Suara dentuman musik bernuansa romantis kini mengalun merdu. Sudut ruangan privasi di salah satu hotel nampak seorang lelaki kini sedang menikmati segelas anggur merah di depan meja bertender.
“Sudah hentikan, satu ginjal yang kau dapatkan dari pendonor akan sia-sia jika kau terus minum,” ucap lelaki berperawakan tinggi.
“Biarkan aku minum satu gelas itu, Sam. Apa kau tahu gadis kecil itu benar-benar membuat aku sengsara!” Avan berusaha merebut kembali gelasnya yang kini berada di tangan Samuel.
Samuel sendiri adalah sosok asisten pribadi Avan yang sudah dianggap sahabat sendiri. Usia Samuel tidak jauh berbeda dari Avan hanya saja beda bulan saja dan tentunya Samuel lebih tua dari Avan.
“Jika kau tidak ingin seperti ini harusnya kau langsung menolak pernikahan itu,” ucap Samuel yang langsung membuat Avan membulatkan matanya.
Avan yang kesal kini langsung meraih gelas yang tadi direbut Samuel dan langsung menenggak anggur merah itu hingga tandas.
“Maka kau dan semua karyawan yang sudah berjuang keras selama ini akan menjadi pengangguran.”
Samuel langsung duduk di samping Avan, percuma saja mencegah Avan untuk tidak minum sebab apa yang diinginkan lelaki itu tentu saja tidak bisa dicegah, ia kini justru memesan satu gelas anggur untuknya.
“Aku tidak percaya seorang bos yang dikenal tanpa belas kasih ini peduli dengan karyawannya,” ucap Samuel.
“Kau benar harusnya aku tidak peduli dengan kalian. Harusnya aku tidak menerima pernikahan itu dan membiarkan semua hasil kerja kerasku hancur. Dan aku bisa hidup bahagia dengan Laudya.” Avan tersenyum kecut setelah mengatakan kalimat itu.
“Tapi semua tidak kau lakukan? Itu tandanya Laudya tidak sepenting itu dalam hidupmu, Van.”
“Dan karena itu, sekarang dia pergi dan aku sama sekali tidak bisa menghubunginya. Aku lelaki bodoh, hanya demi satu perusahaan kecil itu aku mengorbankan orang yang aku sayangi,” sahut Avan.
Avan ingat betul ancaman yang diberikan oleh wanita yang sudah mengandungnya selama sembilan bulan itu. Rianti, sosok wanita yang sudah tidak lagi muda itu akan menarik seluruh investasi yang sudah diberikan pada perusahaan miliknya. Perusahaan yang bergerak di bidang platform belanja online, ProMall.
“Kau bisa tenang. Dia akan kembali jika dia sudah menguatkan hatinya untuk bisa menerima kenyataan,” ucap Samuel guna menenangkan Avan.
Samuel sebenarnya senang apabila Laudya pergi dan tidak mengganggu Avan untuk selamanya sebab Samuel tahu persis seperti apa Laudya itu. Wanita yang hanya gila harta saja.
“Kau yakin dia akan kembali setelah apa yang aku lakukan?”
“Tentu saja. Aku bisa jamin tidak ada dua minggu dia akan kembali,” jawab Samuel dengan setengah hati.
“Bagus. Jika seperti itu aku akan membuat Bella segera mengambil keputusan. Meskipun aku sudah memberikan waktu dua puluh empat jam, aku tahu dia akan tetap menempel padaku seperti parasit.”
“Apa yang sudah kau lakukan padanya?” tanya Samuel penasaran.
“Aku memberikan dia dua pilihan cerai atau dimadu,” jawab Avan tanpa ada kebohongan. Avan memang sosok lelaki dingin hanya saja jika sudah bersama dengan Samuel dia akan seperti anak kecil dan terbuka padanya.
“Apa kau sudah gila?”
“Tentu saja tidak. Ini salah dia kenapa mau bermain-main rumah tangga denganku,” sahut Avan.
“Aku harap kau tidak akan menyesal setelah dia pergi nanti.”
“Aku akan bebas tanpa dia. Untuk apa aku menyesal,” sergah Avan dengan tegas.
Samuel hanya bisa tersenyum saat mendengar ucapan Avan. Ia sangat tahu bagaimana Bella, gadis kecil itu selalu mengganggu kehidupan Avan, tapi dari sana ia juga bisa melihat bagaimana tulusnya cinta gadis kecil itu, hanya saja Samuel tidak pernah tahu kenapa Avan sama sekali tidak menyukainya dan justru malah melabuhkan hatinya pada sosok Laudya.
