episode 3

"iya.. iya... aku tak melamun loh cuman keingat aja tadi tentang ayah dan ibu, " jawabku sesantai mungkin.

Tak berapa lama akhirnya makanan yang kami pesan pun tiba dan kami pun memakannya. Aku makan sangat lahap karena tadi dari rumah, aku belum sempat sarapan. Tak ku hiraukan lagi pedasnya makanan ku ini, yang penting perutku kenyang. langsung ku sruput minuman ku, oughh sangat segar masuk ke tenggorokanku. "Nikmatnya hidup ini," gumamku dalam hati.

"din, apa rencanamu setelah tamat dari SMA ini, mau lanjut kuliah atau langsung kerja? " tanya rina padaku sambil meminum es jeruk kesukaannya.

"belum bisa ku pastikan lah rin, tapi kayanya lebih baik aku langsung cari kerja aja, karena biaya ku untuk lanjut kuliah belum ada, kan kau tau sendiri kalau aku anak yatim piatu, belum lagi ada adik-adikku yang harus ku perjuangkan pendidikannya," tuturku.

"apalagi kakak ku bentar lagi mau nikah, pasti biaya banyak, aku nggak mau membebankan paman dan bibikku, meskipun mereka baik kepada kami, yah... aku tau dirilah, kalau aku ini siapa dan lagian ada dua orang sepupuku yang harus di biaya kehidupannya," lanjut ku menerangkan pada rina.

Jika ku ingat dulu betapa ayah sangat mendambakan jika aku akan kuliah masuk universitas negeri. Dia sangat berharap agar kami berhasil kelak menjadi orang yang sukses yang bisa berdikari berdiri di kaki sendiri. Itu menjadi slogan buat ayah untuk memacu semangat kami dalam sekolah. "Ayah tidak punya harta benda yang berharga yang bisa ayah bagi-bagikan pada kalian, namun jika kalian menuntut agar ayah sekolahkan sampai ke jenjang tinggi, cayah akan menyanhhupinya, karena hanya bersekolah lah yang bisa ayah berikan pada kalian anak-anak ku, tuntunlah ilmu karena ilmu tidak akan habis di makan waktu, malah semakin bertambah-tambah seiring berjalan waktu, " nasehat ayah pada kami di kala kami sedang duduk bersama.

" kan sekarang bisa kuliah sambil kerja, ayolah din, sayang loh kepintaranmu jika tidak kau gunakan, " ajak Dinda lagi.

aku pun mulai memikirkan perkataan Dinda. emang benar sih, sayang banget kalau aku nggak ngelanjut kuliah, tapi sekolah adik-adikku ngmna yah.

Aku akan bekerja, sebagian dari gajiku akan ku tabung untuk biaya kuliah dan sebagian lagi untuk biaya adik-adikku sekolah dan menambah biaya makan kami pada bibi. Tekadku sudah bulat. Aku harus segera mencari pekerjaan yang menerima tamatan SMA.

Dengan senyum semringah dan wajah yang di buat memelas, rina meyakinkan aku lagi. "emmm ngimana din dengan pendapatmu, " tanya rina lagi .

"yang kamu bilang itu memang benar rin. tapi aku mau fokus dulu kerja sampai adik-adikku tamat, barulah aku mulai untuk memikirkan kuliah, " jawabku dengan tekad yang sudah bulat.

Tiba-tiba wajah rina semakin masam. "ya sudahlah, semoga kamu dapat pekerjaan yang layak yah din, tapi..... jangan lupa kalau sudah cair gaji pertama langsung traktir aku di McD ya, " jawab rina sambil tertawa.

akhirnya makanan kami pun telah habis dan kami pun kembali pulang ke rumah.

Aku tau maksud dan tujuan rina apa, agar kami bisa satu kampus lagi seeprti biasanya sewaktu duduk di bangku sekolahan. Tapi apalah daya ku, biaya ku tidak ada.

setibanya di rumah, aku melihat banyak ibu-ibu tetangganya bibi fizah sedang memasak di dapur.

