Seusai Berdebat Paman mengajak Bejo berbicara di ruang bacanya. Bejo semakin penasaran hal apa yang ingin pamanya sampaikan pada nya dengan raut muka yang serius itu.
"Begini Jo, paman sebenarnya tidak ingin memaksamu, tetapi ya Paman hanya ingin menyampaikan saja niat baik teman Paman yang ingin segera memiliki menantu, yah paman pikir apa salahnya, jika paman bicarakan padamu, toh waktu itu kamu bilang ingin di caraikan istri, dan sekarang Paman sudah mebemukan yang sepertinya cocok padamu. dan yang sebenarnya anak teman paman ini seharusnya di jodohkan pada anak paman, berhubung anak paman masih umbelan, makanya paman kasihkan ke kamu. " Jelas Paman yang membuat Bejo syok mendadak.
Sama sekali tidak ada pemikiran jika Pamanya ini akan membicarakan soal pernikahan, padaha waktu itu dia hanya bercanda saja, tetapi Pamannya ini malah menanggapinya dengan serius. kalau di pikir benar juga, masak si Aldy mau di jodohkan dia kan baru masuk kelas satu SD tahun depan.
"Namanya Siti, dia juga salah satu santri di pesantren ini, Parasnya cantik saat Paman melihat fotonya. sepertinya dia tipemu." Terang Paman yang yakin Bejo bakalan suka dengan si siti.
"Tapi Paman, sebenar nya aku..."
"Kamu tidak usag cemas, Paman sudah memberikan kabar inj pada Ayahmu, dan dia setuju saat aku memberitakukan padanya, yah malah dia bilang akan datang saat pernikahan mu nanti." Lanjut Paman tidak memberiku kesempatan untuk bicara.
"Dia gadis yang sholiha Jo, paman harap kamu mau menerima perjodohan ini, seandainya paman bisa lebih cepat di percaya oleh Allah maka paman tidak akan memintamu untuk menikahi gadis ini." Lanjut paman lagi dengan wajah yang masam merasa sedih dengan takdir yang tidak memberikannya keturunan begitu ia menikah.
Bejo serba salah, dia meminta waktu untuk memikirkanya baik baik sebelum memutuskan, karena baginya pernikahan bukan hal yang boleh di anggap remeh dan main main, jadi sang paman memberikan waktu selama satu minggu setelah itu pernikahan akan di adakan.
("Wah sipaman belum tahu keputusan sang ponakan kok udah main laksanakan pernikah, kalau dia menolak bagimana?"
"Gak mungkin thor, kan kamu yang bakalan buat si Bejo mau nerima perhodohan ini."
"Eh, iya juga ding, hehehe."
"Masih muda jangan pikun Thor, tak gibeng tar kamu pakai gada Bimo."
"Duh serem, mending balik lagi ke topinya lah.")
***
Di kamar tiga orang gadis tengah duduk menunggu salah satu dari mereka bercerita tepatnya Maura lah yang mau bercerita.
"Aku kejebak di kamar Bunyai, dia minta di kerokin sama di pijitin, mengkesel gak tuh." Cerita Maura dengan bibir monyong lima senti.
"Astagfirullah Ra, bisa bisanya kamu kejebak sama si ratu penguasa, ck ck jadi kamu aku cari cara kabur tuh," sahut Nada dengan ekspresi tidak percayanya.
"Heh Bejo, lagian siapa yang bisa kabur dari Ratu penguasa." Maura menimpuk Nada dengan selimut di tangan nya.
"Hehe, makasih Ra, tahu aja kalau aku mau jadi nyonya Bejo," balas Nada yang terlihat girang mendapat panggilan Bejo dari Maura.
Maura dan Amel langsung menunjukkan ekspesi muntah mendengar apa yang Nada ucapkan.
"Ngimpi mu ketinggian Da." Amel menoyor pundak Nada.
"Terus kamu kok masih esmosi habis buang sampah?" tanya Amel yang penasaran.
"Gimana gak esmosi aku ketemu fampir di sana," uangkap Maura yang membuat kedua temanya itu kaget.
"Seriusan ada fampir, kamu ngehalu kali Ra?" tanya Nada yang tidak percaya dengan apa yang Maura ucapkan.