***
Esok pagi menjelang, Avan baru saja membuka pintu kamar yang sejak semalaman sudah ia tinggalkan. Kamar yang seharusnya menjadi tempat di mana pengantin baru bisa menghabiskan malam pertama untuk memadu kasih.
Avan melihat sekeliling kamar itu, mencari sosok gadis yang sudah ia tinggalkan semalaman. Dalam hatinya ia berdoa semoga gadis itu pergi dan dia bisa merebahkan tubuhnya yang lelah.
“Kakak baru kembali?” tanya Bella.
Avan yang tadi menghadap ke arah jendela kini langsung membalikkan tubuhnya ke sumber suara. Bola mata Avan membulat sempurna saat melihat Bella yang kini hanya menggunakan handuk berwarna putih melingkar ke dada hingga sebatas paha, tidak hanya itu rambut Bella yang basah kini menambah kesan seksi di mata Avan.
Avan sama sekali tidak bisa membohongi dirinya jika gadis yang dulu ia tolong kini sudah berubah menjadi sosok wanita dewasa, postur tubuh Bella sama sekali tidak mengecewakan bahkan wajah kecil berbentuk oval itu begitu menawan. Namun, sekali lagi cinta tidak memandang fisik, meskipun Bella lebih cantik dan seksi dari Laudya, tetap Avan sudah melabuhkan hati pada Laudya, sosok wanita yang sudah ia anggap sebagai dewi penolongnya.
Mengingat nama Laudya kini Avan memejamkan matanya lalu menarik selimut dan melemparkan ke arah Bella.
“Pakai baju yang benar!”
Bella menangkap selimut itu sembari menjawab perintah Avan, “Padahal aku mau telanjang di depan Kakak loh dan aku mau membuktikan apa Kakak benar-benar tidak tertarik denganku.”
“Apa kau ingin menjadi wanita murahan setelah mengklaim sudah menjadi wanita dewasa?” celetuk Avan.
Bella menarik napasnya lalu memanyunkan bibir tipis berwarna pink alami dan kini gadis itu perlahan mendekati Avan setelah membuang selimut yang dia pegang.
“Sedikit menjadi murahan di depan suami sendiri tidak apa-apa kan, Kak. Lagi pula itu tidak dosa dan menambahkan pahala,” ucap Bella jemarinya perlahan-lahan melepas kuncian handuk.
“Bella aku peringatkan kau! Meskipun kau telanjang sekalipun aku tidak akan pernah menyukaimu dan kau tentu tahu aku sudah menyukai wanita lain,” ucap Avan lalu membalikkan tubuhnya.
Bella yang kini berada di belakang Avan, kembali mengunci handuk yang tadi ia lepas. Ia memandang tubuh Avan yang berdiri menjulang tinggi, sejak dulu ia ingin sekali memeluk lelaki itu dari belakang lalu mencium aromanya, tapi jangankan memeluk lelaki itu meskipun dirinya selalu mengganggu dan menggodanya, ia sama sekali tidak ada kesempatan bahkan untuk bisa menautkan jemarinya dengan jemari lelaki itu.
Namun, saat ini Bella sedikit mencium alkohol dari tubuh lelaki itu.
“Kakak minum alkohol?” tanya Bella lalu berjalan ke depan untuk melihat wajah Avan.
“Itu bukan urusanmu, Bella. Kau itu anak kecil tahu apa? Lebih baik kau sekarang beritahu aku apa keputusan yang kau buat!” sahut Avan kini sedikit lega Bella mengurungkan niatnya.
Bella hanya bisa mendesah berat, bagaimana bisa lelaki itu minum alkohol padahal kesehatan lelaki itu tidaklah baik apalagi setelah operasi ginjal.
“Awalnya aku ingin memilih salah satu pilihan yang Kakak berikan. Hanya saja setelah melihat Kakak seperti ini aku memiliki pilihan sendiri,” jawab Bella.
Dahi Avan mengerut mencerna kalimat Bella lalu ia bertanya, “Apa pilihanmu?”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Ita rahmawati
dr prcakapan mreka akmnyimpulkan klo si laudya yg donorin ginjal ke avan deh makany avan suka pdhal bella yg donorin y gk sih,,,🤔🤔🤔
2023-01-09
0
Rumi
langsung gak tuh🤣
2022-11-13
0
Miss haluu🌹
penasaran ya Van??🤭
2022-10-13
1