Keuntungan

"Jadi kau tahu ini semua ulah Mama?"

"Delapan tahun aku mengikuti Mama tentu aku tahu, bahkan aku lebih baik dalam menilai Mama dibandingkan Kak Avan," ucap Bella meraih tangan Rianti lalu menggenggam erat.

Rianti tersenyum, memang beberapa hari yang lalu guna melancarkan pernikahan antara Bella dan Avan, ia sengaja menculik Laudya dengan memberikan liburan gratis.

"Setelah ini Mama akan melepaskannya. Kau tidak perlu khawatir, dia juga baik-baik saja. Mungkin lebih tepatnya dia sedang menikmati penculikan itu," terang Rianti membuat Bella tidak mengerti.

"Sudah jangan dipikirkan lagi lebih baik kau susul suamimu," perintah Rianti yang tahu pikiran Bella yang tak mengerti.

Bella melepaskan pegangannya meskipun ia masih penasaran dengan pernyataan sang mertua, ia tak ingin banyak menuntut penjelasan sebab ada hal yang lebih penting yaitu masalah dengan sang suami, Avan Mahendra.

"Ma, aku ingin meminta bantuan dari Mama boleh?" tanya Bella dengan ragu-ragu.

"Tentu saja. Jangan merasa sungkan dengan Mama, apa yang kau inginkan?"

Bella hanya tersenyum saat mendengar persetujuan dari sang mertua, wanita yang kini berstatus sebagai seorang istri itu hanya membisikkan beberapa kata di telinga sang mertua.

"Kau yakin?" tanya Rianti.

"Iya, Ma."

Setelah itu Bella pamitan pada sang mertua untuk masuk ke dalam kamar yang sudah bertahun-tahun ditempati Avan. Meskipun Bella sudah berjelajah di rumah keluarga Mahendra satu kamar baginya merupakan kamar kramat yang sama sekali tidak pernah dimasukinya.

Bella dengan ragu-ragu kini mengetuk kamar itu. Namun, sayangnya tidak ada respon dari dalam.

"Kak Avan, Bella masuk," teriak Bella.

Namun, sekali lagi dari dalam kamar itu sama sekali tidak ada sahutan.

"Sudahlah aku masuk saja. Aku ingin segera merebahkan tubuhku yang lelah," gumam Bella yang langsung memutar kenop pintu.

Bella menyembulkan kepalanya tak beberapa lama tubuhnya ikut masuk ke dalam. Bella menatap sekeliling, bola matanya menatap takjub kamar sang suami, luas dan bersih, tidak seperti kamarnya yang selalu berantakan meskipun selalu dibersihkan oleh para pelayan.

"Ranjang yang empuk," gumam Bella saat pantatnya kini mendarat di ranjang berukuran king milik sang suami.

Tak dipungkiri Bella jika ranjang itu benar-benar menggoda tubuhnya untuk direbahkan. Kini dengan nyaman Bella tidur telentang di atas ranjang.

***

Avan yang sejak tadi masuk ke dalam kamar, lelaki itu langsung menuju kamar mandi guna membersihkan dirinya sembari melupakan semua kejadian yang baru saja menimpa dirinya. Cukup lama lelaki itu berada di kamar mandi dan kini ia keluar hanya menggunakan handuk yang melilit di pinggangnya.

Bola mata Avan membulat saat melihat Bella nampak nyaman tidur di ranjang miliknya.

"Bella, bangun!" perintah Avan sembari berkacak pinggang.

Namun, Bella yang sudah berada di alam bawah sadar tidak memberikan respon perintah sang suami. Tentu saja membuat Avan geram.

"Bella jika kau tidak bangun akan aku seret kau!" Ancam Avan.

Avan menggelengkan kepalanya sungguh Bella seperti kerbau saat tidur. Namun, Avan tidak ingin memberikan Bella kesempatan untuk bisa tidur di ranjang miliknya, sebab ranjang itu hanya bisa ditiduri oleh wanita yang ia cintai dan tentunya itu adalah Laudya.

Avan langsung menarik kedua tangan Bella agar sang istri bangun. Hal yang tak diduga Avan jika Bella justru menghempas tangannya. Avan yang kehilangan keseimbangan tubuh begitu saja jatuh di atas tubuh Bella.

Bella merasa ada sesuatu yang menimpa tubuhnya, perlahan-lahan kelopak mata itu terbuka. Bola mata Bella berbinar saat melihat siapa yang kini berada di atas tubuhnya.

Untuk sesaat kedua mata itu saling memandang, jantung keduanya pun berdebar. Terlebih Avan untuk sesaat ia mengagumi kecantikan Bella, wajah putih dengan pori-pori kecil terlihat begitu sempurna, bibir tipis berwarna pink alami membuat lelaki itu mendamba untuk bisa mencicipinya.

