Pagi hari di rumah Lisa
Seorang wanita berumur dengan kecantikan yang masih awet sedang memainkan remote televisi, duduk di sofa berbulu yang amat nyaman, dengan tekstur warna yang di sukai oleh kebanyakan perempuan merah muda.
Ditemani biskuit dan segelas susu yang terhidang di atas meja, ia tampak sedang menikmati suasana pagi itu. Suara burung yang berkicau dan kehangatan udara rumah yang ditembus cahaya mentari menjadi pelengkap.
Hingga jemarinya menekan tombol next, yang beralih ke channel CNN yang sedang meliput sebuah berita kasus pembunuhan.
"... kali ini pembunuhan yang menggegerkan media sosial telah terjadi di distrik Gangnam pada malam hari tadi, sepasang suami istri di temukan tewas dalam keadaan sangat menggenaskan, meninggalkan seorang putra yang berinisial S ...."
kenyamanan yang dirasakan pagi kini hancur setelah melihat channel yang menayangkan eksterior rumah kawan lama, yang masih sangat bersih ingatannya walau sudah berlalu 5 tahun setelah ia pindah dari sana.
"Ya Tuhan ... Xiao Yu."
Lisa yang sedang menyeduh teh berjalan mendekat ke sofa Bundanya, Lee ji Eun. "Pyaaar!!!" Gelas jatuh. Karena begitu kagetnya melihat wajah Sean yang berbeda dari biasanya seperti bengis dengan takdir yang menimpa. Sedang diwawancarai oleh salah satu reporter CNN.
"... Siapapun pelaku yang telah membunuh keluargaku akan aku balas seratus kali lipat ...."
( Suara Sean )
Lisa berlari kepelukan bundanya, yang langsung ia sadari putrinya ini pasti bersedih karena berita yang sedang di putar televisi kini. Ia pun mulai menenangkan pikiran putrinya.
"Lisa sudah, jangan bersedih." Mengusap lembut kepala putrinya.
"Tapi Bun ..." Geleng Lisa yang tidak bisa mengubah mindset dengan mudah begitu saja. Melihat musibah melanda pujaan hati.
"U ... umm."
Bunda Lisa menggerakkan jarinya seperti tidak memberikan kesempatan untuk bicara.
"Kita seharusnya bersyukur dengan Sean yang selamat, mari kita berikan panjat doa' pada almarhum Ayah dan Ibunya semoga bahagia di surga." Nasehat sang Bunda dengan senyum tipis.
Batinnya sama sekali tidak ingin putrinya bersedih. Dan di balik wajahnya itu sebenarnya dalam duka karena kehilangan sahabatnya yang telah melalui berbagai hal bersama di masa lalu.
"Hei lihat jam, hayo sebentar lagi terlambat loo," ujarnya mencairkan suasana.
"Baik Bun," angguk Lisa mengiyakan.
Beberapa saat kemudian
Lisa tengah duduk didalam mobilnya yang di kemudi oleh pelayan keluarga. Diterpa angin pagi yang menyejukkan menembus jendela mobil setengah terbuka.
"Eh nona kok bersedih? senyum dong masak anak muda nggak semangat masih pagi gini," hibur pelayan kepada nona mudanya yang sudah seperti kehabisan baterai. Di lihat dari kaca spion tengah.
"Udah setir aja yang bener ntar nabrak," murung Lisa tidak ingin diganggu.
"Baik nona." Pelayan merasa bersalah karena tersengal lidah oleh tuannya.
°°°
Berjalan di lorong sekolah ternama yang berdiri megah di pusat kota. Lisa sudah sampai di depan pintu kelas, hatinya berdegup berharap di balik pintu ini seperti biasa, yang mana Sean sudah duduk rapi di bangku dekat jendela. Tapi setelah di buka sosok itu hanya menjadi bayangan.
"Kemana kau Sean?" sepi rasa hati Lisa, tidak melihat sosok itu pergi sekolah.
ketika kelas berlangsung
Bu guru yang mengajar berdiri di depan kelas dengan pro menjelaskan bahan ajarnya, para murid memperhatikan dengan seksama agar mereka bisa memahami setiap ilmu yang diberikan oleh sang guru.
