DIA BUKAN AYAH KU

Kiara mengatakan hal tersebut sambil terus menahan sakit karena tamparan dan pukulan yang diberikan oleh ayah tirinya tersebut.

"Pak sudah pak, aku mohon, jangan lampiaskan hal ini kepada Kiara."

Dan pada akhirnya sang ibu berhasil menarik tangan sang ayah agar tidak memukuli Kiara lagi.

"Jika bukan karena ibu mu sudah aku bunuh kau anak sialan!"

Kata - kata sang ayah yang terlontar membuat Kiara hanya bisa memandang wajah tersebut dengan sangat tajam.

"Bu aku tidak pernah menyesal menerima pukulan demi pukulan, aku juga tidak pernah menyesal mengatakan bahwa bapak tidak pantas menjadi orang tua yang baik bagi ku."

"Dan aku tidak pernah menyesal mengatakan bahwa ibu dan bapak lebih baik cerai saja."

Dan setelah mengatakan hal tersebut Kiara keluar dari kamar ke dua orang tuanya, Kiara berlari menutup ke dua telinga, Kiara berlari masuk ke dalam kamarnya dan langsung mengambil tas, lalu pergi meninggalkan rumah jahanam bagi dirinya saat ini.

Di tengah jalan Kiara merapikan baju seragam putih abu - abu yang sudah tidak beraturan, Kiara juga merapikan rambut hitam panjangnya yang kini sudah awut - awutan.

"Bibir ku biru, alasan apa lagi yang harus aku katakan kepada semua teman - teman ku di sekolah nanti."

Kiara mengatakan hal tersebut sambil mengambil cermin kecil dari dalam saku bajunya dan memperhatikan bekas tamparan yang kini sudah membiru.

Saat ini air mata Kiara sudah kering, Kiara hampir sudah tidak pernah menangis lagi ketika sang ayah melakukan hal ini entah sudah kesekian kalinya.

"Lapar, ya ampun gara - gara aku meladeni laki - laki itu, aku sampai lupa sarapan pagi ini."

Kiara mengatakan hal tersebut sambil memegang perutnya yang kini mulai bernyanyi.

"Ya sudahlah, lagi pula aku sudah terbiasa dengan semua ini, semoga aku bisa terus bertahan sampai selesai sekolah nanti."

Kiara mengatakan hal tersebut dengan perlahan sambil terus berjalan menuju ke tempat sekolahnya.

"Selamat ulang tahun Kiara."

Deg

Begitu Kiara sampai di sekolah, Kiara membuka pintu kelasnya, nampak semua teman - teman satu kelasnya memberikan kejutan ulang tahun untuk Kiara.

"Selamat ulang tahun Kiara."

Satu orang gadis dengan rambut sebahu menghampiri Kiara dengan kue black forest di dalam tangannya.

"Tiup, tiup, tiup."

Suara heboh dari teman - teman sekelas Kiara ketika serentak mereka meminta Kiara untuk meniup lilin - lilin yang sudah terpasang rapi di kue tersebut.

Kiara hanya diam seperti patung ketika melihat semua teman - temannya sedang memandang dengan penuh senyum kepadanya.

"Tunggu, apakah kalian yakin hari ini adalah hari ulang tahun ku?"

Deg

Suasana yang tadinya ramai  langsung berubah menjadi sunyi dan saling pandang ketika Kiara mengatakan semua hal tersebut kepada semua orang yang saat ini berada di kelas tersebut.

"Kiara, kami tidak akan pernah lupa hari ulang tahun mu, bagi kami engkau adalah sahabat kami yang paling baik, jadi kami sangat yakin seribu persen bahwa hari ini benar hari ulang tahun mu."

Satu gadis pembawa kue mendekatkan diri ke arah Kiara dan mengatakan hal tersebut dengan sangat yakin.

"Jadi sekarang kau tidak bisa memberikan kami alasan apa - apa lagi Kiara, sekarang juga kau harus tiup lilinnya, lihat tangan ku sudah pegal memegang kue ini."

Dan kegaduhan kembali terjadi ketika mereka semua meminta Kiara untuk meniup lilin tersebut.

