"Dasar Sampah!"
Tampak mereka para siswa berandalan sedang berkerumun di tempat yang jauh dari keramaian, tengah asyik mengeroyok seorang remaja yang sedang tersungkur lemah.
Bermodalkan tangan yang kurus ia menahan sekuat tenaga, sakit yang diderita seakan tulang penyangga tangan itu akan patah, walau seperti itu, dia tidak mengeluh dan terus larut dalam diam.
"Katakan padaku Sean, kau tidak akan pernah mendekati Lisa lagi," ucap pemuda berambut mohawk menatap sinis ke arahnya, lagak seperti seorang bos. Namanya Alex young putra CEO kaya di kota Seoul.
"Apa urusanmu?" jawab Sean menantang.
"Keh, beraninya kau menyela tuan muda ini? Angkat dia!! jangan lepaskan!" perintahnya menggerakkan dua anggota siswa SMA berbadan besar yang ada di sana.
"Buk! Buk! Buk!" suara pukulan beruntun.
Wajahnya pun penuh luka dan darah, terjatuh ke tanah dengan lemas, ia berusaha untuk bangkit kembali. Tapi kepalanya tertindih sepatu sneakers mahal dari Alex menghentikan langkah Sean.
"Jika kamu berani mendekatinya sekali lagi lihat saja nanti, kau tau ayahmu? dia hanya pembisnis kecil." Ancam Alex sambil mendorongkan kaki yang menindih kepala Sean.
Mendengar Alex akan mengancam Ayahnya, Sean sangat terpukul, dan hatinya penuh dengan perasaan khawatir. Mengingat kekuasaan otoritas perusahaan keluarga Alex yang begitu besar.
"Ayo, buang-buang waktu saja kita disini!" ayun tangan Alex meninggalkan Sean yang terkapar sambil tertawa mengisi gang sepi itu.
Dengan wajah madesu Sean pulang tergopoh-gopoh kerumahnya, seragam yang ia pakai juga sudah koyak, tidak tau bagaimana cara menjelaskannya pada Ibu.
"Klak ..." suara pintu rumah dibuka.
Muncul Sean dari balik pintu itu mengendap-endap berusaha masuk kedalam kamarnya yang tidak jauh dari pintu masuk.
"Kakak!!" suara manis melentang mengejutkan Sean yang lagi waspada. Tampak adik kecilnya dengan rambut berkepang dua berdiri dekat televisi.
"Sssttttt."
Tindak Sean menginginkan adiknya untuk tidak bersuara, takut ketahuan Ibunya. Sang Adik yang lugu karena masih sangat dini meniru kakaknya.
"Sssttttt."
Sambil tertawa dedek kecil membuat suara bising di rumah. Sean yang melihat tingkah adiknya hanya bisa pasrah menerima keadaan.
Mendengar ada suara kegaduhan di ruang tamu, Ibu Sean yang tengah memasak dengan tersenyum peka sudah mengira pasti putranya telah pulang, ia langsung mengangkat masakannya dalam sajian hidangan makan malam.
Di saat keluar dari bilik dapur Sang Ibu terkejut melihat keadaan putranya yang tampak hancur hingga bawaannya terjatuh berserakan di lantai.
"Ibu."
"Sean!!! Kenapa kamu seperti ini nak." Penuh kekhawatiran Ibu Sean yang memiliki sifat penyayang meneteskan air mata.
"Itu ... aku jatuh tadi, ya jatuh dari sepeda Hyun," bohong Sean karena terpaksa tidak ingin melihat ibunya larut dalam kesedihan.
"Jujur pada Ibu!" bentak Ibu Sean.
Sang Ibu marah karena tidak ingin anaknya menjadi orang yang suka berbohong, ia mendatangi Sean memaksanya untuk buka baju.
"Ya tuhan ..." syok Ibu Sean melihat memar di sekujur putranya. Hampir membuat dirinya pingsan.
