setelah tiga bulan lamanya aku menganggur di rumah, akhirnya aku mendapat pekerjaan. meskipun aku hanya diterima sebagai seorang waiters di salah satu cafe kecil di kota ku, tapi aku sudah bangga.
Sesuai, dengan kemampuan dan bakatku. Aku yang hanya tamat SMA ini mendapatkan pekerjaan yang lumayan bagus seperti itu memiliki nilai tambah buatku. Aku sangat beruntung mendapatkan pekerjaan ini. Semua para staff yang ada disini memiliki jiwa yang humble, berteman dengan siapa saja dan mau mengajari temannya.
hari-hari ku jalani begitu indah. pekerjaan yang ku lakoni sekarang membuat kehidupannya sangat berubah. aku berusaha untuk membuka diriku dalam menghadapi banyak orang. aku tidak boleh mengurung diriku lagi. aku harus bangkit dari kesedihanku. Sekarang tujuan utama ku adalah mengumpulkan uang untuk modal kuliah tahun depan. Aku harus bisa mewujudkan cita-cita kedua orangtuaku. Mereka ingin kami semua anak-anaknya berhasil di kemudian hari, menjadi orang dan dipandang di masyarakat. Cita-cita yang sangat mulia menurutku.
tiga bulan sudah aku bekerja di cafe ini. setengah dari penghasilan aku berikan kepada adik-adikku untuk biaya sekolahnya dan sebagian kepada paman dan bibi untuk menambah biaya dapur.
Suatu hari, di saat aku pulang dari bekerja, aku melihat ada sebuah mobil parkir di depan rumah pamanku. Tumben ada mobil disini, berarti di dalam sedang ada tamu. Aku langsung masuk ke dalam rumah. Benar saja, ternyata bibi fizah sedang kedatangan tamu jauh. Ada dua orang pria berkisar umur 60 tahunan dan 30 tahunan, dan seorang perempuan berumur kisaran 50 tahunan. Aku yakin mereka pasangan suami istri beserta anaknya.
Ku sapa mereka dengan mengucapkan kata salam dan Langsung aja aku salami mereka satu persatu, karena kata bibi mereka juga saudara jauh ayah meskipun tidak ku kenal.
"Dinda, paman" kata ku kemudian sambil menyalami paman itu. dan paman itu pun mengenakan dirinya "niko, nama paman niko nak, salam kenal untuk mu, " sambung paman niko. "paman yang sopan, kemungkinan juga baik luar dalam, " batinku.
selang kemudian aku langsung menyalami bibi itu, "baru pulang kerja ya din, " tanya bibi mitha yang ku ketahui namanya setelah salam perkenalan kami tadi. "iya bi, baru pulang, " jawabku sekena nya sambil duduk di samping bibi tersebut. dan terakhir anak muda itu, kemungkinan dia masih single, terlihat dari wajahnya yang kurang kehangatan wanita," ledekku dalam hati takut ketahuan lelaki tersebut.
Setelah ku duduk di kursi yang kosong, bi mitha tetap mengulas senyumnya padaku. Akupun membalas senyumnya dengan perasaan kikuk. Ada apa dengan bibi ini dari tadi hanya senyum-senyum saja.
Seperti ada yang ingin di sampaikan bibi mitha padaku dari gurat wajahnya. Tapi aku berusaha untuk bersikap tenang dan tidak sembrono. Toh mereka tamu paman dan bibi kog.
"Hhhmmm begini din, kamu sudah berumur berapa tahun, trus kamu sudah ada pacar atau belum... ehh anu... maksud bibi jika kamu belum ada teman spesiak, mau ngak bibi nodohkan dengan anak bibi, candra namanya, " tanya bibi mitha sambil menunjuk ke arah laki-laki yang ku taksir tadi berumur 30 tahunan.
"to the point Kali mbak, pengen Kali yah yang mau mantu ini, " sela bibi sambil meletakkan nampak berisi minuman dan camilan di atas meja.
Aku merasa aneh dengan pertanyaan bibi mitha tadi. Apa... di jodohkan dengan anaknya.