"Baiklah, satu, dua, tiga "

Dan pada akhirnya Kiara meniup lilin tersebut satu per satu.

Tepuk tangan mewarnai satu kelas tempat Kiara saat ini merayakan ulang tahunnya secara sederhana.

"Kelas IPA tiga, tidak akan pernah kalah dari hal apapun."

Kiara maju ke depan dan mengatakan hal tersebut dengan suara yang sangat lantang.

Apa yang telah di lakukan oleh Kiara mendapatkan tepuk tangan dari semua siswa dan siswi yang ada di dalam ruangan.

Kelas IPA tiga, memang terkenal berkumpulnya banyak siswa dan siswi pilihan dengan nilai terbaik, dan kelas IPA tiga juga terkenal dengan gadis yang pintar di dalam segala hal, gadis tersebut bernama Kiara.

Hari ini Kiara kembali ke dalam rutinitas belajarnya di sekolah, satu - satunya hal yang bisa membuat Kiara untuk bisa melupakan setiap kejadian demi kejadian di rumah yang sangat membuatnya ingin muntah.

"Jadi kau tidak mau menceritakan kepada ku lagi Kiara, apa yang sebenarnya terjadi dengan mu pagi ini?"

Jam istirahat pun telah tiba, siang ini Kiara memilih untuk tetap berada di dalam kelas bersama sahabatnya Maya.

"May hal apa lagi yang perlu aku ceritakan kepada mu? sepertinya aku sudah tidak ada lagi rahasia yang di tutupi, kau selalu berhasil membongkar semua rahasia ku dengan baik."

Kiara mengatakan hal tersebut sambil melihat wajahnya di cermin kecil.

"Coba lihat."

Maya langsung mendekatkan diri ke arah Kiara dan melihat sudut demi sudut wajah Kiara.

"Apa sih May."

Dengan cepat Kiara langsung menepis tangan Maya yang masih memegang wajah Kiara.

"Siapa yang telah memukul wajah mu Kiara?"

Deg

 

Tanpa banyak pertanyaan Maya langsung mengatakan hal tersebut kepada Kiara dengan tatapan yang tajam.

"Sembarangan, wajah ku baik - baik saja, jangan sok tau deh May kau!"

Kiara kali ini berusaha untuk mengelak apa yang di sangka kan Maya terhadapnya.

"Aku tidak sok tau Kiara, tapi itu wajah mu memar, mana ada itu tidak terjadi sesuatu?"

"Oh ini, aku tadi jatuh di jalan, jadi memar sampai seperti ini."

Kiara mengatakan hal tersebut sambil menunjukkan beberapa luka memar yang sengaja di tutup bedak oleh Kiara.

"Jatuh?"

Maya mengatakan hal tersebut sambil mengernyitkan keningnya.

"Iya jatuh May, jatuh, apa perlu aku ulangi berkali -kali? atau perlu aku tempelkan di mading sekolah kita agar semua orang tau bahwa wajah Kiara sang pemilik kelas IPA tiga telah terjatuh tadi pagi lalu wajahnya memar?"

"Ya bukan begitu Kiara, sebagai teman aku hanya mengkhawatirkan mu saja."

Kiara langsung terdiam dengan semua perkataan dari Maya.

"Ya May, aku mengerti, semuanya baik - baik saja."

"Syukurlah kalau begitu."

Kiara langsung menarik nafasnya dalam - dalam ketika pada akhirnya Kiara berhasil menyakinkan sahabatnya itu.

"May, kau bahwa uang lebih?"

"Untuk apa Kiara?"

"Tadi pagi aku lupa bawa dompet, jika kau bawa uang lebih aku pinjam boleh? perut ku lapar sekali."

Dengan cepat Maya langsung menggelengkan kepalanya ketika Kiara mengatakan hal tersebut kepadanya.

"Kiara, Kiara kau mengatakan hal ini seperti baru mengenal ku berapa hari, kau butuh berapa, ini aku ada lima puluh ribu, cukup?"

Mengatakan hal tersebut sambil mengeluarkan satu lembar uang biru dan langsung memberikan uang tersebut kepada Kiara.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!