Seorang cewek berpita yang duduk di belakang bangku sebelah kanan Lisa yang berjarak tidak terlalu jauh, sudah lama memperhatikan Lisa seperti tidak biasa. Tanpak tidak ceria.
Cewek berpita itu memulai keusilan di tengah pembelajaran berlangsung, ia merobek sehelai kertas kemudian diisi dengan tulisannya, membuntalkan kertas itu dan melemparkannya ke arah Lisa tepat jatuh dipunggung.
Lisa pun tersentak dan menyadari pasti ini ulah sahabat jahilnya, Su Yuri. Karena ia sadari itu adalah pesan, Lisa mengambil kertas itu dan membukanya untuk dibaca.
"Hei Lisa, kamu kenapa? nanti pulang kita barengan oke, dear Yuri."
"Kriiiiiiing ...." bel berbunyi
Para siswa berhamburan keluar kelas sambil menyandang tas mereka. Di saat Lisa sedang merapikan tas dan buku-buku, Yuri pun menghampirinya.
"Cuy, kenapa?" sapa Yuri menyenggolkan lengannya ke bahu Lisa.
"Nothing ..." cuek Lisa yang langsung beranjak dari sana.
"Eeeeps ... hehe kita jadi barengan, kan." Yuri merangkul tangan sambil mengikuti langkah Lisa.
Tampak Alex lagi nongkrong di depan pintu kelas, seperti menunggu. Saat Lisa sudah didepan matanya ia langsung melompat mengambil kesempatan untuk perempuan yang selama ini ia incar.
"Hei ... wait, wait, wait." Alex menghalangi langkah Lisa.
"Oi ... minggir lho dari jalan kami," usir Yuri yang memang tidak suka dengan sikap sombong pria ini.
Alex merasa terganggu dengan adanya Yuri di samping Lisa, dan berkata, "keh, siapa lo beraninya kau seperti itu pada ...."
"Tuan muda ini, dah selesai, bacot mulu," potong Yuri yang sudah hafal dengan gaya bicara Alex setiap kalinya ia mengusir Alex dari Lisa.
"Kauuu!!!" tensi Alex langsung melonjak tinggi
dan hampir menampar Yuri, untung di tahan Lisa.
"Hei apa maksudmu Alex!" Lisa sangat marah ketika Alex mau menampar pipi Yuri.
"Kau tidak usah mengejar-ngejar Lisa lagi dia udah ada yang punya." Yuri angkat bicara supaya si Alex tidak mendekati Lisa.
"Haaa, maksudmu si cupu Sean itu, lihat dia sekarang udah jadi gelandangan, hahahaha apa yang kau suka darinya dia tidak pantas dengan wanita sepertimu, kalo begitu kenapa nggak kau puaskan saja tuan muda ini, dan kau tau aku nggak menyangka kok si Sean nggak mati aja, ya." Alex menyumpahi Sean, dan menghumbar lidah cabulnya kearah Lisa.
"Plaaaak." Suara tamparan. Lisa menampar wajah cabul itu karena sudah tidak tahan.
"Ayo Yuri kita pulang." Lisa menarik tangan Yuri untuk segera meninggalkan tempat itu.
"Bleeeek." Cibir Yuri kearah Alex yang kelihatan sudah marah sekali.
"Bren*se*. Tidak ada wanita yang tidak bisa aku dapatkan awas saja kau Lisa. Dan kau Yuri, tunggu balasan penghinaan ini." Alex mengucapkan itu dengan raut wajah penuh kebencian. Menggertakkan giginya dan membuat kepalan keras.
"Hei Lisa kita akan kemana habis ini?" Yuri bertanya karena tidak biasa mobil Lisa lewat kearah jalan ini saat pulang dari sekolah.
"Kita akan menjemput Bunda, dan menghadiri acara pemakaman keluarga Sean," jawab Lisa.
"Kau ikut?" Balik nanya.
"Iya dong, Sean kan teman aku juga." Yuri membalas dengan senyuman lebar.
"Ya sudah."
***
Air mata menggumpal, melihat dua peti mati itu diletakkan kedasar liang lahat, kantung mata sudah tidak kuasa menahan, akhirnya genangan itu tumpah mengaliri di garis pipi wajah.
