"Wiuuu ... Wiuuu ... Wiuuu ...."
Mobil polisi melaju di sepanjang jalan distrik Gangnam, membuat kebisingan di malam yang awalnya sepi. Menjadikan orang bertanya-tanya, apakah gerangan yang sedang terjadi?
Beberapa mobil itu parkir di jalan perumahan rumah Sean, bergabung dalam satuan squadron para penegak hukum mengidentifikasi semua hal yang menuju opini mencurigakan.
"Do not cross this is police line" garis polisi telah terpasang sepanjang rumah, ketika pintu itu dibuka nampaklah oleh mereka Sean yang sedang membisu memeluk kedua orang tuanya dengan lumuran darah yang mengalir kemana-mana di ruangan itu.
Bau darah semakin amis, beberapa polisi menutup hidungnya dan bahkan segera memasang masker. Tiba-tiba barisan kelompok polisi ini membuka sebuah jalan khusus untuk seorang pria berkumis dengan alis tebal, memiliki julukan Kapten Gangnam dia biasa di panggil Pak Lee.
"Um ... sungguh mengerikan," ucapnya dengan suara berat khas seorang Pak Lee.
"Bae Suzy, urus anak ini untukku." Panggil Pak Lee kepada bawahannya yang seorang polisi wanita.
"Siap kapten."
Suzy menghampiri Sean yang terduduk pucat, menyelimutinya pakai jaket kulit dengan iba ia mengusap kepalanya seperti usapan seorang kakak.
"Ayo ikut kakak." Suzy mengangkat tangan kanannya Sean untuk mengajaknya keluar rumah terlebih dahulu.
Sean seperti robot mengikuti Suzy yang mengarahkan langkahnya menuju pintu masuk. Setelah mereka berdua tiba di mobil, Suzy menyuguhkannya secangkir kopi panas untuk menenangkan diri.
Pak Lee mengecek semua lantai rumah yang rusak seperti habis terjadi pertarungan, perabot yang rusak dan bukti-bukti lainnya ia teliti dengan seksama.
Ketika matanya fokus pada luka yang terdapat pada jasad ia pun menyadari bahwasanya itu bukanlah pekerjaan manusia, bagaimana mungkin bisa koyak tercabik?
"Sayang seribu sayang, apa yang mengakibatkan bencana ini bisa terjadi di kotaku?" tutur Pak Lee sambil mengusap dagu.
"Jony, hubungi pemerintah pusat." Pak Lee memberikan kunci mobilnya kepada Jony salah satu orang kepercayaannya untuk mencoba menghubungi orang pusat dengan alat khusus yang tersimpan didalam mobilnya.
"Siap Pak."
*
Tidak lama kemudian diluar sebuah mobil Ferrari merah menghampiri rumah Sean, keluar dari balik pintu mobil itu sosok pria hendsome menyimbak jas hitam serta mengenakan kacamata layaknya detektif profesional yang jenius, disanding asistennya yang cantik memakai reben hitam.
Mereka dikenal sebagai duo perfect salah satu agen pemerintah pusat yang khusus menyelidiki hal yang berbau abnormal insiden. Mereka adalah Jin dan Ayana.
"Ayana, apa yang kau lihat?" tanya Jin tengah memperhatikan rumah.
"Eksistensi beberapa lalu yang muncul disini terlalu kuat Jin, kita harus berhati-hati." Ayana memperingati Jin agar tidak melakukan sesuatu yang membahayakan.
"Kalau begitu kita masuk kedalam."
Jin dan Ayana pun menghampiri Pak Lee yang sedang termenung duduk di kursi rusak,
menopang kepalanya dengan menatap luka jasad begitu lama sambil menunggu sesuatu.
"Sudah lama tidak berjumpa Pak Lee." Jin manyapa Pak Lee.
Pak Lee yang menyadarinya, ia memberi hormat pada tokoh terkenal ini, karena pencapaian dan hasil kontribusi besar pada negara karena telah menguak tabir tragedi "pembantaian 30mei" tahun lalu
"Formal saja Pak, anda tidak usah seperti itu kepada saya." Jin merendah setelah melihat Pak Lee yang menunduk padanya.
"Terima kasih sudah datang, dan saya sangat senang anda yang ditugaskan kesini."
"Tadi saya dan Ayana juga kebetulan berada di Gangnam jadi tidak terlalu jauh," jelas Jin pada Pak Lee agar lebih bersikap santai.
"Silahkan di lihat saudara Jin." Pak Lee menunjukkan jasad pada Jin dan Ayana agar mereka bisa menyelesaikan masalah ini secepatnya.
Jin langsung bertindak setelah melihat jasad yang terbujur pucat yang ada didekatnya. Ia meletakkan tangannya kekepala Ayah Sean. Seperti menerawang tiba-tiba tubuhnya terpental hingga tersandar didinding.
"Jin apa yang terjadi?" khawatir Ayana memapah tubuhnya.
Mulut Jin sontak memuntahkan darah, ia menatap serius Pak Lee kemudian berkata. "Pak Lee sebaiknya kasus ini anda tutup, biar para elit tentara pemerintah pusat yang menyelesaikannya."
"Jika seperti itu bagaimana dengan perasaan anak yang selamat?" sanggah Pak Lee yang memberi tahu tentang perihal anak malang itu.
"Kita coba yakinkan dia, ini bukanlah soal pembunuhan biasa yang kita selesaikan dengan mudah."