"Is seriusan, kamu coba pikir mana ada cowok yang bakalan lewat lorong situ kecuali fampir, kenapa fampir karean wajahnya tuh putih banget pucet persis yang si filem fampir."
"Penampilannya gimana?" tanya Amel yang semakin kepo.
"Aku gak ingat yang aku ingat cuma wajahnya yang putih pucat, matanya hitam pekat giginya putih bertaring, ihhh serwm pokoknya, aku aja sampai teriak keras supaya tuh fampir pecah telinganya."
"Aku gak percaya sama kamu Ra, jangan jadi tukang ngibul kamu." Amel memutar bola matanya jengah dengan cerita Maura yang di buat buat itu.
Sementara itu Nada yang mulai percaya dengan cerita Maura beringsut di belakang Amel, saat melirik Maura yang tersenyum pun Nada melempar bantal tepat di wajah Maura.
"Dasar tukang kibul kamu Ra, ih bikin parno aja." Kesal Nada.
"Lagian kamu Da, kenapa jadi orang penakut banget sih, cerita Maura aja kamu percayai, udah pasti di duania ini gak ada namanya fampir adanya iblis. hahaha." Amel dan Maura tertawa meliht wajah kesal Nada.
"Ssttt.. bisa gak kalian jangan beringsing, udah twngah malem nih, tudur napa. ganggu yang lagi ngimpi nih." tegir salah satu santri yang memang terbangun gegara mendengar tawa Maura, dan Amel.
mendapat teguran dari teman sekamar yang lagi tidur, mereka bertiga langsung bungkam karena merasa bersalah sudah mengganggu tidur santri lain.
"Ya sudah kita lanjut besok, dah malem tidur yuk." Amel langsung menyusup ke dalam selimutnya di susul oleh Maura dan juga Nada.
**
Siang ini Maura pulang dengan perut yang keroncongan pasalnya pagi tadi ia tidak sempat sarapan, karean nasi di dapur telah habis, jadinya Maura berangkat ke kampus tanpa sarapan, mana kuliahnya sampai siang pula, begitu sampai asrama ia langsung masuk kedalam dapur dan memperdanai semua masakan yang telah matang.
Mbok jah, yang sudah lama menjadi tukang masak di dapur asrama putri tersenyum melihat Maura mengambil nasi dan lauk dengan banyak.
mbok jah tahu jika santri satu ini paati tengah kelapan karena tadi pagi tidak kebagian nasi.
kehabisan nasi dan lauk, bisa saja terjadi tetapi tidak lah sering mungkin ini memang hari sial untuk Maura ridak dapat menyantap sarapan seperti biasanya.
"Weah lah dalah Maura, habis nguli kamu makan sebegitu banyaknya." Tanya Amel yang datang bersama Nada.
"Tau kan kalau aku memang kuli kuli kebersihan, puas kalian, huh, aku begini juga karena punya teman yang baik kayak kalian, yang membiarkan temannya kelaparan." Sindir Maura yang membuat Amel dan Nada saling pandang dengan wajah yang merasa bersalah.
karean sebenarnya Maura sudah nitip Nasi pada dua sahabat nya itu tapi malah tidak di ambilkan.
Maura pergi membawa makannya dengan dagu yang diangkat melewati dua temannya begitu saja.
"Huf, tersendir banget nih hati," ucap Nada setelah melihat kepergian Maura.
Puas dengan makan siangnya, Maura hendak pergi istirahat ke kamar, tapi sebelum itu ia mau mengambil jemuranbya terlebih dahulu di lantai empat.
saat melewati lantai dua, matanya tertusuk dengan banyaknya bungkus ciki berterbangan.
Semua penghuni kamar lantai dua langsung gelagapan mengetahui Maura tengah menatap dengan tajam sampah sampah tersebut.
"Aku gak akan kasih ampun jika setelah dari jemuran nih sampah masih enak enakan di mari," ucap Maura dengan nada dingin yang menusuk.
tidak ada yang berani menjawab perkataan Maura apa lagi melawan, Maura benar benar sensitif jika berhubungan dengan kebersihan.
setelah Maura naik, semua penghuni lantai Dua buru buru memberaihkan bungkus ciki tersebut hingga tidak ada satu pun yang tersisa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments