Pria yang usianya tidak renaja lagi ini tengah fokus dengan kitabnya selepas peninggalnya Ahmad sang teman.
Bejo atau Ustadz bejo sapaanya, sangat serius dengan kitab kuning yang ia pelajari.
"Yah ada hikmahnya juga aku di suruh pulang ke Indonesia dan di suruh menetap di pesantren ini sementara waktu, jika bukan paman yang meminta tolong mungkin aku tidak akan pernah lagi kembali ke sini," Gumam Bejo yang hanya bisa di dengaroleh dirinya sendiri karena hanya dirinya sendiri di dalam kamar itu.
Flas Back On.
"Bagaimana bisa paman malah menyuruhku datang ke situ, sementara aku disini banyak yang harus aku kerjakan Paman." Keluh Bejo yang tengah mendapat telpon dari sang paman, adik satu satunya sang Mama.
"Baiklah, aku akan kesana carikan aku istri yang cantik kalau sebagai gantinya." Canda Bejo yang di sambut tawa oleh sang Paman.
Ibu kandung bejo telah meninggal karena penyakit asma, asmanya kambuh saat rumahnya mengalami ke bakaran di jakarta, Bejo masih dalam usia sepuluh tahunan.
kemudian ia ikut sang paman yang ada saat itu baru saja menikah dan belum di karuniai anak, hingga usianya sembilan belas tahun, Ia pergi ke korea, ketempat sang ayah yang sudah pindah duluan setelah kepergian sang Ibu,
Bejo sempat di masuk kan ke pesantren saat di Indonesian, begitu lulus ia langsung kuliah di korea. dan menetap disana.
datang ke Indonesia karean permintaan sang paman yang sudah seperti ayah kandungnya sendiri, Sang paman menerima tawaran nengajar di sebuah fakultas di daerah Surabaya, Paman dan istrinya menetap di Surabaya sepeninggal Bejo, menemani sang kakek yang memang asli Surabaya.
banyaknya jadwal sang paman kuwalahan sehingga memiliki ide, menyuruh keponakan nya yang palng ganteng itu menggantikanya.
sang paman merasa tidak enak untuk melepas begitu saja tanggung jawab mengajar ngaji di pesantren Al Hikmah dimana ia menimba ilmu dulu, karena itu Sang paman mengalihkan tanggung jawabnya pada Bejo sekaligus Bejo bisa pindah ke Indonesia lagi.
tanpa sadar waktu sudah berjalan cepat, waktu Dhuhur sudah tiba tetapi masjid pesantren belum ada yang mengadzani.
dwngan hati tulus, hanya mengharap ridho Allah, Bejo melangkahkan kakinya menuju Masjid mengambil air wudhu kemudian mengumandangkan Adzan.
"Allahu Akbar Allahu Akbar... "
"Allahu Akbar Allahu Akbar... "
"Eh ini suara siapa, Masya Allah merdu sekali, dengernya." Maura yang memangenunggu suara adzan pun terkesima saat mendengarkan suara Bejo adzan.
"Eh, iya suara siapa nih, tumben enak banget, bianya cempreng tuh Adzan." Sahut Nada yang bangun dari tidurannya.
"Kamu udah wudhu Ra, tungguin ya, aku mau wudhu dulu, kita jamaah." Nada langsung melesat ke tempat wudhu.
sementara yang lainya masih pada molor siang, yah maklum hari libur waktunya hari bebas, tidak ada jadwal sehari penuh, kecuali habis magrib dan isya'.
Maura yang sudah siap mengenakan Mukena, duduk bersila di atas sajadahnya menunggu Nada selesai wudhu serta menikmati alunan Adzan yang sangat halus di telinganya.
"Jadi pengen bisa punya suami yang bersuara indah begini, di adzanin tiap hari kagak pernah nolak." Batin Maura mulai berkhayal.
setelah selesai adzan Maura melaksanakan shalat Dhuhur berjamaah bersama Nada, di ikuti oleh santri lainya yang juga ingin berjamaah.
"Paman gak kira suara mu tambah bagus, paman kira udah rusak tuh." Sang paman yang ikut jamaah di Masjid memuji suara Bejo.
"Paman, masak lupa aku kan juara satu lomba adzan tingakat dasr dulu. hehe." cengir Bejo yang memutar kenangan masa SDnya dulu.
"Iya iya, Paman ingat. Oh iya paman mau bicara nih agak serius, kerumah paman ya. nanti jam limaan."
