KELUARGA SANJAYA YANG EGOIS

Maya mengatakan hal tersebut dengan suara nyaring dan perkataannya itu membuat gaduh kembali kelas IPA tiga.

"Sudah, sudah sebaiknya kalian segera belajar, sebentar lagi ujian dan bapak mau semua kelas IPA tiga bisa lulus dengan nilai terbaik, apa kalian mengerti!"

Pak Joko sang kepala sekolah mengatakan hal tersebut dengan nada yang tegas kepada semua siswa dan siswi kesayangannya.

"Mengerti pak Joko."

Dan jawaban serentak pak Joko dapatkan dari semua siswa dan siswi kelas IPA tiga.

"Baiklah pak Adrian selamat mengajar, jika pak Adrian butuh bantuan, bapak bisa langsung menghubungi saya."

Pak Joko mengatakan hal tersebut sambil menjabat tangan Adrian.

"Terima kasih pak Joko atas setiap bantuannya."

Dan setelah mengatakan hal tersebut pak Joko segera keluar dari dalam ruangan.

"Baiklah anak - anak, kita akan mulai pelajaran hari ini, bapak akan memberikan pekerjaan rumah untuk kalian bawa pulang nanti."

Dan seketika itu juga semua siswa dan siswi di dalam ruangan langsung mengeluh ketika Adrian akan memberikan mereka pekerjaan rumah.

Hanya ada satu siswi yang sejak tadi duduk dengan tenang serta menyiapkan semua buku - buku yang di perlukan.

"Pak Adrian, kalau mau memberikan tugas yang banyak, berikan saja kepada Kiara."

Satu orang siswa mengatakan hal tersebut sambil menunjukkan jari telunjuknya ke arah Kiara.

"Kiara adalah siswi paling jago pak di pelajaran matematika!"

Satu orang siswa mengatakan kembali hal tersebut tanpa peduli lagi terhadap Kiara yang sudah memberikan tatapannya yang sangat tajam terhadap siswa tersebut.

"Apa betul itu Kiara?"

Deg

Wajah tampan Adrian kini menghadap dan menatap Kiara dengan tajam.

"Semua yang dikatakan oleh Rei itu bohong pak Adrian."

"Bohong? apa yang membuat mu memiliki asumsi seperti itu?"

"Karena pada dasarnya tidak ada orang yang Tuhan ciptakan itu bodoh, yang membuat kita semua berbeda apakah kita mau berusaha atau tidak, aku bukan siswi paling pintar di sekolah ini, tapi aku hanya berusaha untuk mendapatkan nilai lebih baik, karena semua hal yang kita lakukan disini itu tidak gratis pak."

Deg

Jawaban dari Kiara sungguh saat ini langsung membuat Adrian terdiam.

"Ya kau benar Kiara, di dunia ini tidak ada orang yang bodoh, yang ada hanyalah orang - orang yang tidak mau lagi untuk berusaha untuk meng upgrade dirinya, sehingga karena hal tersebut menjadikan orang nampak terlihat bodoh di mata orang lain."

Dan setelah mengatakan hal tersebut Semua siswa dan siswi langsung bertepuk tangan dengan kencang.

"Kiara aku selalu salut kepada mu!"

Satu orang siswa berteriak saat mengatakan hal tersebut.

"Baiklah, kembalik ke topik, hari ini bapak akan memberikan pekerjaan rumah untuk kegiatan kalian di akhir Minggu ini."

Dan setelah mengatakan hal tersebut Adrian sibuk menulis di papan tulis, sedangkan para siswa dan siswi langsing memperhatikan bagaimana cara Adrian memgajar kepada mereka.

Menjelang sore hari, bel pulang pun berbunyi dan Kiara bergegas untuk pergi meninggalkan sekolah Kesayangan tersebut.

"Kiara kau tidak jadi main ke rumah ku?"

Dengan cepat Kiara langsung melambaikan tangan sambil terus berlari dengan kencang.

"Nanti saja May, aku harus buru - buru pulang, nanti aku hubungi lagi yah May."

Di depan pintu gerbang sekolah Kiara mengatakan hal tersebut dengan lantang kepada Maya.

