Bab 2

Nara melewati ruang tangah rumah besar milik keluarga Andara.

Saat di depan tangga, tidak sengaja Nara berpapasan dengan Andre. Cepat cepat gadis itu berhenti dan menunduk memberikan hormat pada pria itu.

Dengan begitu, Nara bisa menutup luka bakar di wajahnya dan selain itu Nara juga terhindar dari tatapan mematikan dari Andre.

"Dasar wanita jelek!" dengus Andre ketika melewati Nara.

Pria itu naik menuju ke kamar kedua orang tuanya.

Sejak ia kembali ke negara ini, Andre memutuskan untuk tinggal sendiri di apartemen. Menurutnya itu jauh lebih tenang dan bebas .

Nara kembali melanjutkan langkahnya yang hendak keluar rumah. Tadi Nara sudah berjanji akan menemani kepala dapur untuk berbelanja ke pasar.

Karena ada sesuatu yang terlupakan, Nara meminta kepala dapur menunggu nya di depan saja.

...----------------...

"Selamat siang Tuan"

"Siang. Apa papa dan mama ada di dalam?" tanya Andre dengan ekspresi datar nya.

"Sebentar tuan, saya akan menghubungi nyonya dulu"

"Ah lama!"Andre langsung menerobos masuk ke dalam ruangan itu, lalu masuk ke dalam kamar orang tuanya.

Pengawal itu hanya bisa menghela nafas dan menatap nanar tuan muda nya.

"Mama, papa! apa maksud dari perintah yang mama papa berikan pada pak Jordan!"

Relaina yang sedang bermanja-manja dengan suaminya menatap kesal pada putra mereka.

"Sejak kapan kamu tidak sopan seperti ini Andre!" tegas Bagas.

"Sejak papa dan mama mengirim perintah itu!" Andre menatap kedua orang yang sangat ia sayangi, tapi tidak pernah ia perlihatkan.

Relaina turun dari ranjang, wajah pucat nya menunjukkan bahwa dirinya masih dalam keadaan sakit.

"Nak, kamu duduk dulu yah"

"Gak ma, Andre butuh penjelasan mama sama papa sekarang juga!"

Andre menolak saat Relaina membawanya ke sofa, ia malah memberi jarak diantara dirinya dan juga mamanya.

"Apa yang kamu ingin dengar lagi? semuanya sudah jelas!"

"Pa, ma. Kalian bercanda kan? ngasih perintah ke pak Jordan, mengalihkan pewaris harta warisan ke Naraya? "

"Tidak Andre, semua itu benar dan serius"

Andre melongo di buatnya, papa mama nya benar benar sudah gila menurutnya.

Masa, wanita yang bukan siapa siapa dan hanya seorang pembantu di rumahnya mendapat semua harta warisan milik keluarga nya.

"Pa, gak usah bercanda deh. Wanita itu hanya pembantu, kenapa bisa dia menjadi pewaris"

"Jaga ucapan kamu Andre, Naraya itu anak baik, dia juga akan menjadi menantu mama" sela Relaina, ia tidak suka ketika putra nya mengatai Naraya seperti itu.

Andre kembali di buat tercengang oleh ucapan mama nya. Ia sudah biasa mendengar pembelaan dari mama nya untuk Nara, ia juga sudah biasa melihat kedekatan mamanya dengan anak pembantu itu.

Tapi, tidak dengan satu kata dalam semua kalimat mamanya.

"Menantu?" ulang Andre.

Relaina kembali mendekati suaminya, duduk sembari memeluk lengan suaminya yang duduk di tepi ranjang nya.

"Iya Andre, jika kamu ingin mendapatkan warisan dari mama papa, maka kamu harus menikah dengan Nayara" jelas Bagas.

"Tidak! itu tidak mungkin. Aku tidak mungkin menikahi gadis jelek itu"

"Ya sudah, Bersiaplah kamu menjadi gelandangan" sahut Bagas.

Andre terdiam, ia tahu bagaimana sikap keras papa nya. Mau bersujud bertahun tahun pun, papa nya tetap tidak akan mengubah keputusan nya.

"Berpikir lah Andre, Nayara adalah wanita yang tepat untuk kamu. Dia baik, sopan, bisa merawat mu dengan tulus. Tidak seperti wanita wanita murah yang kau nikmati di atas ranjang kotor mu itu!"

"Mama ngomong apa sih" sela Andre.

"Cih, kamu tidak usah mengelak Andre. Mama sudah tahu apa yang kamu lakukan di luar sana, mabuk mabukan, bermain di ranjang! bersyukur belum ada wanita yang menuntut pertanggung jawaban kamu ke rumah " omel Relaina.

