KOKO ADRIAN

Terima kasih May."

"Jadi kau tetap tidak mau menceritakan apa yang sebenarnya terjadi dengan wajah mu itu?"

Dengan cepat Kiara langsung menggelengkan kepalanya.

"Tidak May, aku baik - baik saja, ini hanya jatuh."

Dan Maya yang masih tidak percaya pada akhirnya hanya bisa menarik nafasnya dalam - dalam.

"Baiklah jika memang itu pilihan mu, namun aku juga berhak untuk mengatakan bahwa aku tidak percaya dengan apa yang telah kau katakan itu."

"Ya aku tidak bisa mengatakan apa - apa jika itu sudah menjadi keputusan mu."

"Ya sudah ayo ke kantin, nanti keburu masuk lagi Kiara."

Dan setelah mengatakan hal tersebut Kiara dan Maya keluar dari dalam kelas mereka untuk menuju ke kantin.

Kiara yang dari pagi tidak sarapan langsung menyerbu makanan demi makanan yang di jual di dalam kantin sekolah mereka.

Sepanjang istirahat Kiara dan Maya saling bercanda dan bercerita.

Hal inilah yang dapat sejenak melupakan semua kesedihan Kiara atas setiap peristiwa di rumah yang selalu dia lihat dan dialaminya setiap pagi.

Sementara itu satu mobil mewah mulai memasuki halaman depan sekolah.

Nampak satu laki - laki bertubuh kekar, berambut hitam dan bermata sipit keluar dari dalam mobil mewah tersebut.

"Ko Adrian, apakah Koko sudah siap untuk menjadi pengajar di sekolah ini? jika Koko mau aku bisa mengatakan kembali kepada pak Brata agar Koko Adrian bisa kembali bekerja di perusahaan sebagai CEO."

Laki - laki tampan itu hanya terdiam mendengarkan perkataan demi perkataan asistennya tersebut.

"Jadi ini SMA Matahari?"

Sang laki - laki tampan mengatakan hal tersebut sambil melepaskan kacamata hitam kesayangannya.

"Benar ko Adrian, ini adalah SMA Matahari, salah satu SMA dengan donatur tetapnya keluarga Sanjaya."

Adrian nama laki - laki tampan tersebut, kulitnya yang putih, senyumnya yang manis serta ke dua matanya yang sipit menjadikan ciri khas bahwa Adrian adalah keturunan Jawa Thionghoa.

"Lia, katakan kepada papa, aku akan tetap mengajar di sekolah ini."

Dan sang asisten pribadi bernama Lia Astrid hanya bisa menganggukkan kepalanya.

"Baik ko Adrian, semuanya akan segera saya sampaikan kepada pak Brata Sanjaya."

"Bagus, kau boleh pulang Lia."

"Ko Adrian tidak mau saya temani?"

Dengan cepat Adrian langsung menggelengkan kepalanya.

"Tidak perlu Lia, kau naik taxi online saja, mobil ini biar tetap di halaman parkir."

"Baik ko Adrian, aku permisi dulu."

Dan setelah mengatakan hal tersebut Lia langsung memesan taxi online, sedangkan Adrian masuk ke dalam SMA Matahari, salah satu SMA favorit di kota Jakarta.

"Selamat siang pak Adrian, perkenalkan saya pak Joko sebagai kepala sekolah di SMA ini."

Satu laki - laki paruh baya langsung menyambut Adrian begitu Adrian masuk ke dalam kantor kepala sekolah.

"Selamat siang pak Joko, perkenalkan nama saya Adrian Sanjaya."

"Ya pak Adrian, merupakan satu kehormatan jika pak Adrian mau mengajar di SMA Matahari ini, mari silahkan duduk pak Adrian."

Dan Adrian pun langsung duduk di ruang kepala sekolah.

"Jadi mata pelajaran apa yang harus saya ajarkan kepada murid - murid pak Joko?"

"Pak Adrian akan mengantikan pak Anwar yang baru saja keluar, mata pelajaran yang diajarkan oleh pak Anwar adalah matematika."

Adrian langsung tersenyum dengan apa yang telah di katakan oleh pak Joko.