Sambil berjalan aku masuk ke kamar, tapi sempat juga ku dengar ada kata"mantu" maksudnya apa yah? membingungkan.
Aku membaringkan badanku di atas tempat tidurku yang empuk, meskipun tidurnya cuman lesehan, hanya beralaskan ambal tanpa tilam ataupun spring bed namun ini menjadi tempat tidurku yang nyaman. sejenak aku berpikir dengan perkataan bibi tadi tentang mantu.
"Mungkin bibi mitha itu cuman iseng doang kali yah, karena ngak tau mau mulai topik pembicaraan dari mana".
Beberapa hari yang lewat memang ada seorang laki-laki mengirimkan pesan lewat media sosial padaku. Dia katanya pamanku bernama Rey yang kebetulan keluarga jauh ayah ku. dia menanyakan apakah aku sudah memiliki kekasih atau apakah aku bersedia untuk menjadi menantunya. Sama seperti pertanyaan bibi mitha tadi dan dia juga minta nomor ponselku agar mudah untuk dihubungi.
"apa mungkin paman ini yang mengirimkan pesan tersebut kepadaku yah," tanyaku pada diriku sendiri.
memang aku tidak menggubris atau membalas pesan tersebut. aku takut ada orang yang iseng mau ngerjai aku.
kalaupun benar mereka dan tujuan mereka itu untuk menjodohkan aku dengan anak laki-lakinya, aku akan langsung menolaknya. aku akan berpegang teguh pada pendirianku. aku akan menyekolahkan adikku sampai tamat. mereka akan menjadi prioritas ku pertama.
di saat aku tengah asyiknya berpikir tentang ke depannya, tak ku dengarkan lagi bibi memanggilku. "Dinda.... jangan melamun aja, ayo lekas kemari, dari tadi kami nungguin kamu di ruang tamu, eh kamu malah enak melamun, " panggil bibi dari depan pintu kamarmu. kebetulan tadi kamar tidak ku kunci, jadi bibi bisa membuka pintunya dan melihatku melamun.
"bentar bi, aku belum ganti baju, bibi duluan aja, ntar aku nyusul ke ruang tamu, " jawabku langsung segera menutup pintu tanpa izin dari bibi karena mau nganti baju.
selesai ganti baju, aku langsung menemui mereka di ruang tamu. "maaf bi aku lama, tadi sekalian perengangan badan, karena sebagian bekerja, " kilahku secepatnya langsung duduk di kursi jepara punya bibi.
"nggak apa-apa toh din, kita juga masih nunggu loh. oh ya kedatangan bibi kesini ada tujuan tertentu, " ujarnya kemudian.
"bapak aja lah yang menerangkan sama keponakan kita ini, biar lebih jelas, " sambung bibi kepada suaminya. "iya bu, biar bapak aja, " langsung jawab paman.
sambil mengatur posisi duduknya dan mengambil gelas teh dan meneguknya, akhirnya paman menjelaskan maksud kedatangannya yang secara tak sengaja sudah ku ketahui duluan.
"ini anak paman namanya candra, dia berusia 30 tahun tapi belum menikah. kedatangan kami kesini untuk meminang nak dinda untuk menjadi menantu kami. istri buat candra anak kami. selama ini candra tidak memiliki hubungan spesial kepada perempuan mana pun. dikarenakan kami sudah lanjut usia, kami menginginkan cucu penerus keturunan kami.
niat kami ingin menjodohkan anak kami dengan Dinda. ngimana menurut nak Dinda. kami sudah bicara dengan paman dan bibimu dan mereka setuju akan perjodohan ini, " terang sang paman secara lengkap maksud dan tujuan mereka.
sontak aku langsung terkejut dengan hasil persetujuan paman dan bibi fizah. kenapa mereka langsung ambil kesimpulan tersendiri tanpa menanyakan aku mau atau tidak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 21 Episodes
Comments
ciber ara
setangkai bunga mendarat untukmu! tetap semangat update ceritanya
2022-09-22
1