"Aku selalu memakai pengaman!" sahut Andre dengan nada kesal.

"Bagus jika kamu masih memiliki otak" sela Bagas yang sejak tadi diam, membiarkan istrinya menasehati putranya.

"Tapi, menikah dengan Naraya juga bukan ide yang bagus pa, ma! aku gak cinta sama dia, aku gak mau menikah dua atau tiga kali ma pa!" ucap Andre dengan nada memohon.Ia tidak mungkin menikahi Nara.

Bagas menghela nafas berat, ia berdiri dan menghampiri putranya. Memegang bahu Andre ,dan menatap nya lekat.

"Soal cinta, itu akan tumbuh dengan seiringnya waktu nak. Yang penting itu, kamu bersama orang yang tepat!"

"Apalagi, mama sama papa sudah tua Andre. Setelah kami tidak ada nanti, siapa yang akan menjaga kamu dengan tulus?" sambung Relaina.

"Tapi, gak harus Nara juga ma. Andre punya pacar yang lebih cantik, dan akan menikahinya"

"Tidak! Nara yah tetap Nara. Hanya dia wanita yang akan menikah dengan kamu!" tegas Relaina mulai marah.

"Jika kamu tidak mau, maka bersiaplah jadi gelandangan!" sambung Bagas. Ia menggandeng tangan istri nya kembali duduk di atas ranjang. Lalu bersiap untuk beristirahat.

"Keluarlah, pikirkan apa yang harus kamu lakukan. Warisan itu tetap akan jatuh ke tangan Nara. Kamu bisa mengunakan nya apabila kamu menikah dengan nya"

Andre terpukul, ucapan papa nya barusan seakan memberi peringatan dan paksaan. Tidak ada pilihan dari ucapan papanya itu.

Andre tidak tahan lagi, ia keluar dari kamar papa dan mama nya dengan hati yang marah.

...----------------...

"Nara!!!!"

"Nara!!"

Andre mencari keberadaan wanita itu, ia akan memberi wanita itu pelajaran.

"Di mana Nara?" tanya Andre tegas pada salah satu pelayan yang sedang membersihkan ruangan tengah.

Dengan takut takut, wanita itu menjawab.

"Maaf tuan muda, tadi Nara baru saja keluar bersama kepala dapur. Mereka pergi ke pasar"

"Sial!" umpat Andre, emosi nya benar benar memuncak saat ini.

Andre berpikir jika Nara sudah menghasut kedua orang tua nya agar dirinya bisa menikahi nya.

"Awas saja kalau kau sudah pulang!" gumam Andre pelan, namun masih bisa terdengar oleh pelayan itu.

Andre pergi ke kamar nya, tubuh nya mendadak terasa capek setelah perdebatan dengan kedua orang tuanya.

"Aduh, masalah apa lagi yang Nara buat dengan tuan muda. Iss...Gadis itu tidak pernah jera berurusan dengan iblis kejam itu" gumam pelayan khawatir. Cepat cepat ia kembali ke dapur dan berusaha menghubungi Nara.

...----------------...

Sedangkan di pasar, Nara tampak santai dan tenang. Ia membantu kepala dapur memilih dan memberi pendapat saat kepala dapur menanyai nya soal sayur apa yang enak.

"Menurut mu, apa tuan muda mau menerima ku Nani?" tanya Nara sambil memilih milih tomat.

Wanita paru baya yang di panggilnya dengan panggilan Nani itu hanya bisa menahan nafas. Sejak tadi Nara sudah menjelaskan situasi yang akan ia hadapi di masa depan.

"Kau bertanya, padahal kau sudah tahu jawaban nya Nara"

"Umm...Kau benar Nani, tapi aku hanya takut"

Nani menatap Nara, ia merasa kasihan dengan gadis ini. Menikah dengan Andre bukan lah suatu hal yang baik untuk Nara.

"Jika tuan tau apa pengorbanan diri mu dalam hidupnya, mungkin dia akan menerima mu, dan berlaku baik kepada mu" kata Nani.

Nara tersenyum, " Sudahlah, jangan bahas itu lagi"

"Cih, bocah ini!" Nani berdecih menatap Nara dengan kesal.

Di dala hati, Nara terus bergumam dan berharap jika suatu hari nanti Andre akan baik padanya dan menerima kehadirannya. Apalagi sebentar lagi mereka akan menikah, seperti yang majikan nya inginkan.

"Apakah nyonya sudah berbicara dengan tuan muda?" tanya Nara dalam hati, ia sangat penasaran bagaimana reaksi Andre.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!