"Kak, bagaimana rasanya nyaman dan empuk kan?" tanya Bella yang kini dapat menyadarkan Avan akan pikiran kotor bersarang di benaknya.

Avan melepaskan tawa tertahan masih dengan posisi yang sama, lalu berkata, "Bukankah aku yang harus berkata demikian. Kau tidur di ranjang milikku!"

Bella bergaya centil dengan mengedipkan kedua kelompok matanya.

"Jangan bertingkah seperti itu!" Avan melarang Bella.

Bella kini berganti dengan memainkan bibirnya dari manyun, tersenyum hingga menggigit bibir dalamnya.

"Bella sudah aku bilang jangan bertingkah seperti itu. Kau ingin menggodaku?" sergah Avan.

"Bukan aku, tapi Kakak yang menggodaku. Lihat saja tangan Kakak," ucap Bella sembari melirik ke tangan Avan.

Avan mengutuki kebodohannya bisa-bisanya ia sama sekali tidak sadar jika kini kedua tangannya justru memegang dua gundukan daging kenyal aset berharga milik Bella. Seketika itu Avan menarik tubuhnya yang berada di atas tubuh Bella lalu berdiri menjulang tinggi dengan wajah bersemu merah.

"Aku lihat Kakak belum puas mau aku buka? Dengan senang hati istri Kakak akan memberikan pelayanan yang memuaskan," ucap Bella sembari mengacungkan jempolnya.

Avan gemas dengan ucapan Bella ia pun langsung melayangkan satu sentilan ke dahi sang istri sembari berkata, "Angsa bodoh!"

Dahi Bella mengerut, apa maksud dari Angsa bodoh? Apakah itu julukan baru yang diberikan oleh lelaki pujaannya? Tak ingin banyak berpikir ia langsung menggelengkan kepala melupakan segala pertanyaan yang menjejali benaknya. Kini ia baru sadar jika Avan hanya menggunakan handuk yang melilit di pinggang. Seketika itu kelima jari Bella langsung beralih ke mata, namun kelima jari itu tidak menempel rapat tapi ada jarak diantara mereka.

"Benar-benar bodoh dan kekanakan. Kalau mau menutup mata sekalian semuanya!" cetus Avan dengan nada tinggi.

Bella langsung menurunkan tangan, lalu menghembuskan napasnya dengan ditiup ke arah poni yang menutupi dahi.

"Gak jadi, aku justru mau melihat." Bella bangkit dari ranjang lalu berdiri di hadapan Avan sembari menekan-nekan perut Avan yang sudah terbentuk seperti roti sobek. "Kakak ini serius? Wow, benar-benar bagus. Jadi apa ini milikku?"

"Dasar gak tahu malu kau anak kecil!" Avan langsung menghempaskan tangan Bella.

Mendapatkan perlakuan seperti itu dari Avan, Bella hanya bisa menerima dengan lapang dada. Tidak masalah jika dirinya selalu ditolak sebab ia akan terus mencoba dan mencoba kembali.

Bella langsung berjalan beberapa meter dari Avan dengan menautkan kedua tangannya.

"Kak, aku akan mengulang kembali tawaranku yang ingin menjalankan pernikahan ini selama enam bulan. Dan tentunya Kakak akan mendapatkan keuntungan," ucap Bella membuat Avan hanya menyunggingkan senyum.

Bagi Avan, Bella adalah anak kecil yang ingin terus menerus mempermainkan dirinya lalu kini gadis itu mau memberikan keuntungan?

"Perusahaan Kakak akan bebas dari Mama dan Kakak juga bisa berhubungan dengan Kak Laudya."

Mendengar ucapan Bella kini kaki jenjang Avan langsung menghampiri sang istri lalu berjalan memutari tubuh kecil itu dan berkata, "Jadi ini keuntungan yang akan aku dapatkan jika aku mau menerima pernikahan ini?"

"Kau pikir aku akan dengan mudah menerima ini semua meskipun keuntungan yang kau berikan sangat aku inginkan? Bagiku enam bulan bersamamu sama halnya dengan kehilangan keuntungan yang baru kau bicarakan," imbuh Avan.

Bola mata Bella mengikuti setiap gerak gerik Avan, bibir gadis kecil itu maju beberapa senti sembari memikirkan bagaimana cara untuk bisa menyakinkan sang suami.

"Em ... jika seperti itu aku tinggal bilang ke Mama Rianti. Hanya butuh waktu satu malam Kakak akan kehilangan perusahaan dan juga Kak Laudya," ucap Bella dengan senyum sumringah sebagai bentuk ancaman untuk Avan.

"Bella!" Avan menghentikan langkah kakinya, jari telunjuk lelaki itu pun kini mengatung di udara tepat di depan wajah sang istri.