"Ada apa Paman?" tanya Bejo penasaran.
"Udah datanga aja, ya." Tidak bisa menolak, Bejo menganggukkan kepalanya.
Di asrama putri Maura memejamkan mata nya begitu selesai denggan ibadah Dhuhur.
"Istirahat, tidur yang nyenyak supaya nanti bisa ikut ngaji, penasaran banget sama si ustadz Baru, seganteng apa dia." Batin Maura sebelum terlelap ke alam mimpi.
Cukup lama Maura tertidur hingga asyar pun hampir habis baru lah dia terbangun, sekitar dua jam lebih dia tertidur.
ia sampat menyemprot Nada dan Amel yang tidak mau membangunkan dirinya, sampai sekarang pun ia masih kesal pada dua teman nya itu.
"Jangan marah lagi, besok kita bangunin deh, lagian aku gak bangunin tuh karena lihat kamu pules banget, mungkin kecapekan jadinya aku dan Amel gak tega banguninnya." Bujuk Nada pada Maura agar tidak marah lagi.
"Hem, iya lagian siapa yang marah, aku gak marah ya cuma kesel aja, udah lah buruan wudhu nya, antri panjang noh di belakang."
"Iya iaya. sabar."
semua santri shalat magrib berjamaah, kemudian mereka mengaji al-Quran masing masing, dengan saling samak pada teman lainya.
begitu shalat isya' tiba semuanya langsung berhamburan ke musolla, untuk berjamaah.
Maura sampai tertabrak tabrak, karean banyak santri yang lari larian menuju musolla.
"Pada kesambet apa coba, semangat banget solatnya, biasanya aja nunggu di gedor gedor dulu baru berabgkat ke musholla," ucap Maura ngedumel sendiri.
"Ck, kamu nih Ra, lupa apa kalau habis ini ngajinya Ustadz Bejo, ya pastilah mereka semangat," balas Nada.
"Iya, merka kan kesambet ketampanan ustdaz Bejo jadinya begitoh." Sambung Amel.
Membuat Maura geleng geleng kepala.
"Dasar lebay." Maura menyebikkan bibirnya, lalu ia mengambil barisan paling belakang.
Usai sholat Isya'semua santri putri berbondong bondong tac up, mereka berdandan secantik mungkin demi bertemu sang idola.
asrama menjadi heboh karena hal itu, sementara itu Maura yang masih melanjutkan dhikirnya di datangi oleh sang empunya pesantren. Bunyai yang paling cantik seksi dan bahenol.
"Ikut saya ya, Maura, Saya mau minta tolong." Tuturnya halus sembari berjalan melewati Maura.
Bunyai yang masih muda, usianya baru menginjak tiga puluh tahun itu penampilanya masih seperti remaja, suaranya sangat halus, sikapnya pun terkadang masih seperti kanak kanak,
Ia bernama, Sofia, Nyai Sofia itulah panggilannya, istri ke dua Pakyai, setelah istri pertamanya meninggal dunia.
karean kecantikan dan kelemah lembutanya Pakyai mau menikahinya.
"Iya Nyai," jawab Maura kemudian melepas mukenanya lalu memakai hijabnya.
Seluruh santri putri sudah berada di aula pesantren dimana pengajian nya di laksanakan, sementara itu Maura malah tengah terjebak bersama Bunyai.
pukul sembilan tiga puluh menit pengajian kitab kuning telah usai, sementara Maura malah asyik berspa ria di kamar Bunyai.
sampai pukul sepuluh kurang seperampat, Mau ra keluar dengan menenteng sebuah tong sampah dari kamar Bunyai, dengan hati dongkol Maura berjalan bak raksasa yang menggemparkan bumi.
"Astagfirullah, Ra, kanap kamu jalan kayak gitu di hentak hentakin, kmu kemana aja sih, katanya mau ikut ngaji, lihat ustadz ganteng malah ngilang." Nada yang kebetulan lewat juga pun menegurnya.
"Awas minggir, aku mau buang sampah, gak lihat mata kamu," jawab Maura ketus. sementara itu Nada hanya menggeleng gelengkan kepalanya.
"Kenapa tuh anak, kayak orang kesurupan, di tanya baik baik malah, begitu," gerutu Nada yang kemudian masuk ke dalam kamar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Iskha Laci
flash back off nya kok ga ada kak
2022-11-15
0
manda_
lanjut
2022-10-07
0
Nunuy
semangat thor..dr awal q sdh tertarik bacax 💪💪
2022-10-04
0