Spontan Sean memapah Ibunya agar tidak jatuh. Membawanya ke kursi untuk duduk tenang dan mengambil segelas air untuk Ibundanya.
"Maafkan Sean Ibu." Sujud Sean spontan ke kaki Ibunya.
"Ibu tidak marah, nak coba jujur pada Ibu, ceritakan semuanya." Pinta Sang ibu mengelus rambut Sean.
Sean yang tidak bisa menyembunyikan apapun dari Ibundanya, terpaksa mengatakan segalanya.
Sesaat kemudian Sang Ibu telah mengerti inti permasalahan putranya. Pergolakan masa muda, memperebutkan bunga sekolah yang sedang naik daun sebagai Artist wanita populer akhir-akhir ini.
Sedikit menghilangkan rasa khawatir setelah Sean menceritakan semuanya, Ibu Sean yang ahli dalam pengobatan China, dan dia memanglah wanita dari negeri tirai bambu bermarga Xiao, Xiao Yu. Segera mengobati luka Sean dengan penuh kasih sayang.
Malamnya Sean merintih kesakitan, sang adik yang iba pada kakaknya, menemani malam panjang Sean, Yuning imut memainkan rambutnya sambil tiduran bersama di kamar dengan paras lucu, Hingga tertidur lelap memeluk kakaknya.
Ayah Sean yang baru pulang malam itu basah kehujanan, disambut Istri tercinta membawa handuk dan pakaian ganti.
Wajah Ayah Sean saat itu berada pada kesedihan mendalam, mendapati dirinya telah di jebak orang dengan kerugian puluhan milyar, sehingga saham perusahaan kecil miliknya hancur.
"Ada apa Suamiku?" peluk kasih istri melihat suaminya tengah terduduk kaku di sofa perapian.
"Tidak ada." Jawab Ayah Sean berusaha bermuka tegar tidak ingin melihat kelemahan pada istrinya.
"Hummm, Ayah anak sama saja, ya. Selalu ingin menanggung beban sendirian," tembak Ibu Sean membongkar gundah suaminya.
Dan terjadi begitu saja, seperti Sean tadi si Ayah akhirnya takhluk pada Istri kemudian menangis curhat tentang masalah yang ia hadapi malam itu.
Sean yang terbangun tepat waktu diam-diam menguping dari balik pintu kamar mendengarkan semua hal yang menimpa Ayah. Dan langsung paham itu pasti perbuatan keluarganya si Alex.
Sean sangat merasa bersalah hingga dia menangis ke kamar kecil yang ada dikamar tidurnya. Sehingga tidak mendengar percakapan lanjutan.
"Suamiku, kalau begitu bagaimana aku sarankan kita kembali ke China, ke keluargaku bagaimana?" saran Ibu Sean setelah menyikapi permasalahan yang menimpa keluarga kecilnya di Korea ini.
"Aku tidak ingin menyusahkan Ayah Xiao." jawab Ayah Sean sambil memegang tangan istrinya.
"Bukankah kamu tidak tahu pandangan keluargaku padamu? Kamu adalah pahlawan yang menyelamatkan hidupku, dan kamu jugalah yang di akui Ayah karena kehebatanmu, percayalah," yakin sang Istri kepada suaminya sambil memeluk erat, menghilangkan rasa tidak nyaman yang ada pada dada Ayah Sean.
"Baiklah kita akan mengurusnya besok."
*
Pagi harinya sunday, Sean terbangun oleh kaki adiknya yang bertengger di puncak hidung, perlahan ia angkat dan memperbaiki posisi tidur adik kecilnya yang aneh.
"Hyun!" pegang tangan si adik karena telah bangun dari tidurnya.
Mereka berdua lekas ke kamar mandi bersama, menggosok gigi bersama hingga sang kakak memandikan adik kesayangan.
Penuh dengan semangat baru, mereka pagi-pagi sudah berpakaian rapi duduk di meja makan.
"Ini sereal untuk Yuning, dan ini Sarapan untuk Sean," sambut pagi Ibu.