Jam tangan Pak Lee telah menunjukkan 23.00 pm lokasi sudah di bersihkan, Jasad kedua orang tuanya Sean juga telah meluncur ke rumah sakit untuk mendapatkan hasil autopsi dan penanganan dokter yang lebih untuk pemakaman nanti.
Para polisi sudah mulai pergi satu persatu, dan kakak Suzy yang menemani Sean juga sudah berpamitan.
Ketika Sean akan memasuki rumahnya, ia berpapasan dengan Pak Lee, Jin dan Ayana. Sean langsung memberi hormat kepada
mereka kemudian lekas bertanya, "Pak, apakah pembunuh orang tuaku sudah ditemukan?"
Melihat Sean begitu antusias bertanya, Kapten Gangnam merasa sangat bersalah ia menundukkan kepalanya kepada Sean dengan penuh merasa kecewa terhadap dirinya karena tidak bisa menuntaskan masalah ini.
"Aku benar-benar minta maaf padamu Sean, kita akan menutup masalah ini dan menyerahkan laporannya kepemerintahan pusat."
Mendengar pernyataan dari Pak Lee, Sean sangat tidak rela, bagaimana mungkin pembunuhan ini diabaikan begitu saja.
"Apa maksudnya Pak? mengabaikan, bukankah sebuah kasus harus diselesaikan secara tuntas dan menangkap pembunuhnya," sindir Sean kepada Pak Lee.
Ayana yang melihat Sean seperti itu angkat bicara dengan harap Sean mengerti. "Sean khasus ini bukannya di abaikan tapi kita antisipasi, karena ada orang yang tidak boleh kita singgung di dunia ini, jika tidak musibah yang lebih sadis akan menimpa orang yang tidak bersalah."
"Haa, ada orang yang tidak boleh disinggung? kau bercanda, sialan dengan semua ini." Sean memegang krah baju Ayana dan mulai menggila, kenapa tidak? Batinnya sudah kacau mendapati kedua orang tuanya yang mati begitu saja, dan kehilangan Yuning. Lantas mereka berkata kasus ini harus di tutup karena ada golongan yang tidak boleh di singgung. Penjahat tetaplah penjahat.
"Kampret!!!" Jin memegang leher Sean yang tidak terkendali dan dengan mudah ia angkat.
Dan juga pemicunya mungkin karena Sean berani menyentuh Ayana.
"Kau mau apa bocah, apa yang bisa kau lakukan? jangan jadi keras kepala seperti ini, lemah."
Sean yang sudah dibekukan, sudah mulai sesak nafas karena leher yang diangkat mudah oleh Jin. Jin yang masih berhati nurani dengan perlahan melepas genggamannya membuat Sean terjatuh ke tanah.
"Uhuk ... uhuk ..." batuk, Sean mengambil nafas setelah tersendak begitu keras ketika dia berbicara. Hingga bekas jejak tangan Jin membekas di lehernya.
"Ku ulangi sekali lagi bocah, ada di dunia ini makhluk dan manusia yang memiliki kemampuan berada di luar nalar imajinasi orang awam bodoh sepertimu, kau ingin melihat sosok pembunuh itu, kan baiklah aku kabulkan keinginanmu." Jin memperlihatkan jari telunjuknya yang bisa memancarkan cahaya biru berkilau di malam itu, jongkok mendekati Sean yang duduk ditanah. Ia meletakkan jari itu kekeningnya Sean.
"A ... a ... a ..." Sean ketakutan dengan apa yang dilihatnya ketika Jin menggunakan kemampuannya yang bisa menstranfer ingatan.
Yang ia lihat itu adalah sosok monster seperti malaikat maut yang penuh dengan aura kematian, membuat jantungnya memompa cepat. Matanya memerah mundur menjauhi jari Jin, seperti orang yang lagi kesetanan.
"Maafkan aku, sungguh aku telah berbuat salah," peluh keringat dingin Sean tidak kuasa melihat apa yang diperlihatkan oleh Jin.
Akhirnya Sean mulai mengerti maksud mereka, sungguh ironis. Setelah melihat Sean paham dengan situasinya mereka beranjak meninggalkan Sean melangkah ke arah mobil terparkir di depan.
"Oi ... kalau kau memang mau membalas dendam sebaiknya jadilah kuat dulu ... jika ada sesuatu ini kartuku," melempar kartu pengenal Jin pergi dengan tatapan dingin.
Tinggallah Sean sendirian terpaku menatap bulan, jiwanya tengah digerogoti putus asa.
Melihat bayangan Ayah dan Ibunya di langit perlahan memudar lenyap. Yuning yang tidak ada status bisa dikonfirmasi oleh opininya kalau tidak tersiksa kini pasti sudah di makan monster itu.
Masih teringat olehnya hal yang terjadi tadi pagi, dimana wajah gembira mereka saat itu? Kini sudah hilang bagai kenangan pasir terhapus ombak.
"Kekuasaan benar-benar menentukan segalanya, karena kau yang lemah hanya bisa menerima takdir."
"Aku benar-benar tidak percaya menyaksikan sesuatu yang tidak aku mengerti hari ini."
Sean masih terbuai dalam pikirannya yang masih belum percaya dengan fakta bahwa dunia ini ada makhluk dan kemampuan seperti yang telah di buktikan Jin.
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
senja
si adeknya gimana?
2020-09-06
1
Lintang Lia Taufik
jejak
2020-08-06
1
Sept September
siang Kaka kkk aku mampir yaaaa 😂
2020-08-06
1