Pemakaman telah diselenggarakan. Kerabat dekat dan jauh mampir kerumah Sean untuk memberikan bantuan, karena Sean terkenal dengan sifat baiknya banyak yang prihatin dengan nasib yang menimpa. Memberikan penghormatan ke tiga foto keluarganya yang sudah tiada itu, terpampang di ruangan khusus dengan bingkisan dan lingkaran bunga. Foto Yuning yang juga ikut dipajang di antara Ayah dan Ibu itu semua harap Sean memberikan doa' agar Yuning yang masih belum tau pasti statusnya bisa ditemukan.
Terlihat diantara orang-orang yang membesuk, Lisa, Yuri, Bibi Ji Eun dan perwakilan keluarganya dengan pakaian hitam masuk menghampiri Sean yang sedang duduk terpaku kesedihan.
"Nak Sean ... kami dari keluarga Yonguk turut berdukacita atas hal yang menimpa keluarga Go Shin(Ayah Sean)." Bunda Lisa menepuk bahu Sean, dan pergi memberi penghormatan bersama perwakilan keluarga. Sebagaimana tradisi Korea.
Tak lama kemudian Lisa dan Yuri kembali menghampiri Sean. "Sean aku minta maaf."
"Untuk apa? kamu sama sekali tidak melakukan kesalahan," ujar Sean yang tidak enak mendengar ucapan Lisa yang meminta maaf.
"Lisa, ayo kita pulang" Panggil Bunda Ji Eun dari luar.
"Sean yang sabar." Yuri memberi semangat.
Sean pun menghantar kepergian mereka. "Bibi terima kasih sudah mau bertamu ke rumah."
"Sean Ibumu adalah sahabatku tidak usah seperti orang jauh, kalo ada masalah jangan lupa hubungi saja Bibi, ya." Bunda Lisa mengeluarkan kertas nomor rumah untuk di simpan Sean.
Sean pun menerima itu dengan senang hati. "Terima kasih Bibi."
"Sean Aku pulang." pamit Lisa yang akan masuk kedalam mobil.
"Sampai jumpa." Hormat Sean kepada keluarga Yonguk hingga mereka pergi meninggalkan kediamannya.
°°°
Sean sudah larut dengan kehampaan, berkelumun dengan selimut sambil memutar kaset galeri keluarga di layar komputernya, terlihat di kamar itu foto-foto berserakan seperti kehidupan para no life.
Matanya sudah berkantung, puas dengan kesendirian, memainkan game hingga larut malam, terus seperti itu. Dan sama sekali tidak memikirkan kehidupan nyata. Dan juga ia telah lama absen kehadiran di sekolah, membuat Lisa khawatir.
Seminggu kemudian
Di saat keputusasaan mengrogoti jiwa dan trauma sosok Iblis yang dia lihat dari jari Jin. Tidak tau kenapa, dan atas motivasi apa dia pergi keatas sebuah atap gedung yang mati tiga tingkat di dekat rumahnya. Melihat Jutaan bintang di langit, untuk mendinginkan kepala, ia tiduran sambil berbicara sendiri.
"Tak ada perpisahan yang pasti, sampai jumpa kenangan indah itu, kenapa aku tidak bisa memecahkan mimpi buruk seperti ini?"
"Tring." Sesuatu seperti bintang jatuh berkilau melintas di langit yang ia lihat
"Apa itu???" penasaran ia pandang dengan seksama sampai berdiri tegap di atap, cahaya itu semakin lama semakin mendekat. Tiba-tiba cahaya violet itu berbelok arah dengan laju kecepatan suara menghantam masuk kedalam tubuh Sean.
"Oh tidak ... AAAAAGGGGH." Sakit derita terasa tubuhnya seperti terbakar.
Tidak diperkirakan pijakan kakinya saat itu ternyata rusak membuat badannya tergelincir.
"Jadi apakah aku mati hari ini?" gumam Sean yang mendapati dirinya melayang jatuh di udara.
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
Pitara Lusiana
hai, aku udah mampir dan like ya
2020-10-28
0
Sept September
malam Kakak 💕
2020-08-07
2
Sugianti Bisri
lamjuttt
2020-08-06
1