"Berikan aku waktu enam bulan untuk bisa menjadi istri Kakak."
Avan yang paham bisnis tentu saja menganggap ucapan Bella itu sebuah negosiasi.
"Aku tidak akan melakukan hal itu!" tolak Avan dengan tegas.
"Jadi Kakak ingin aku terus menerus menjadi parasit dalam hidup Kakak?" sahut Bella.
Bella sadar di belakangnya, Avan selalu menganggap dirinya adalah sosok parasit yang harus segera dibasmi. Hanya saja lelaki itu akan terus tersenyum penuh kepalsuan saat melihat dirinya dan akan menghindar saat punya kesempatan.
"Jadi kau sadar!"
"Aku ini gadis bodoh tapi juga sedikit sensitif, tentu saja aku sadar. Apalagi setelah aku meminta pada orang tuaku untuk menikah denganmu. Tidak! Lebih tepatnya saat aku berusia enam belas tahun," papar Bella memberitahu isi hatinya lalu tersenyum manis.
"Cih! Syukurlah kalau kau sadar diri jika kau bodoh. Aku tidak tahu dari gen mana Om Drajat bisa memiliki keturunan seperti dirimu," cibir Avan.
Senyum Bella seketika itu pudar, kakinya sedikit gemetar, tak ingin terlihat menyedihkan Bella langsung menuju ke koper guna mengambil bajunya.
"Kenapa kau tersinggung dengan apa yang aku katakan? Bahkan aku mendengar kau mengancam orang tuamu untuk bisa menikah denganku, dan lagi di usiamu saat ini harusnya kau menempuh pendidikan untuk masa depanmu bukan bermain rumah tangga," papar Avan dengan nada menggebu-gebu ia tidak akan melepaskan Bella untuk saat ini. Biarlah ucapannya yang pedas dan tajam guna membuat gadis itu sadar diri.
Sambil memilah baju dalam koper Bella tanpa jeda menjawab perkataan Avan, "Aku juga tidak paham kenapa gadis ini begitu bodoh. Aku juga tidak tahu gen mana yang berada di dalam tubuhku. Dan aku juga tidak tahu kenapa hanya dengan ancaman bunuh diri saja orang tuaku bisa membuat Kakak menikah denganku. Satu lagi aku juga tidak tahu kenapa aku ingin sekali memiliki Kakak, jadi bisakah Kakak memberikan aku waktu enam bulan itu? Aku janji ini adalah kesempatan terakhirku, jika memang Kakak berharap aku pergi dan tidak menjadi parasit lagi."
Setelah mendapatkan baju yang diinginkan, Bella kini dengan susah payah mendekat kembali ke arah Avan lalu berkata lagi, "Kakak tidak perlu langsung memberikan jawaban lebih baik Kakak pikirkan baik-baik."
"Tidak perlu! Karena aku akan tetep menolaknya."
"Tidak perlu buru-buru. Karena aku yakin Kakak akan menerima tawaranku. Dan lagi Kakak tenang saja aku adalah gadis kecil yang gampang bosan dengan mainan yang sudah aku dapatkan," ungkap Bella.
"Aku ganti baju dulu. Setelah ini kita pulang ke rumah Kakak." Bella langsung berjalan ke arah kamar mandi meninggalkan Avan yang masih terdiam ditempatnya.
Avan tidak habis pikir saat Bella mengatakan kalimat itu dan tanpa menatap dirinya saat berbicara kenapa dia justru merasakan sakit di dadanya.
Jujur saja setelah Avan tahu bahwa orang tua Bella adalah kolega keluarganya dia sama sekali tidak responsif lagi pada Bella, tidak seperti saat dirinya menolong gadis itu. Apalagi setelah Bella memberikan perhatian lebih dengan datang ke rumahnya lalu saat dirinya tengah sakit Bella justru pergi begitu saja. Setelah satu bulan lamanya gadis itu kembali lagi seperti tidak melakukan kesalahan lalu mengganggu kehidupannya.
"Sial! Apa-apaan ini!" umpat Avan dia benar-benar kesal.
***
Setelah melakukan cek out di hotel, kini Bella dan Avan langsung kembali ke rumah keluarga Avan. Tentunya di rumah sudah ada Rianti yang menunggu kedatangan mereka.
"Sayang, kau sudah datang? Bagaimana Avan memperlakukan dirimu dengan baikkan?" tanya Rianti yang langsung menarik Bella guna masuk ke dalam rumah.
