrimu yang kemana saja harus berpegangan tangan." Oma malah memarahi Pak Amir.
"Tapi ini tugas saya Nyonya. Kalau anda terjatuh, saya juga yang akan dimarahi Tuan Muda." Pak Amir malah takut dimarahi Richard, yang dia sebut sebagai Tuan Muda.
"Ya sudah. Tapi setelah ini kamu langsung pulang!" Nanti saya dijemput sama Richard," seru Oma, dan Pak Amir langsung mengangguk.
Kedatangan Oma langsung disambut oleh Intan yang baru saja turun dari lantai atas. Ternyata Intan pun sangat kagum dengan wanita sepu itu. Karena tanpa Oma sadari, Intan sudah beberapa kali melihatnya dalam beberapa acara besar yang pernah dia hadiri. Karena memiliki banyak kesamaan, mereka pun langsung akrab dalam waktu sekejap. Sifat Intan benar-benar mirip seperti Nyonya Amara sewaktu muda. Sama-sama periang, bersemangat, centil dan tidak bisa diam. Itulah yang disampaikan kedua orang tuanya pada Omanya Richard. Dan Oma hanya bisa tersenyum mendengar semuanya.
"Intan, mengapa kamu dan Radit bisa bertunangan? Apa kalian sudah kenal lama?" tanya Oma saat mereka berdua sudah berada di dalam kamar Intan.
"Dia itu kakak kelas aku semasa sekolah, juga kita bertetangga selama beberapa tahun, sebelum Papa membeli rumah ini. Aku dijodohkan sama dia beberapa bulan lalu. Sebenarnya aku nggak mau. Tapi di paksa Mama dan Papa," jawab Intan dengan wajah imutnya.
"Terus kalau kamu dan Richard, sudah berapa lama kalian pacaran?" tanya Oma lagi, dengan tatapan mencari tahu.
"Sudah, sudah hampir setahun." Intan sedikit gugup, karena tidak tega membohongi Omanya Richard.
"Oma sangat bersyukur Richard memiliki pendamping hidup seperti kamu. Sebenarnya ada banyak wanita yang mendekatinya. Tapi Oma nggak suka. Soalnya mereka tidak secantik dan seimut kamu," ucapan Oma yang membuat Intan langsung tersenyum, yang terlihat sangat di paksakan.
Sebenarnya Intan sangat senang bisa dekat dengan wanita sehebat dan sebaik Nyonya Amara. Tapi dia tidak bisa menerima kalau harus menghabiskan hidupnya dengan pria seperti cucunya, yang kaku, dingin, dan terkesan menakutkan. Tapi dia sendiri tidak tahu bagaimana caranya, bisa terbebas dari perangkap yang dibuatnya sendiri. Apalagi berita mengenai hubungannya dengan Richard sudah tersebar luas. Dan dia pun tak tega mengecewakan kedua orang tuanya, juga Omanya Richard yang sudah terlanjur menaruh harapan.
Cuaca di malam itu tiba-tiba memburuk bagaikan suasana hati Richard yang sedang duduk seorang diri di balkon kamar, menikmati sebatang rokok dengan keadaan bertelanjang dada. Dia masih belum menerima kenyataan, kalau dirinya kini terikat dalam sebuah hubungan tanpa dasar. Dan tiba-tiba dia pun terusik dengan nada dering ponselnya. Melihat nama Oma di layar ponsel, Richard pun menarik nafas dalam-dalam sambil memperbaiki posisi duduknya, dan menjawab panggilan telepon.
("Ada apa Oma?") tanyanya setelah mendekatkan ponsel di telinganya.
("Oma mau pulang. Cepat jemput Oma!") seru Oma yang membuat Richard kebingungan.
("Apa.. Pulang?? Pulang kemana??") tanyanya kaget.
("Ya pulang ke rumah. Mau kemana lagi?? Oma sekarang ada di rumah calon istrimu. Oma tidak akan pulang kalau bukan kamu yang jemput. Ayo cepat kesini! Oma tunggu,") jawab Oma dan langsung memutuskan sambungan telepon.
Richard yang tidak ingin bertemu dengan Intan, tidak mau peduli dengan ucapan Omanya. Dia kembali bersandar pada sandaran kursi tempat duduknya. Tapi melihat cuaca yang begitu buruk, dia pun khawatir akan keadaan wanita yang sangat dia sayangi itu. Akhirnya dia pun beranjak dari tempat duduknya, bersiap-siap dan langsung pergi menuju rumah Intan, setelah menanyakan alamat rumah Intan dari Pak Amir supir pribadi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments
◡̈⃝︎➤N୧⃝🆖LU⃝SI✰◡̈⃝︎👾
aku pikir Richard ini cuek dan tidak memikirkan pertunangan itu
2022-09-25
0
Dewi Lestari
aku suka ceritanya KK,,,,,tetep semangat
2022-09-22
0
Khalisa
Lanjut donk ka
2022-09-22
0