Laudya Margaretha

Tentu saja mendengar Avan mengucapkan kalimat ibu rumah tangga yang baik langsung di jawab anggukan kepala oleh kedua wanita beda usia itu. Avan pun bernapas lega nyatanya membuat Bella tak berlindung di bawah ketiak sang ibu sangat muda.

Avan yang berada di luar ruangan menarik sudut bibirnya saat melihat kedua wanita yang baru membuat kesepakatan dengannya kini sedang bercanda sembari menonton televisi.

"Seandainya di sana Laudya dan Mama. Tentu aku akan bahagia," ucap Avan dengan nada sendu.

"Astaga kenapa kau hanya berangan-angan, Van. Ini bukan waktunya!" gumam Avan lalu mengeluarkan ponselnya.

Jari Avan dengan lincah membuka ponsel yang diberi password itu. Tak lama kemudian ia menghubungi nomor yang sudah tersimpan di kontak, hanya membutuhkan sekali bunyi panggilan itu langsung terhubung.

"Hallo, bagaimana?" tanya Avan tak sabaran menanti informasi yang dibawa oleh orang suruhannya itu.

"Maaf bos, kami belum menemukan informasi yang bos inginkan," ucap orang di seberang sana dengan nada penuh penyesalan.

"Lebih baik kau segera pensiun!" bentak Avan yang mulai emosi. Sudah dua hari lamanya ia memberikan waktu pada orang suruhannya untuk mencari sang kekasih namun hasilnya nihil.

"Maaf bos."

Avan langsung memutuskan panggilan secara sepihak. Lelaki itu tidak tahan lagi untuk tidak mengumpat, sungguh hidupnya benar-benar sial.

Emosi Avan masih di atas ubun-ubun, bagaimana lagi caranya ia bisa menemukan sang kekasih? Haruskah ia benar-benar kehilangan malaikatnya itu?

"Lau kau di mana, Sayang. Aku merindukanmu, tidak bisakah kau pulang dan mendengarkan semua penjelasan ku? Atau setidaknya beri aku kesempatan untuk bisa melihatmu," ucap Avan dengan nada sendu.

***

Laudya Margaretha, wanita berusia 25 tahun itu menikmati suasana malam di salah satu hotel negara Paris. Hidupnya bak seorang ratu dengan beberapa pelayan di sampingnya.

Laudya mengangkat satu tangannya yang ditunjukkan untuk seorang penerjemah yang ditugaskan untuk bisa membuat ia bisa berkomunikasi dengan para pelayan itu.

"Aku ingin makan steak dan segelas anggur merah," ucap Laudya.

"Tentu, saya akan memberi tahu mereka untuk segera menyiapkan apa yang Anda inginkan," sahutnya.

"Bagus, lebih cepat lebih baik. Ah, satu lagi sepertinya kuku ku kurang cantik jadi aku perlu seseorang untuk mempercantiknya."

"Apa yang Anda inginkan akan segera saya sampaikan," jawabannya lagi.

Tak butuh waktu lama orang-orang yang diperintahkan penerjemah itu langsung datang membawa apa yang diinginkan oleh wanita berparas ayu itu.

Meskipun demikian perasaan Laudya kadang merasa aneh, ia di hotel itu diperlakukan seperti ratu hanya saja ia tidak boleh melihat ponsel atau membaca berita.

"Ada lagi yang Anda butuhkan?" tanya sang penerjemah.

"Aku hanya ingin mendapatkan ponselku," sahut Laudya memanfaatkan kesempatan.

"Maaf, jika itu yang Anda inginkan saya tidak bisa memenuhi. Tugas saya membuat Anda senang tanpa harus memikirkan kehidupan di luar sana."

Seketika itu Laudya menarik tangannya yang tadi sedang diberikan cat kuku, "Aku heran kenapa sejak aku datang kau langsung menyita ponselku?"

"Bukankah Anda tau sejak awal peraturan mendapatkan hadiah liburan ini?"

Laudya langsung mengetatkan rahangnya. Sejak awal ia sudah curiga dengan hadiah yang ia dapatkan secara cuma-cuma ini. Firasatnya menyatakan ini semua pasti ada hubungannya dengan pernikahan sang kekasih, Avan Mahendra.

Saat Laudya mengingat nama sang kekasih ia langsung menepuk jidatnya. Sejenak ia lupa dengan tujuannya karena diperlakukan bak ratu.

"Aku ingin ponselku dan aku tidak ingin semua ini!" pinta Laudya dengan suara tinggi.

"Jika Anda menyerah Anda harus mengganti rugi."

"Aku tidak peduli berikan ponsel dan pasport ku. Aku ingin kembali ke Indonesia!" seru Laudya.