"Tenang saja, Ma. Cucu yang Mama pesan akan segera datang," sahut Bella sembari bergelayut manja di lengan Rianti.
"Wah sebentar lagi Mama akan menjadi nenek kalau begini caranya. Nanti temani Mama perawatan biar glowing."
"Pasti itu, biar cucu Mama langsung terpesona saat melihat neneknya yang cantik ini," ucap Bella.
"Aduh Bella, kau ini benar-benar menantu kesayangan Mama." Rianti langsung menciumi pipi Bella.
Avan moodnya sudah hancur sejak di hotel tadi, ia sama sekali tidak ingin memberikan tanggapan pada dua wanita itu. Ia lebih memilih ingin masuk kamar lalu berusaha kembali untuk menghubungi Laudya.
"Avan tunggu, Mama ingin bicara," ucap Rianti saat melihat Avan melangkah ke arah tangga.
"Ma, Avan lelah. Avan ingin istirahat," jawab Avan tanpa membalik tubuhnya.
"Kalau begitu ajak istrimu masuk ke dalam kamar," pinta Rianti.
"Untuk apa? Lagi pula rumah ini sudah ia jelajahi dan aku yakin ia juga sudah pernah masuk ke dalam kamarku. Jadi, ia tidak mungkin salah masuk kamar kan," ucap Avan guna meledek Bella.
"Avan apa kau tahu Bella itu—"
"Iya, Kak. Aku sudah tahu kok kamar Kakak jadi tidak perlu menunjukannya lagi, bahkan aku juga tahu di mana Kakak meletakkan ****** ***** Kakak," ucap Bella memotong ucapan sang mertua.
Rianti langsung menoleh ke arah Bella. Dari sikap sang menantu tentu saja ada yang disembunyikan.
"Cih, bahkan kau sudah tidak ada malu," ucap Avan lalu melanjutkan langkahnya untuk masuk ke dalam kamar.
Dua wanita itu terus menatap kepergian Avan hingga punggung lelaki itu menghilang di balik pintu.
"Bella, bisakah kau menjelaskan ini semua?" ucap Rianti menatap wajah Bella.
"Ma, jangan seperti itu. Aku jadi takut."
"Bella, sampai kapan kau terus menyembunyikan ini semua dari Avan?" Rianti geram dengan tingkah sang menantu. Tidak lebih tepatnya pada gadis kecil yang sudah menolong keluarganya.
"Ma, jika aku memberitahu semua ini pada Kak Avan. Aku yakin tidak mengubah apa pun karena Kak Avan sudah menetapkan hatinya untuk Kak Laudya," jelas Bella.
"Kau sekarang memanggilnya dengan sebutan Kak?"
"Aku menghormati yang lebih tua," jawab Bella.
"Bella, aku sangat bersyukur kau sudah memberikan segalanya untuk keluargaku. Tapi kau juga harus segera mengurus masalah yang ada di keluargamu. Berhenti bersikap seperti gadis kecil yang tidak tahu apa-apa. Kau sebentar lagi berusia dua puluh tahun." Rianti memasang ekspresi sedih di wajahnya.
"Ma, sekarang Mama adalah mertuaku. Kenapa Mama berbicara seperti itu? Bukan aku yang menolong Mama, tapi Mama yang sudah menolongku. Dan untuk keluargaku, aku tidak ingin banyak memulai masalah. Aku melihat Bunda Mutia begitu menyayangi Ayah, meskipun Ibuku menjadi korban keserakahan mereka," jawab Bella.
Rianti hanya bisa membelai rambut Bella. Menatap wajah cantik itu dengan penuh kepiluan, bagaimana tidak seorang anak kecil yang kini dipaksa dewasa. Namun, di sisi lain dia harus bersikap seperti gadis manja berhati lembut. Sungguh keluar Drajat menciptakan malaikat kecil yang indah di balik kejahatannya.
"Jadi di mana Mama menyembunyikan Kak Laudya?" tanya Bella langsung membuat Rianti terdiam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Ita rahmawati
kan bner krn saat avan skit bella pergi pasti krn bella juga btuh perwatan,,,tntg keluarga bella blm bs nebak krn blm jelas bru secuil cuil 😁😁🤣🤣
2023-01-09
0
Miss haluu🌹
heemm...ada teka teki apa nih??🙄
2022-10-13
1
Miss haluu🌹
disensor? apaan tuh??🤣
2022-10-13
1