"udah pulang nak ku, ngimana tadi proses pengambilan ijazahnya di sekolah, lancarkan, coba bibi lihat ijazahmu, " tanya bibi fizah secara tiba-tiba. aku nggak tau jika bibi ada di belakangku.

aku langsung mengambil gelas dan mengisi air putih ke dalamnya. "ya begitulah bik, seperti biasanya, datang ke sekolah jumpai pegawai yang mengurus ijazah, langsung sidik jari dan ijazah langsung aku terima, terus itu pulang deh, " jawabku seadanya.

memang aku tidak terlalu dekat dengan bibik ku yang satu ini. memang sih dia baik, tapi di balik kebaikannya itu ada SKB nya alias ada maunya. bibi ku orangnya perhitungan kali dalam mengambil setiap tindakan,. tidak mau rugi nah itu sekecil adapun harus klop sempurna menurutnya.

Meskipun aku tidak terlalu suka padanya, namun di sisi lain aku sangat menyanyangi nya karena dia sudah mengasuh aku mulai, dari kecil. Hanya saja setiap tindakan yang di lakukan bibiku ini selalu ada maksud tertentu.

Aku pun masih belum tau kenapa dia bersikukuh untuk mengasuh kami empat. Terlebih rumah orangtua ku harus di kosongkan. Apalagi aku tidak tau dimana keberadaan surat rumah dan surat berharga lainnya. Kenapa aku sangat lalai dalam hal ini yah. Aduh bodohnya aku ini.

"bagus deh, akhirnya kamu terima ijazah SMA mu biar kamu bisa melangkah menentukan masa depanmu, " ujar bibi sambil memotong bawang merah di Meja makan.

"iya bik, besok lusa aku mau langsung cari kerja aja, biar jangan lama kali nganggurnya, "kataku lagi.

"oh iya bik, ini ada acara apaan sih, sampai tetangga rumah pada kumpul untuk masak-masak disini" tanya ku lagi.

"lah kamu lupa bahwa besok adalah acara pernikahan kakakmu, ibu-ibu tetangga sini bibik ajak untuk bantu-bantu masak, terus bentar lagi tenda-tenda dan pelaminannya bentar lagi tiba. makanya din jangan sering berkurung dikamar jika sudah selesai pekerjaan rumah. sekali-kali ikut kumpul dengan yang lain, biar kamu ngak ketinggalan informasi, " lanjut bibik sambil berjalan meninggalkan aku yang masih bengong sendirian.

Lah ngimana aku ngak berkurung diri di kamar saja, sedangkan setiap aku melangkah keluar selalu saja bibi memanggil aku, seakan aku tak boleh berdiri di depan rumah saja. Aneh-aneh lah tingkah bibiku ini.

Waktu terus berputar, dan akhirnya hari pernikahan pun telah di ujung mata. sekarang disinilah aku, menyaksikan acara ijab kabul kak fitri. Dengan balutan kebaya warna krem dan rok batiknya membuat Kak fitri cantik terlebih dengan make up yang natural karena wajah kak fitri sudah glowing dari sononya yang memancarkan aura seorang istri abdi negara.

Hahaha aku, jadi iri dengan kakakku yang satu ini. Sekarang dia akan menjadi ibu bhayangkari.

Setelah janji suci pernikahan telah diucapkan mempelai pria dan terdengar seruan kata SAH.... SAH...SAH.... akhirnya kakakku telah menjadi seorang istri yang harus berbakti kepada suaminya.

tidak terasa linangan air mata ku berjatuhan tanpa izin, air mata kebahagiaan. senyum merekah dari wajah kak fitri jelas terlihat. ayah ibu meskipun kalian tidak bersama kami sekarang disini, namun aku yakin kalian juga senang melihat ini semua. doakan kami ayah ibu agar kami bahagia selalu.

Kak fitri telah mencapai kebahagiaannya bersama laki-laki yang telah engkau anggap seperti anakmu ayah. Sekarang mas agus sudah menjadi bagian dari keluarga kita. Semoga rumah tangga mereka sakinah mawaddah .

Terpopuler

Comments

asma la

asma la

semangat thorr

2022-12-08

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!