Penerjemah itu tersenyum manis dan mengedipkan kedua kelompok matanya, "Akan saya siapkan."

Laudya tercengang dengan sikap sang penerjemah. Dua hari yang lalu penerjemah itu benar-benar tidak mengikuti keinginannya dan justru terus mengancam dan menakut-nakutinya seperti tadi, tapi saat ini?

"Benar-benar mencurigakan! Lagian kenapa Avan juga tidak bisa menemukan aku? Apa aku terlalu jauh melarikan diri?" ucap Laudya penuh penyesalan.

***

"Van, Mama lihat kau gelisah? Bukankah kita sudah mencapai kesepakatan?" tanya Rianti yang kini menghampiri sang anak.

"Mama tidak akan tau apa yang aku rasakan," jawab Avan menunjukkan ekspresi kecewanya.

Rianti sudah tidak kaget lagi karena ekspresi itu sudah ia lihat saat Avan dengan terpaksa menyetujui pernikahan dengan Bella, "Kau, apa kau sedang bermain-main? Meskipun pernikahanmu dengan Bella karena terpaksa Mama harap kau bisa menjaga dia."

Avan menatap dua bola mata yang nampak penuh harapan itu. Namun, bagaimanapun tentu saja harapan itu tidak bisa ia kabulkan.

"Sejak dulu Mama selalu memprioritaskan dia. Sebenarnya siapa anak Mama?" tanya Avan.

"Tentu saja kau anak Mama. Untuk itu Mama memberikan pilihan yang terbaik untukmu," sahut Rianti.

Avan hanya bisa diam. Ia selalu tidak bisa menang berargumen tentang Bella pada sang ibu. Selalu saja gadis itu mendapatkan nilai plus.

"Van, suatu saat kau akan mengucapkan kata terima kasih karena Mama sudah menyatukan kalian berdua. Mama akan menutup mata dan tidak akan ikut campur dengan keluarga yang baru kau bina. Tapi Mama akan ikut campur jika kau melukai gadis itu," papar Rianti.

"Aku tidak bisa janji untuk tidak membuat ia terluka. Kali ini aku bisa berjalan sesuai keinginan Mama tapi aku tidak bisa berjanji sampai kapan aku bisa seperti itu," sahut Avan.

Rianti paham dengan apa yang dinyatakan sang anak. Tangan tua itu hanya bisa menepuk-nepuk punggung sang anak.

"Apa yang kalian bicarakan?" tanya Bella yang tiba-tiba datang menghampiri kedua orang itu.

"Tidak ada Sayang. Mama hanya minta anak tampan ini untuk bisa membahagiakan dirimu," sahut Rianti membuat Bella tersenyum lebar.

Avan tidak ingin berlama-lama berhadapan dengan Rianti. Apalagi melihat sikap manja Bella pada sang ibu.

"Kalau gitu, ayo istriku kita siap siap besok harus segera pindah," ucap Avan sembari menarik tangan Bella lalu berpamitan pada Rianti.

Bella yang ditarik tangannya dan untuk pertama kali dipegang Avan tentu saja ia menjadi gadis penurut.

Meskipun Rianti masih ragu dengan sikap Avan yang tiba-tiba baik, tapi wanita paru baya itu tidak banyak bertanya ia berpikir mungkin Avan sudah menyadari wanita yang baik untuknya adalah Bella.

Di sisi lain Avan dan Bella kini sudah sampai di kamar mereka. Avan langsung mendorong Bella hingga tubuh kecil itu mengenai tembok.

"Ka ... Kakak mau apa?" tanya Bella dengan wajah takut-takut. Gadis itu terlihat syok saat menerima perlakuan Avan yang mendorongnya hingga menyentuh tembok lalu mengunci dengan kedua tangannya.

"Kenapa? Bukankah ini yang kau inginkan? Bagaimana jika kita melewati malam pertama?" ucap Avan dengan senyum licik.

Bella yang kini sudah memasuki masa remaja akhir tentu paham dengan apa yang dikatakan Avan. Gadis itu melupakan ketakutannya dan dengan ragu-ragu kini menekan-nekan dada bidang milik Avan dengan jari telunjuk.

"Jadi Kakak mau itu?"

Terpopuler

Comments

Miss haluu🌹

Miss haluu🌹

mau banget, Bel....😅

2022-10-13

0

Miss haluu🌹

Miss haluu🌹

yaah....kirain gak pakek celana dalam Van??😅

2022-10-13

1

Ismi Kawai

Ismi Kawai

halah dasar lelaki. bilang gak sudi tapi mancing2. malesin kamu avan

2022-10-02

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!