"Apakah tidak ada mata pelajaran yang lainnya selain matematika pak Joko?"

Adrian mencoba bernegosiasi dengan pak Joko mengenai mata pelajaran yang akan diajarkan ke sekolah ini.

"Mohon maaf pak Adrian, tapi untuk saat ini hanya tinggal matematika saja yang masih kosong untuk tenaga pendidiknya, saya yakin ini merupakan permasalahan yang sangat kecil untuk pak Adrian."

Adrian hanya terdiam dengan perkataan kak Joko.

"Pak Adrian adalah lulusan terbaik dari salah satu kampus di luar negeri, dan kurikulumnya pun terbaik, tentu tidak akan merasa kesulitan sama sekali ketika harus mengajarkan matematika kepada murid - murid disini."

Sejenak Adrian terdiam dan pada akhirnya menganggukkan kepalanya.

"Ya pak Joko, saya rasa seperti itu, namun tetap saya perlu untuk di bimbing, karena baru pertama kali ini saya menjadi seorang guru."

"Pasti pak Adrian."

"Jadi kelas mana saja yang akan saya ajarkan matematika hari ini pak Joko?"

"Kelas IPA tiga pak Adrian, untuk hari ini hanya kelas IPA tiga untuk jadwal matematika."

"Baiklah pak, kapan saya bisa mulai mengajar mereka?"

Pak Joko langsung melihat arlogi yang ada di tangan kanannya.

"Siang ini setelah jam istirahat pak Adrian."

Dan setelah mengatakan hal tersebut terdengar bel istirahat yang telah usai.

Semua siswa dan siswi mulai berhamburan masuk kembali ke dalam kelas mereka masing - masing.

"Tebak siapa yang akan menjadi pengganti pak Anwar Kiara?"

Maya langsung mengatakan hal tersebut kepada Kiara begitu mereka masuk kembali ke dalam kelas.

"Entahlah May, yang pasti akan galak dan jutek seperti pak Anwar."

"Mungkin saja Kiara, sekolah ini kan terkenal dengan guru matematikanya yang galak."

"Ya, mau galak atau tidak, sungguh May tidak ada pengaruhnya kepada ku sama sekali."

Dan Maya hanya tersenyum dengan perkataan Kiara.

"Ya untuk anak yang sepintar dirimu pasti tidak akan mempengaruhi apa - apa Kiara."

Dan pada akhirnya Maya dan Kiara saling tertawa lepas sambil menunggu kejutan siapa guru matematika mereka yang baru.

Dan suasana kelas yang gaduh tenang seketika, ketika mereka melihat pak Joko masuk ke dalam kelas bersama dengan Adrian.

Semua mata tertuju kepada Adrian, laki - laki tampan, bertubuh tegap dengan kulit putih, rambut hitam dan senyuman manis di ke dua lesung pipitnya.

"Perhatian semuanya, hari ini pak Adrian yang akan menjadi guru matematika kalian, pak Adrian akan mengantikan pak Anwar yang telah keluar dari sekolah Matahari."

Semua siswa dan siswi langsung saling pandang ketika mereka semua melihat guru matematikanya sangat lah tampan.

"Halo, perkenalkan nama ku Adrian Sanjaya, kalian bisa memanggil ku pak Rian."

"Ya ampun suara dan wajahnya sama - sama tampan."

Dan perkataan salah satu siswi langsung di sambut teriakan kegaduhan dari yang lainnya.

"Sudah, sudah, Lina jaga kelakuan kamu."

Pak Joko mengatakan hal tersebut sambil memandang Lina dengan tajam.

"Statusnya apa pak Rian?"

Maya tiba - tiba mengangkat ke dua tangannya dan langsung mengatakan hal tersebut sambil tersenyum genit ke arah Adrian

"May malu tau!"

Kiara langsung membisikkan kata - kata tersebut ke telinga Maya, ketika Kiara mengetahui sang sahabat mengangkat tangannya.

"Status saya masih sendiri."

Dan apa yang dikatakan Adrian sukses membuat semua siswi berteriak kegirangan.

"Baik pak Adrian, aku siap menerima pengajaran mu sampai ke rumus - rumus yang paling tersulit pun."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!