“Tak usah terkaget seperti itu, kau akan menemukan lebih banyak foto serupa di dalam rumah ini,” ujar Bagas yang menyadari kalau Dara kini tengah memperhatikan bingkai berukuran raksasa di ruang tamunya itu.
Persis seperti apa yang di ucapkan Bagas padanya, semakin Dara memeasuki rumah mewah itu, maka semakin banyak pula foto-foto serupa yang menggantung di dinding kokoh rumah bak istana itu, bahkan rasanya tak ada satu ruangan pun yang luput dari foto wanita yang berwajah mirip dirinya itu.
Rasa penasaran itu sebenarnya ada dan mengganjal di hatinya, namun untuk sekedar bertanya saja rasanya Dara sudah sangat malas rasanya, biarlah dia menjalani apa yang sudah menjadi takdir yang di guratkan Tuhan padanya, pikirnya, dia bisa apa melawan manusia sekuat dan selicik Bagas?
"Kamar mu disana," Tunjuk Bagas ke sebuah pintu kayu tinggi dan terlihat kokoh dengan ukiran Jepara di semua permukaannya.
Dara akhirnya bisa bernafas dengan lega, karena pikirnya malam ini bagas akan meminta haknya sebagai suami dan dia akan menjadi budak pemuas nafsu sang pemilik pabrik seumur hidupnya. Setidaknya itu yang Dara pikirkan sebelumnya, namun ternyata dugaannya salah.
Entah apa yang diinginkan Bagas dengan memperistri dirinya, apa karena wajahnya yang mirip dengan wanita di foto itu? Tapi siapa dia?
"Kenapa? Apa kau berharap tidur sekamar dengan ku dan menikmati malam pengantin kita? Cih, jangan mimpi!" sambung Bagas berdecih dengan nada mengejek.
"Saya tidak pernah berpikir seperti itu, saya permisi, pak!" kesal Dara, demi apapun dia sangat muak dengan tingkah arogan Bagas yang selalu memandang remeh dan merendahkannya.
"TUAN, panggil aku tuan mulai saat ini, karena mulai saat ini kau budak ku yang harus mengikuti semua yang aku perintahkan!" teriak Bagas dengan suara yang menggelegar memenuhi sisi ruangan itu.
Dara hanya mengangguk pelan sambil berlalu masuk menuju pintu kamar yang tadi Bagas tunjuk.
Entah mimpi buruk apa Dara sebelumnya, sehingga tiba-tiba saja dia terjebak dalam situasi yang sangat tak dapat dia mengerti ini, ibarat dalam sekedipan mata tiba-tiba dia sudah menikah dengan orang asing, menjadi istri seorang pria yang arogan, sama sekali tak dia kenal dan tak dia cintai bahkan Dara pun yakin kalau Bagas juga tak mencintai dirinya.
Mana ada orang melamar secara paksa seolah menjebak, lalu setelah menikah istrinya di jadikan budak, sampai kepala Dara mau meledak rasanya mengingat-ingat kesalahan apa yang pernah dirinya lakukan pada Bagas sampai dia menerima hal keji ini darinya.
"Bos, apa yang akan bos lakukan setelah ini pada nyonya?"
"Jangan panggil dia nyonya, Panji. Satu- satunya wanita yang berhak menjadi nyonya di rumah ini hanya Kamila, bukan yang lain." bentak Bagas, membuat asisten pribadinya itu menutup mulutnya dengan rapat, tak melanjutkan pembicaraannya lagi.
Panji sangat tau, jika sudah menyenggol masalah Kamila, mantan kekasihnya yang memilih menikah dengan pria lain yang lebih kaya, maka tempramen Bagas akan tinggi, emosinya akan langsung meningkat 1000%.
Seperti sekarang ini, hanya satu kali saja nama Kamila di sebut, matanya langsung memerah, kilatan amarah langsung saja terlihat jelas disana, kalau moodnya sudah rusak begini, biasanya semua orang di sekitarnya akan menjadi pelampiasan kemarahannya.
"Anwar, panggil gadis itu dan suruh masuk ke dalam kamar ku!" teriak Bagas memerintahkan Anwar sang kepala pelayan untuk membawa Dara ke kamar pribadinya, Panji bahkan sampai bergidik ngeri, entah siksaan apa yang akan Dara terima di sana.
Rasa marahnya pada Kamila yang telah menghianati cintanya membuat Bagas menjadi pria arogan, dan bertempramen tinggi, setiap tak sengaja dirinya atau siapapun mengungkit masalah Kamila, pasti akan ada 'korban' sebagai pelampiasan emosinya, biasanya pasti akan ada orang yang berada di dekatnya yang terkena amukannya, entah itu dia hajar sampai babak belur atau bahkan sampai tak sadarkan diri, biasanya yang sering kena Anwar dan Panji, entah berapa kali mereka masuk UGD akibat di siksa Bagas yang seperti kehilangan logikanya saat melakukan semua itu.
