Bab 1

Nara berjalan cepat menuju ke sebuah ruangan, ia memberi hormat saat bertemu dengan salah satu pengawal yang berdiri di depan pintu ruangan menuju ke kamar majikan nya.

"Maaf pak, saya di minta oleh nyonya ke kamar nya" kata Nara pada pengawal itu.

"Sebentar yah, saya hubungi nyonya dulu"

"Baik pak"

Nara berdiri di depan pengawal yang langsung menghubungi majikan nya. Ia memberitahu bahwa Nara sudah berada di depan.

Setelah mendapatkan persetujuan, pengawal itu langsung menyuruh Nara masuk ke dalam, nyonya sudah menunggu dirinya.

"Silahkan masuk, nyonya sudah menunggu kamu"

"Terimakasih pak!"

Nara masuk ke dalam kamar, ia tersenyum pada nyonya yang menyambut nya dengan senyum hangat juga.

"Selamat siang nyonya, tumben memanggil saya"

Relaina tersenyum, "saya merindukan mu"

Sontak Nara langsung mendekat dan memeluk majikan nya.

Jangan heran, Relaina sudah menganggap Nara seperti putrinya sendiri.

Ketulusan hati Nara saat bekerja untuk keluarga nya, membuat jarak di antara dirinya dan majikan nya menjadi dekat. Nara tidak segan segan bermanja-manja pada majikan nya seperti pada ibunya sendiri.

"Saya juga kangen nyonya, sejak nyonya sakit. Kita jadi jarang bertemu"

Reilana menatap gadis manis itu, salah satu tangan nya terangkat, mengusap pipi Nara yang terdapat luka bakar.

"Jika kamu mau, saya bisa membuat kamu kembali cantik"

Nara menggeleng. "Saya tidak mau nyonya, ini adalah saksi di mana cinta saya pergi"

"Orang tua kamu pasti akan senang jika kamu kembali cantik"

Lagi lagi Nara menggeleng, ia sangat menyayangi luka nya ini. Meskipun orang orang memandang nya dengan jijik, tetap saja Nara tidak merasa malu.

Dengan luka ini, Nara bisa tahu mana orang yang tulus dan tidak tulus.

"Nyonya, apa anda sudah minum obat?" Nara berusaha mengalihkan pembicaraan.

Relaina yang mengerti Nara sedang mengalihkan pembicaraan, hanya bisa menghela nafas.

Sudah untuk kesekian kali nya Relaina menawarkan untuk mengobati luka bakar di wajah Nara. Tapi, tetap saja gadis itu tidak mau.

"Saya sudah minum obat Nara, kamu tidak perlu khawatir"

"Bagaimana saya tidak khawatir? nyonya sudah sakit 1 bulan. Saya sangat takut, kehilangan untuk kedua kali nya" suara Nara terdengar sendu. Ia teringat dengan kedua orang tua angkat nya yang meninggal di dalam pangkuan nya.

"Nara" panggil Relaina.

Nara mendongak, menatap wajah pucat sang majikan.

"Jika saya sudah tidak ada nanti, apa kamu mau memenuhi permintaan saya?"

"Nyonya jangan berkata seperti itu, saya semakin takut!" ucap Nara panik, air mata segera mengumpul di sudut matanya.

"Saya serius Nara, kamu harus berjanji untuk mengabulkan permintaan saya"

"Nyonya....Hiks..."

"Jika saya sudah tidak ada nanti, berjanjilah untuk tetap menjaga keluarga ini dengan baik. Terutama Andre, dia pria bodoh, dia sangat mudah di tipu oleh wanita"

"Nyonya, ada atau tidak ada nyonya. Saya pasti akan tetap mengabdi pada keluarga ini. Meskipun nanti saya sudah menikah" kata Nara.

Relaina terdiam, mendengar kata menikah dari mulut Nara membuatnya sedikit khawatir.

"Nara, aku ingin kau menikah dengan putra ku"

Deg.

Ceklek.

Nara dan Relaina menoleh kearah pintu kamar Relaina yang terbuka.

Bagas masuk, ia tersenyum pada kedua wanita itu.

"Hei manis, ternyata kau di sini"

"Hei tuan " balas Nara menghapus cepat air matanya.

Bagas mendekati mereka, menatap Nara dan istri nya penuh curiga.

"Apa kalian baru saja menangis?" tanya Bagas.

Nara dan Relaina menggeleng cepat. Lalu menjawab dengan serempak.

"Tidak!"

"Tidak"

"Wahh, kalian sangat kompak yah" sindir Bagas.