Kiara segera menaiki ojek online yang membawanya ke rumah.

Tiba - tiba saja Kiara khawatir dengan keadaan ibunya yang tadi pagi mendapatkan pukulan demi pukulan dari sang ayah tiri.

"Tuhan, lindungi terus ibu yah Tuhan, aku mohon Tuhan."

Di belakang tukang ojek online Kiara mengatakan hal tersebut dengan perlahan.

Sementara itu menjelang malam di salah satu rumah mewah terdengar adu perdebatan yang cukup keras.

"Adrian sejak kapan kau berani mengambil keputusan tanpa campur tangan papa!"

Dengan lantang pak Brata mengatakan hal tersebut kepada Adrian yang baru saja menginjakkan kakinya ke dalam rumah.

"Apa maksud papa?"

Adrian yang sejak dulu tidak pernah akur dengan sang ayah langsung mengeluarkan kata - kata tersebut.

"Lia mengatakan hari ini kau mengajar di SMA Matahari?"

Dan dengan cepat Adrian langsung menganggukkan kepalanya.

"Ya itu benar pa."

"Adrian, papa menyekolahkan mu tinggi sampai ke luar negeri bukan untuk meminta mu menjadi guru, papa ingin kau mengantikan papa di perusahaan Sanjaya."

"Apa yang dikatakan papa benar Adrian, sebentar lagi Cici mu akan menikah dan dia akan ikut suaminya untuk mengerjakan bisnis di luar negeri, saat ini papa dan mama hanya memiliki mu."

Sang mama yang sejak tadi diam pada akhirnya ikut bersuara.

"Pa, ma Adrian itu bukan anak kecil lagi, usia Adrian sudah dua puluh delapan tahun dan Adrian memiliki hak untuk menentukan masa depan Adrian, apakah untuk hal ini Adrian juga harus menuruti apa yang papa dan mama katakan?"

Dengan geram Adrian mengatakan hal tersebut kepada ke dua orangtuanya.

"Tutup mulutmu Adrian, sejak kapan kau berani untuk membantah papa?"

Pak Brata yang sangat tidak senang keputusannya di bantah segera mengatakan hal tersebut kepada Adrian yang kini sudah duduk di ruang tamu bersama ke dua orang tuanya.

"Baiklah, maafkan Adrian pa, maafkan Adrian ma jika memang jawaban Adrian cukup mengenai di hati kalian masing - masing."

"Tapi Adrian hanya ingin kalian tau, bahwa Adrian berhak untuk menentukan kehidupan Adrian sendiri, karena Adrian sudah dewasa."

"Ya dewasa, tapi masih memakai semua fasilitas yang papa berikan kepada mu."

Deg

Seketika itu juga ucapan sang papa menyentuh hati sanubari Adrian.

"Jadi papa ingin aku tidak memakai fasilitas demi fasilitas ini, baik jika itu yang papa dan mama inginkan."

Dan detik itu juga Adrian berdiri dari tempat duduknya dan langsung mengeluarkan dompet.

"Ini kartu kredit milik Adrian."

Adrian mengeluarkan beberapa kartu kredit dari dalam dompetnya.

"Ini kartu ATM Adrian yang diberikan mama."

Adrian mengeluarkan beberapa ATM yang isinya tidak sedikit.

"Dan ini kunci mobil mewah yang telah papa berikan untuk Adrian."

Dengan wajah memerah menahan marah Adrian mengatakan semua hal tersebut sambil memandang ke dua orang tuanya.

"Mulai sekarang Adrian tidak akan tinggal lagi di rumah, ini, Adrian akan tinggal di apartemen yang sudah Adrian beli dengan uang Adrian sendiri."

"Tungguh Adrian, Cici tidak setuju kamu keluar dari rumah ini, kamu adik Cici satu- satunya dan kita ini keluarga Adrian, pokoknya Cici Merry tidak setuju."

Merry sang kakak mengatakan hal tersebut kepada pada Adrian sambil meraih pundak Adrian.

"Terlambat ci Mer, selama ini Adrian sudah cukup sabar dengan sikap papa yang selalu memaksakan kehendaknya, papa yang selalu egois terhadap anak-anaknya sendiri."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!