Untung saja dua pria yang sudah belasan tahun ikut kerja dengan Bagas itu sudah bisa memakluminya, mereka tak menyimpan dendam sedikit pun, karena mereka tau, dibalik tempramen kasarnya itu, sesungguhnya Bagas adalah pria yang sangat baik sebelum tragedi itu terjadi.
Bahkan biasanya setelah dia sadar, keesokan harinya, setelah menghajar Panji ataupun Anwar, dia akan meminta maaf dan memberikan uang yang sangat banyak sebagai rasa penyesalannya.
"Ingat jangan membantah atau banyak bertanya apa-apa pada tuan Bagas jika kau ingin nyawa mu selamat." bisik Anwar saat mengantarkan Dara ke depan pintu kamar tuannya.
Jujur saja Anwar sebenarnya merasa tak tega dan kasihan dengan Dara, tapi mau bagaimana lagi, dia pun hanya seorang pegawai disini dan tak punya wewenang apa-apa, karena semua kewenangan tertinggi di rumah itu berada di tangan Bagas.
"Masuk! Apa kau akan berdiri di depan pintu sampai besok pagi?" hardik Bagas, suaranya membahana dari dalam kamar.
Dengan ragu-ragu Dara melangkah perlahan, bagaimana bisa ucapan pria gila itu bisa berubah-ubah bahkan hanya selang beberapa menit saja, setelah sebelumnya dia mngatakan tak sudi untuk satu kamar dengannya, lantas kini dirinya malah di panggil untuk datang ke kamar pribadinya.
"Ya tuan, apa ada hal yang bisa saya bantu?" gugup Dara.
"Ganti baju mu dengan itu, waktu mu hanya 5 menit, tak boleh lebih dari itu." Bagas menunjuk sebuah mini dres hitam yang tergeletak di atas kasur berukuran sangat jumbo itu.
Memasuki kamar Bagas sudah seperti memasuki sebuah ruang galery seni dimana tak ada satu sudut pun yang tak di tempeli foto wanita yang sejak tadi dia lihat dari semenjak memasuki rumah itu,
"Ta-tapi tuan!"
Melihat model baju yang bawahannya sangat minim dan atasannya terbuka, rasa-rasanya Dara enggan untuk memakainya.
"Jangan membantah, kalau aku bilang pakai, ya pakai!" bentak Bagas serayal melemparkan gelas berisi wine di tangannya, sampai pecahannya menyebar kemana-mana.
Teringat akan pesan Anwar tadi di muka pintu, Dara akhirnya mengangguk patuh, lantas membawa gaun itu untuk di pakainya di tempat yang agak tersembunyi karena dia merasa risi jika harus berganti pakaian di depan Bagas meskipun dia sudah sah menjadi suaminya, namun tetap saja baginya dia orang asing.
"Ganti di sini!" titah Bagas.
"Ta-Tapi tuan"
"Ganti disini atau gelas ini akan melayang ke kepalamu." Bagas mengacungkan gelas satunya yang tergeletak di meja di sebelah sofa tempatnya duduk menghadap dirinya yang berdiri sabil gemetaran di dekat ranjang, airmatanya jatuh hanya dengan sekali kedipan mata, meluncur dan membasahi pipi mulusnya.
Melepaskan satu demi satu pakaian yang dikenakannya di hadapan seorang pria asing membuat dirinya merasa marah pada dirinya sendiri yang tak mampu membela kehormatannya, namun apa mau di kata, pria asing itu suaminya, dan hal itu bukan suatu kejahatan, meskipun dilakukan dibawah ancaman, karena bagaimana pun ceritanya dirinya pasti akan dipersalahkan jika berurusan dengan Bagas Prawira.
Lima menit, hanya lima menit waktu yang di berikan Bagas padanya, dan beruntungnya Dara melakukannya dengan cepat, selain takut, dia juga tak ingin mengekspose tubuh polosnya terlalu lama di hadapan Bagas yang terlihat tak berkedip memandangi tubuh putih mulus Dara yang hanya tertutup pakaian dalam saja.
"Sini, temani aku minum!" Bagas enepuk-nepuk kursi kosong di sebelahnya, mengisyaratkan agar Dara duduk di dekatnya.
"Tapi saya tidak minum minuman seperti itu, tuan." Untuk hal ini dia harus menolak, dia tak ingin darah di tubuhnya tercampur dengan barang haram yang di larang dalam agamanya.
"Aku bilang temani, bukan menyuruh mu untuk ikut minum."
Dara dengan patuh duduk di sofa sebelah Bagas yang mungkin saat ini setengah mabuk akibat minuman yang di tenggaknya, karena dalam bayangannya yang datang menghampirinya adalah Kamila mantan kekasihnya bukanlah Dara.
"Kamila, kau kembali sayang? Aku sangat merindukan mu, tolong jangan pergi lagi dari ku!"
Bagas memeluk erat tubuh Dara yang mematung di hadapannya dan tak mengerti apa yang sedang di ucapkan Bagas padanya, yang jelas saat ini dia sangat ketakutan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
fifid dwi ariani
trus berkarya
2023-04-29
1