Semilir sepoi menggugurkan sehelai daun sakura, membuat daun itu berpetualang di jalur udara, hinggap di atas rambut cantik bidadari yang sedang tersenyum.
Sean mendekat menggerakkan tangan ke
arah Lisa, jarak wajah mereka begitu berdekatan, sehingga membuat mata Lisa terpejam dengan pipi merah merona.
"Rambutmu seperti bunga sakura," kata Sean saat ia mengutip sehelai daun sakura tipis yang hinggap pada rambut lurus indah Lisa.
"Tring." Sean memperlihatkan daun sakura itu, seperti pesulap handal.
Lisa membuka mata dengan perasaan kecewa, seperti dipermainkan oleh Sean karena dia berharap apakah tadi adalah sebuah ciuman pertamanya.
"Ngawur ah." Lisa mendorong Sean karena kesal.
"Sekarang kamu adalah Hello Kitty ku oke," klaim Lisa sambil menarik tangan Sean, mengajaknya untuk pergi ke suatu tempat.
"Apa?"
Maka mulailah petualangan mereka berdua mengelilingi taman Namsan. Berfoto bersama, makan bersama, dan meninggalkan impresi kenangan indah diantara mereka berdua.
Langit tidak terasa sudah mulai gelap dengan fenomena sunrise di ujung ufuk barat kota Seoul, mereka berdua bergandengan mengarah ke Tower Seoul, terdapat disana ribuan gembok terkunci dibawahnya.
Gembok tersebut dinamakan gembok cinta, yang mana ini merupakan salah satu destinasi populer zaman sekarang bagi dua insan yang lagi di mabok cinta.
Konon pasangan yang "menggembok" namanya dan pasangannya pada pagar besi ini akan menjadikan cintanya abadi langgeng tak terpisahkan. Lisa tampak merangkul erat Sean ke arah sana dengan wajah bahagia.
"Hei Sean lihat ini. Tara," suprise Lisa, sebuah gembok dan kunci yang berbentuk hati tertulis di sana nama mereka berdua.
"Aku tidak menyangka, kamu telah mempersiapkan ini semua." Berdecak kagum Sean kepada kekasihnya, sekaligus teman masa kecilnya ini Refrain.
Yang dulu pernah tinggal bersebelahan sampai mereka kelas empat SD, karena sebuah insiden yang terjadi di rumah Lisa, Lisa dan keluarganya terpaksa harus pindah.
Hingga pada akhirnya mereka dipertemukan lagi oleh waktu ketika memasuki High School Arts Seoul.
"Mmmm ... lihat, ini gembok cinta kita, semoga cinta kita menjadi cinta yang abadi," elus Lisa pada gembok yang telah mereka kunci di pagar besi itu.
"Lisa, aku akan melempar kuncinya, sehingga tidak ada yang akan bisa membuka gembok ini," tarik panjang tangan Sean tersenyum kepada lisa, mengambil ancang-ancang dan kemudian ia lemparkan sekuat tenaga.
Kunci itu telah terlempar jauh, yang kian menghilang dari pandangan mereka. Apa saja yang mengoyak harapan mereka semoga terlempar seperti itu.
Tertulis di papan dekat dinding besi penggembokan cinta yang mereka lewati:
"Gembok cinta melambangkan komitmen dan cinta antara dua orang. Sedangkan kursi hati membantu kedua orang yang malu-malu jatuh cinta, karena bentuknya yang berbentuk hati. cobalah untuk duduk bersama di kursi hati, akan mendekatkan kalian berdua."
Malam berbintang enak dipandang, melihat kebawahnya pun juga takjub dengan riasan kemegahan kota Seoul yang jelas dari Bukit ini.
Terlihat Sean dan Lisa sedang duduk bersama di kursi berbentuk hati yang menghadap ke kota Seoul. Tapi mereka masih malu-malu duduk dengan jarak yang agak berjauhan. Sungguh situasi yang lucu.
"Uhum, Sean apakah kamu tidak akan pernah meninggalkan aku?" tanya Lisa memulai percakapan mereka.
Mendengar hal itu Sean sungguh terkejut, ia pun berdiri dan berlari ke arah pagar pembatas itu, yang berada di hadapan mereka. Pembatas keamanan dari jurang.
Dia meletakkan kedua tangannya ke mulut seperti membuat pengeras suara untuk teriakannya.
"Saya Sean berjanji! untuk kehormatan nama keluargaku tidak akan pernah meninggalkan seseorang yang bernama Lisa, dia adalah orang yang kucintai," teriak keras Sean menggema di perbukitan Namsan.
Melihat aksi Sean yang anarkis, Dilihat banyak orang yang juga menikmati malam di Namsan itu, Lisa sangat malu ia menarik tangan Sean kembali ke kursi.
"Sean, apa yang kau lakukan?" bisik pelan Lisa yang tidak tahan dengan pandangan orang yang melihat mereka berdua.