Bella sama sekali tidak menunjukkan rasa takut meskipun debaran jantungnya begitu kencang, ia justru kini mengedipkan kelopak matanya seperti anak kecil.

Avan langsung menarik jarinya dan kini membentuk kepalan sembari menarik napasnya dalam-dalam. Ingin rasanya kepalan itu melayang ke wajah Bella, namun semua itu hanya sebatas keinginan Avan sebab nyali Avan kembali menciut saat mendengar ancaman dari Bella.

Bella langsung menyentuh tangan Avan yang mengepal lalu ia bertanya, "Jadi Kakak setuju?"

"Kau pikir?"

"Tentu saja Kakak setuju. Kakak gak ada pilihan lain, ya kan?" sergah Bella.

Dengan senyuman terpaksa Avan hanya menjawab, "Hm."

"Yes!" Bella melompat kegirangan. Siapa sangka tingkah Bella yang seperti anak kecil saat melompat justru membuat handuk yang melingkar di pinggang Avan terlepas.

Waktu seakan berhenti, tubuh Bella membeku bak patung hidup. Saat bola matanya bertatap langsung dengan celana berbentuk segitiga yang digunakan Avan.

Avan merasakan bagian pahanya terasa dingin, ia langsung menundukkan kepalanya sembari berteriak, "A ...rabella!"

***

Waktu berlalu dengan cepat, langit yang tadinya cerah kini tengah menghitam. Jarum jam tertuju pada angka tujuh. Suasana ruang keluarga terdengar ramai saat benda elektronik mengeluarkan suaranya.

Namun, suara itu kini terdengar mengecil saat Avan dan Bella datang menghampiri Rianti.

"Sini Sayang duduk," ucap Rianti menyambut kedatangan anak dan menantunya itu.

"Ada apa, Ma?" tanya Avan dengan nada malas-malasan.

Rianti mengambil map tebal berwarna hitam lalu menyerahkan pada Avan.

"Apa ini?" tanya Avan penuh tanda tanya.

"Baca saja," jawab Rianti.

Wanita paru baya itu langsung melirik ke arah sang menantu dan tersenyum. Bella yang tahu maksud sang mertua ia pun membalas senyuman itu semanis mungkin sembari memakan cemilan favoritnya.

Kedua alis tebal milik Avan langsung menyatu saat ia membaca kertas putih dengan bumbu tinta hitam.

"Ma, apa maksud ini semua?" tanya Avan tak terima.

Avan sama sekali tidak bisa menerima poin-poin yang tercantum dalam surat tersebut. Terlebih investor perusahaannya yang dulu atas nama Rianti Mahendra kini berubah menjadi Arabella, tidak hanya itu ada dua syarat benar-benar akan membatasi dirinya.

"Mama sudah menyerahkan aset Mama yang berada di perusahaan milikmu atas nama Bella. Dan Bella setuju dengan menambahkan dua poin penting itu," sahut Rianti.

Avan langsung melirik ke arah Bella, lelaki itu tidak menyangka jika Bella bisa bermain licik, saat bersama dengannya Bella mengajukan untuk menikah selama enam bulan dengan memberikan keuntungan menyelamatkan perusahaan dan bisa berhubungan dengan sang kekasih. Namun, di map itu menyatakan poin pertama jika Bella akan bekerja di perusahaan dengan posisi apapun lalu poin kedua dirinya tidak boleh berhubungan dengan lawan jenis saat ada Bella di dekatnya.

"Ma, sepertinya Kak Avan menolak. Bagaimana kalau asetnya aku jual," ucap Bella yang sukses membuat Avan mengepalkan tangannya.

Bella, kau pikir aku tidak bisa membalas dirimu? batin Avan.

"Jadi bagaimana? Keputusan berada di tanganmu?" tanya Rianti pada sang anak.

Senyum licik terbit di sudut bibir Avan. Sejak pernikahan ini terjadi ia tidak banyak melakukan tindakan dan justru menerima begitu saja dengan alasan ingin menyelamatkan perusahaan. Namun, semua seolah dimanfaatkan oleh Bella.

"Oke, aku setuju. Tapi dengan syarat Bella harus ikut tinggal di rumah yang sudah aku siapkan dan menjadi ibu rumah tangga yang baik," jawab Avan sembari melipat kedua tangannya di dada.

Terpopuler

Comments

Miss haluu🌹

Miss haluu🌹

cih, belum apa² dah goyah🤣dasar labil!!🤭

2022-10-13

1

Miss haluu🌹

Miss haluu🌹

apaan sih main bisik²?😕

2022-10-13

1

Ismi Kawai

Ismi Kawai

wah, tawaran menarik tuh. hingga nanti kamu jatuh cinta sam bella dan menyesal

2022-10-02

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!