"Tuan, saya akan keluar sekarang " pamit Nara , ia merasa tidak enak berada di kamar majikan nya yang mungkin ingin beristirahat.

"Kenapa terburu buru Nara? apa kau memiliki acara lain?"

Nara menggeleng.

"Lalu, apa karena kau tidak suka padaku? sehingga kau pergi saat aku datang?"

Nara kembali menggeleng, tapi kali ini lebih cepat.

"Jangan salah paham tuan, aku tidak bermaksud begitu" jelas Nara panik.

Relaina mengulum senyum, suaminya selalu saja senang mengerjai anak art nya ini.

"Ahahah....Saya bercanda Nara. Kembali duduk lah" Bagas menepuk kursi yang ada di samping ranjang nya, tempat Nara duduk tadi.

"Tapi.." Nara ragu ragu.

"Duduk lah sayang, aku memiliki sesuatu untuk di bicarakan dengan mu"

Mau tidak mau, Nara kembali duduk di kursi itu. Menatap sang majikan yang duduk di ranjang.

Relaina memeluk suaminya, sedangkan suaminya tampak ragu dan terdiam memikirkan kata kata yang akan ia katakan pada Nara.

Bagas menatap sebentar pada istri nya, setelah melihat istrinya mengangguk pelan, barulah Bagas menatap Nara dan mulai berbicara.

"Kami berencana ingin menikahkan kamu dengan Andre!"

Deg!.

Tubuh Nara seketika membeku, ia tidak menyangka pembicaraan tuan besar nya sama seperti yang baru saja istri tuan besar nya katakan.

"Maaf tuan, tapi saya tidak bisa. Tuan muda bukanlah sandingan saya" tolak Nara.

"Nara, siapapun bisa menjadi pasangan Andre. Tidak menutup kemungkinan orang itu adalah kamu" kata Bagas.

"Iya Nara, kami hanya percaya sama kamu. Hati kamu begitu tulus merawat keluarga kami."

Nara tidak bisa berpikir, ini sungguh di luar nalarnya. Seumur hidup Nara tidak pernah berpikir akan menikah dengan anak majikan nya sendiri.

"Nara, saya tahu. Kamu menyukai Andre kan?"

Nara menatap nyonya nya, bagaimana nyonya besar bisa tahu jika dirinya menyukai putranya sendiri.

"Kamu tidak perlu terkejut Nara, pengorbanan kamu kepada Andre sudah membuktikan betapa besar rasa cinta kamu pada nya" sambung Relaina.

"Tapi nyonya, saya tidak pantas. Tuan muda pasti tidak akan mau menerima ini. Apalagi wajah saya yang begitu jelek"

"Kamu bisa kok, operasi luka kamu itu, kamu akan kembali cantik dan imut lagi"

Nara menghela nafas, ia tidak mau mengoperasi wajahnya. Setidaknya tidak untuk saat ini.

"Nyonya, saya tidak mau melakukan itu. Saya ingin menemukan orang yang tulus mencintai saya, baru saya ingin menyembuhkan ini" lirih Nara.

Bagas dan Relaina mengerti maksud Nara, mereka tidak akan memaksa, tapi soal pernikahan Nara dengan Andre, mereka akan memaksanya.

"Bagaimana Nara? apa kamu mau menikah dengan Andre?" tanya Bagas lagi.

"Jika bukan karena rasa cinta, anggap saja sebagai rasa pengabdian kamu pada kami!" sambung Relaina, ia terpaksa menggunakan cara ini Agara Nara bersedia.

Nara malah bingung, ia tidak tahu harus berkata apa. Memang, dirinya menyukai Andre, sangat malah. Tapi, ia juga tahu bahwa Andre sangat tidak suka padanya. Apalagi sejak wajahnya yang jelek ini.

"Aku akan menerima nya Nyonya, tuan. Tapi, saya yakin tuan muda akan menolak"

"Itu kamu tidak perlu memikirkan nya. Saya yang akan mengurusnya". Bagas dan istri nya saling menatap bahagia, Nara menerima lamaran mereka. Sekarang hanya tersisa bagaimana mengatakan nya pada putra mereka.

"Baiklah, sekarang kamu boleh kembali ke kamar kamu. Besok kita akan membicarakan hal ini lagi" kata Bagas.

Nara mengangguk pelan, sungguh di hatinya terasa banyak keraguan dan di dalam pikiran nya terdapat banyak kemungkinan.

"Saya keluar dulu tuan, nyonya. Selamat beristirahat"

Nara keluar dari kamar itu, lalu kembali ke kamarnya dengan hati gunda gulana.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!