"Hehehe, kalo gitu janji jari kelingking," ucap Sean kepada Lisa menghapus perasaan cemas.
"Umm, oke janji jari kelingking."
Kelingking mereka terikat janji di bawah renungan bulan pada malam itu, janji tetaplah janji. Apakah janji itu untuk diingkari atau mereka menjaganya hingga akhir hayat.
"Bye bye." Lisa melambai dari lantai dua rumahnya kebawah.
Disebrang jalan itu, Sean membalas lambaian tangan dari Lisa, sampai seekor anjing peliharaan rumah keluar menyalak dan mengagetkan Sean yang tengah memandangi kekasihnya dari kejauhan.
"Gawat." Sean yang punya phobia sama anjing, greget lari ketakutan. Berteriak sepanjang jalan dengan wajah pucat.
Mungkin karena anjing yang di pelihara dirumah Lisa ini yang juga membuat Sean enggan mampir menyapa mertua.
"Hahaha, Hello Kitty takut banget ya sama anjing, parah." Gelak tawa Lisa melihat tingkah Sean yang Phobia sekali kalo liat anjing.
*
Sesampainya di rumah Sean mendapati keadaan yang membingungkan, rumahnya gelap, seperti kosong. Padahal mobil Ayah sedang terparkir di luar.
"Kenapa rumahku lampunya mati? Tidak seperti biasanya."
Menjawab rasa penasarannya Sean mencoba masuk ke dalam rumah, kunci pintunya sudah di putar, tapi kenapa pintunya masih tidak mau terbuka? Sean langsung mengambil kesimpulan pintunya pasti terkunci dari dalam.
"Ayah, Ibu, Yuning apa kalian didalam?" ketok pintu Sean berulang kali, sebanyak yang ia coba sampai tenggorokannya kering.
"IBU! AYAH, Yuning!!!" goncang kerasnya pada ganggang pintu, tapi masih tidak ada respon dari dalam.
"Brak ... brak," suara dobrakan pintu oleh Sean dengan keras.
Sekuat tenaga ia kerahkan pada percobaan ketiga, berharap pintu ini terbuka. Cemas yang ia rasakan saat itu sangat tidak terkira. Berharap keluarganya baik-baik saja.
"Buaar ..." suara pintu terhempas dengan tendangan keras.
Segalanya telah berubah
Matanya terbelalak, air yang terkandung didalamnya meluap-luap membanjiri wajahnya, giginya menggertak karena jiwanya sedang terombang-ambing.
"AAAAAGGGGH ..." luap amarahnya mengakar di benak kepalanya, seakan-akan hampir copot. Tidak terima dengan kenyataan, logikanya kacau, membenturkan kepalanya dengan keras ke lantai, penuh dengan merasa bersalah.
"Seandainya aku tidak meninggalkan rumah, seandainya aku bermain game saja dirumah,
seandainya aku menjalankan amanah kata ibu saja untuk hari ini, Apakah hal ini tidak akan terjadi?"
Darah itu terburai muncrat kemana-mana, dua tubuh manusia yang paling dia cintai di dunia terkoyak, dengan keadaan terbujur mati. Tidak kuasa untuk dilihat. Karena dia sangat berharap ini hanyalah sebuah mimpi.
"Ayah .... Ibu ....." Isak tangis Sean memeluk kedua raga itu.
"Yuning?" sadar Sean, setelah ia mendapati disana tidak ada Yuning.
Berlarian ia kesana-kemari berteriak seperti orang gila, membuka apa saja yang mungkin bisa menjadi tempat persembunyian yang aman untuk badan yang kecil.
"Yuning! Dimana kau ...."
Berulang kali dia berteriak kesetanan, mengobrak-abrik segalanya yang ada dirumah.
Hingga dia mencurigai meja dapur lebar Ibu, yang digunakan untuk menyimpan persediaan untuk di masak. Spontan dia berlari dengan cepat ke bilik dapur.
Membuka meja itu, dilihatnya tumpukan rempah, sayuran dan berbagai macam persediaan makanan. Tanpa basa-basi Sean mengeluarkan semuanya dengan amukan, berharap adiknya tersimpan dibalik ini.
"Hah .... Hah ... Hah ..." sesak nafas Sean.
Matanya makin merah padam, tidak menemukannya, pucat bibir penuh dengan trauma tak terasa lidahnya berdarah karena tergigit.
"Polisi , aku harus memanggil polisi," ucapnya karena tidak ada lagi hal yang bisa dilakukan.
"Ya tuhan kenapa hal ini bisa terjadi menimpa keluargaku? Aku berharap ini hanyalah mimpi yang bisa dilupakan begitu saja"
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
Ezaa W
untung ini hanya novel kalau tidak arrrrrgggggghhhhh hatiku hancur
2020-11-24
1
Lintang Lia Taufik
semangat
2020-08-06
2
Sept September
jempollll lagi
2020-08-05
1