"Sean, Ibu dan Ayah akan pergi mengurus sesuatu, kamu jaga rumah ya," ucap ibu memberi amanah.
"Baik ibu." (meneruskan makan)
"Yuning ikut, Yuning ikut," rengek Yuning ingin pergi bersama Ayah dan Ibunya.
"Bagaimana sayang?" tanya Ibu kepada Ayah sambil merapikan dasi.
"Tentu, tidak masalah."
"Horeeee" Lonjak semangat Yuning mendengar Ayah memperbolehkannya pergi.
"Baiklah, kami berangkat dulu ya Sean," pamit perpisahan Ibu dari mobil.
"Kakak aku pergi dulu, ya." Suara Yuning yang riang seperti biasa.
"Nak, jangan ngalah sama masalah perempuan," pancing candaan pagi Ayah Sean sebelum berangkat.
"Siyaaap." Beri jempol.
"Apa yang kamu ajarkan pada anak kita!!!" cubit Ibu.
"Aduh, aduh maaf."
Melihat Ayah dan Ibu bercanda di mobil seperti itu Sean tampak sangat bahagia serasa permasalahan kemarin hilang begitu saja dan beban yang di pendam juga ikut lenyap.
"Tintin."
Klakson mobil mengucap salam kepada Sean, melaju beranjak pergi meninggalkan Sean yang sedang melambai kan tangan di depan pintu. Masih terlihat wajah adiknya di kaca belakang mobil itu yang juga membalas lambaian tangan Sean.
Tiba-tiba Sean berlari ke dalam rumah dan membongkar semua pakaiannya, memilah baju mana yang keren. Raut wajahnya seperti akan menghadapi suatu yang istimewa baginya.
Merapikan rambut dan terlelap dalam bergaya di depan cermin. Sekarang tujuannya adalah taman Namsan salah satu objek wisata terkenal di Korea.
A few moments leter
Akhirnya dia turun dari bus yang ia tumpangi di halte taman Namsan. Lekas pergi ke dalam taman, ling-lung mencari sesuatu. Hingga dia merasa putus asa terduduk di tepi air mancur. Sambil bertanya-tanya apakah orang yang ia cari akan datang? Karena orang ini juga merupakan sosok spesial baginya.
"Sean," panggil seseorang yang suaranya terdengar sangat merdu.
"Li ... Lisa!" betapa terkejutnya ia melihat sosok kecantikan yang menghampirinya sambil senyum malu yang menawan.
Kecanggungan di antara mereka menegangkan suasana, diantara mereka ada yang ingin memulai percakapan tapi ragu-ragu.
"Kemana ...."( serentak )
Sean pun langsung angkat bicara. "Kamu saja duluan."
Lisa yang melihat pipi kanan Sean yang memar membuatnya prihatin, ia pun membuka tas dan mengeluarkan plester bergambar Hello Kitty, menempelnya dengan hati-hati, dan Sean berusaha tak kuasa untuk bernafas karena hal ini membuat hatinya meleleh.
"Terima kasih."
Wah, semi bunga sakura mewarnai hari indah itu, di tengah taman Namsan mereka bertemu. Disaksikan oleh bunga-bunga yang indah mengelilingi mereka.
Akankah cinta diantara mereka abadi? Atau akan terputus oleh dinding tebal yang memisahkan mereka. Sehingga cinta ini tidak akan lama bertahan.
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
[ Azuya ]
gw udh gak enak nih sama yg namanya Lisa
2021-08-27
1
Heriyan
bagus benar kk cerita nya
2020-12-29
0
🌀KAGAMI_SHIRO🌀
baru pertama kali gw baca novel yg bikin gw suka jarang jarang Lo gw suka sama novel. kreatif banget sampai bisa membuat imajinasi tentang novelnya dipikiran gw.
semangat terus Thor gw suka novel Lo jangan pernah nyerah bikin novel nya Thor
2020-10-09
2